Contoh X : Kakiku sakit, kemarin aku jatuh dari motor.
Y : Bagian mana yang sakit? Sudah pergi ke dokter belum? Z : Rasain lu
Pada contoh di atas, Y mencoba menunjukkan simpatinya dengan menunjukkan rasa ingin tahunya tentang luka yang dialami X. Y juga
menunjukkan rasa khawatirnya dengan bertanya apakah lukanya sudah diobati dengan pergi ke dokter. Dengan demikian, Y telah mematuhi maksim simpati.
Berbeda dengan Z yang justru menunjukkan antipati dengan mengolok-olok X.
2.3.1 Maksim Kebijaksanan Tact Maxim
Gagasan dasar dari maksim kebijaksanaan dalam pinsip kesantunan berbahasa adalah bahwa penutur hendaknya harus selalu berpegang pada prisnsip
untuk mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan bagi orang lain dalam proses bertutur.
Apabila didalam aktivitas bertutur orang selalu berpegang teguh pada maksim kebijaksanaan, dia akan mampu menghindarkan sikap dengki, iri hati,
dan sikap lain yang santun terhadap mitra tutur. Demikian pula rasa sakit hati sebagai akibat dari perlakuan yang tidak menguntungkan dari pihak-pihak lain,
akan diminimalisasikan apabila maksim kebijaksanaan ini dipegang secara kuat dan benar-benar teguh, dan dilaksanakan dengan sunguh-sungguh.
Pada maksim kearifan penutur diharuskan bisa memperkecil kerugian petutur dan sebaliknya memperbesar keuntungan bagi mitra tutur. Dengan kata
lain, buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin dan buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin.
Adapun parameter yang dapat mempengaruhi maksim kearifan, sebagai berikut:
a. semakin besar kerugian tindakan penutur kepada mitra tutur b. semakin besar jarak sosial yang horizontal antara petutur dengan mitra tutur
c. semakin besar status kekuasaan penutur atas mitra tutur d. maka pengungkapan sebuah impositif oleh petutur perlu semakin manasuka
dan semakin taklangsung, tanpa terkecuali, walaupun kemanasukaan tersirat kelangsungan, dalam ketaklangsungan tidak tersirat kemanasukaan Leech,
1993:200. Dengan kata lain, menurut maksim ini, kesantunan dalam bertutur dapat
dilakukan apabila maksim kebijaksanaan dilaksanakan dengan baik. Sebagai penjelas pelaksanaan maksim kebijaksanaan dalam berkomunikasi yang
sesungguhnya dapat dilihat pada contoh berikut. Tuan rumah : Silahkan makan saja dulu, nak. Tadi kami sudah mendahului.
Tamu : Wah, saya jadi tidak enak, Bu. Dalam tuturan diatas nampak jelas bahwa apa yang dituturkan si tuan rumah
sungguh memaksimalkan keuntungan bagi sang tamu. Meskipun sebenarnya si tuan rumah belum makan, namun si tuan rumah berusaha meyakinkan dengan
mengatakan “tadi kami sudah mendahuli”. Tuturan itu disampaikan dengan maksud agar sang tamu merasa bebas dan dengan senang hati menikmati
hidangan yang disajikan tanpa ada perasaan tidak enak sedikitpun.
2.3.2 Maksim Kedermawanan Generosity Maxim