1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan terutama sekolah diibaratkan sebuah pabrik yang menghasilkan produk yang
mampu “dipasarkan”, sehingga konsumen tertarik untuk membelinya karena kualitas dan mutu produk tersebut baik. Produk yang
dihasilkan dalam dunia pendidikan adalah peserta didik. Sama halnya dengan produk pabrik yang merupakan hasil dari sebuah proses produksi, begitu juga
dengan produk dari dunia pendidikan adalah hasil dari sebuah proses pendidikan. Untuk menghasilkan sebuah produk yang bermutu dan berkualitas
tidaklah mudah. Banyak faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap kualitas peserta didik, mulai dari faktor internal maupun faktor eksternal.
Selain itu, banyak pihak yang juga berkepentingan dan ikut ambil bagian dalam meningkatkan kualitas peserta didik mulai dari kepala sekolah, guru, karyawan
sekolah, orang tua, teman sekelas, teman sekolah, masyarakat, bahkan pemerintah. Mereka memiliki perannya masing-masing dalam mendukung
terwujudnya proses pendidikan yang mampu menghasilkan peserta didik yang berkualitas.
Dalam harian Kompas tanggal 25 Oktober 2012, halaman 12 yang dimuat dalam artikel berjudul Jadikan Pendidikan Gerakan Masyarakat, narasumber
Anies Baswedan mengatakan bahwa faktor guru sebagai kunci perbaikan praksis pendidikan. Dia menyatakan bahwa menyelesaikan permasalahan guru
berarti menyelesaikan sebagian besar masalah pendidikan. Pernyataan tersebut dapat menyadarkan kepada kita bahwa peran guru sangatlah besar bagi
terselesaikannya masalah pendidikan. Peranan guru yang mampu menghasilkan peserta didik yang berkualitas sangat penting, karena setidaknya masalah
pendidikan dapat teratasi. Kita juga tahu bahwa untuk menjadi seorang guru pastinya harus
memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan khusus sebelum terjun dalam dunia pendidikan yang sesungguhnya. Sehingga ada perguruan tinggi
berfakultas keguruan dan ilmu pendidikan yang menyiapkan mahasiswanya untuk menjadi guru yang memiliki bekal tersebut dan menjadi guru yang
profesional serta kompeten di bidangnya. Ada empat standar kompetensi guru profesional yaitu, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi
kepribadian dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi ini telah dilatih dan dikembangkan oleh calon guru saat mengenyam pendidikan di universitas
selama kurang lebih empat tahun lamanya. Saat menjadi guru pun, keempat kompetensi ini akan terus dikembangkan melalui program-program yang
diselenggarakan oleh pemerintah seperti Sertifikasi Profesi Guru, Uji Kompetensi Guru dan pelatihan-pelatihan lainnya.
Terkadang para guru secara sadar ataupun tidak sadar lupa akan pentingnya empat kompetensi yang telah terstandar itu. Padahal seharusnya
untuk menjadi guru yang profesional perlu memerhatikan dan menjalankan
keempat kompetensi guru tersebut. Agar nantinya para guru dapat memberikan kepada peserta didiknya pelayanan proses belajar yang bermutu.
Seorang guru menjadi tolak ukur dalam perkembangan dunia pendidikan di Indonesia. Oleh sebab itu, ada pernyataan yang menyebutkan bahwa seorang
guru haruslah dapat “digugu” dan “ditiru”, artinya yang diharapkan adalah guru dapat menjadi teladan yang baik bagi siswanya. Guru harus mampu
menguasai kompetensi-kompetensi yang menjadikan dirinya layak disebut sebagai seorang pengajar dan pendidik. Tidak sedikit guru-guru yang sudah
bertahun-tahun mengajar tetapi masih belum sepenuhnya memenuhi standar kompetensi yang seharusnya dimiliki. Hal ini disebabkan karena guru tersebut
kurang memiliki kesadaran bahwa mereka memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar dalam mendidik siswa untuk menjadi manusia yang mampu tumbuh
dan berkembang menjadi lebih baik melalui proses pendidikan. Jadi, guru sekan-akan hanya menjalankan profesinya sebagai rutinitas sehari-hari yang
hanya mengajarkan materi pelajaran di dalam kelas. Padahal di balik itu semua masih banyak peranan guru yang sangat penting seperti guru berperan sebagai
motivator, konselor, manajer kelas, inisiator, direktor atau pengarah, fasilitator, mediator, evaluator dan lain sebagainya.
Menanggapi peranan guru sebagai motivator, menurut peneliti hal ini sangatlah penting. Menurut Sri Esti W. D. dalam bukunya yang berjudul
Psikologi Pendidikan , ia menyebutkan bahwa “Motivasi adalah salah satu
prasyarat yang amat penting dalam belajar”. Gedung dibuat, guru disediakan, alat belajar lengkap, dengan harapan supaya siswa masuk sekolah dengan
bersemangat. Tetapi semua itu akan sia-sia, jika siswa tidak ada motivasi untuk belajar. Oleh sebab itu, guru yang pintar sekali pun jika tidak mampu
memotivasi siswanya untuk belajar sangatlah disayangkan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengangkat topik
“Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Akuntansi dan Motivasi Belajar Siswa”.
B. Batasan Masalah