Ayu Andanaly : Aspek Hukum Perjanjian Pemborongan Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit Antara UD. Rap Maruli Dengan PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Gunung Bayu Persero Studi: UD. Rap Maruli Dan
PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Bayu Persero, 2008. USU Repository © 2009
bawahan, Subordinated jadi tidak berada dalam kedudukan yang sama Co- ordinated, misalnya pejanjian ikatan dinas.
12. Perjanjian Campuran Contractus Sui Generis Perjanjian campuran ialah perjanjian yang mengandung berbagai unsur
perjanjian, misalnya pemilik hotel yang menyewakan kamar sewa menyewa tapi pula menyajikan makanan jual beli dan juga memberikan pelayanan. Terhadap
perjanjian campuran ini ada berbagai paham. a. Paham pertama mengatakan bahwa ketentuan-ketentuan mengenai perjanjian
khusus diterapkan secara analogis sehingga setiap unsur dari perjanjian khusus tetap ada contractus kombinasi.
b. Paham kedua mengatakan ketentuan-ketentuan yang dipakai adalah ketentuan-ketentuan dari perjanjian yang paling menentukan teori absorbsi.
12
C. Syarat-syarat Sahnya Perjanjian
Di dalam pasal 1320 KUHPerdata menyebutkan untuk sahnya suatu perjanjian ada empat 4 syarat yaitu :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
3. Suatu hal tertentu. 4. Suatu sebab yang halal.
12
Mariam Darus, Kompilasi Hukum Perikatan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 6 -7.
Ayu Andanaly : Aspek Hukum Perjanjian Pemborongan Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit Antara UD. Rap Maruli Dengan PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Gunung Bayu Persero Studi: UD. Rap Maruli Dan
PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Bayu Persero, 2008. USU Repository © 2009
Ad. 1 Sepakat Mereka yang Mengikatkan Diri Yang di maksud dengan sepakat adalah kedua belah pihak yang
mengadakan perjanjian itu harus bersepakat, setuju atau seia sekata mengenai hal- hak pokok yang menjadi tujuan perjanjian itu diadakan apa yang di mana pihak
yang satu juga dikehendaki pihak yang lain. Kedua belah pihak menghendak sesuatu yang sama secara timbal balik dengan kesepakatan antara kedua belah
pihak mempunyai kebebasan dan terdapatnya tekanan dari pihak yang lain maka akibat perjanjian itu mempunyai cacat bagi penyesuaian kehendak tersebut.
Pengertian sepakat digambarkan sebagai pernyataan kehendak yang disetujui antara kedua belah pihak. Kesepakatan para pihak merupakan assa yang esensial
dalam suatu perjanjian. Kata sepakat antara kedua belah pihak dalam perjanjian itu maka dapat
dinyatakan atau dimintakan pembatalannya. Dalam Pasal 1321 KUHPerdata menyatakan tiada sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan karena
kekhilafan atau diperolehnya dengan paksaan atau tipuan.
Kekhilafan dapat terjadi mengenai orang atau mengenai bemda yang menjadi tujan pihak –pihak yang mengadakan perjanjian tersebut tetapi kekhilafan
itu mengenai dirinya dengan siapa seorang bermaksud membuat perjanjian. Paksaan adalah kekerasan atau ancaman dengan sesuatu yang tidak
diperbolehkan oleh hukum yang menimbulkan ketakutan pada seseorang sehingga ia terpaksa menyetujui perjanjian. Biasanya paksaan ini terjadi jika seseorang
memberikan persetujuan karena ia takut pada suatu ancaman, misalnya ia akan
Ayu Andanaly : Aspek Hukum Perjanjian Pemborongan Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit Antara UD. Rap Maruli Dengan PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Gunung Bayu Persero Studi: UD. Rap Maruli Dan
PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Bayu Persero, 2008. USU Repository © 2009
dianiaya atau di buka rahasianya ini harus mengenai suatu perbuatan yang dilarang oleh undang-undang.
Penipuan adalah tipu muslihat atua memperdaya orang dengan terang dan nyata sehingga pihak lain setuju untuk mengadakan perjanjian, penipuan ini
biasanya terjadi apabila suatu pihak dengan sengaja memberikan keterangan- keterangan yang tidak benar disertai dengan kelicikan-kelicikan sehingga pihak
yang lain terbujuk untuk melakuakn sesuatu atau memberikan sesuatu.
Ad. 2 Kecakapan untuk Membuat suatu Perjanjian
Syarat ini menentukan bahwa untuk membuat perjanjian harus cakap untuk berbuat menurut hukum. Biasanya setiap orang yang sudah dewasa dan
sehat pikirannya adalah cakap menurut hukum, kecakapan bertindak ini menunjuk kepada kewenangan yang umum untuk membuat suatu perjanjian. Jadi dalam hal
ini membuat perjanjian kedua belah pihak harus cakap menurut hukum untuk bertindak sendiri sebagai mana diatur dalam Pasal 1329 KUHPerdata “ setiap
orang adalah cakap untuk membuat perikatan jika ia oleh undang-undang tidak dinyatakan tak cakap”. Dengan adanya pasal ini tentu undang-undang menentukan
siapa-siapa yang tidak cakap membuat perjanjian. Dalam Pasal 1330 KUHPerdata menyatakan yang tidak cakap membuat
perjanjian adalah : 1. Orang-orang yang belum dewasa.
2. Mereka yang ditaruh dalam pengampuan . 3. Wanita yang dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang masih terikat
dalam suatu perkawinan.
Ayu Andanaly : Aspek Hukum Perjanjian Pemborongan Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit Antara UD. Rap Maruli Dengan PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Gunung Bayu Persero Studi: UD. Rap Maruli Dan
PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Bayu Persero, 2008. USU Repository © 2009
4. Semua orang yang oleh Undang-undang dilarang membuat perjanjian- perjanjian tertentu.
Orang-orang yang belum dewasa atau dibawah umur hal ini dapat kita lihat dalam pasal 330 KUHPerdata “ belum dewasa adalah mereka yang belum
mencapai umur 21 tahun dan tidak lebih dahulu kawin dan apabila perkawinannya bubar sedangkan belum genap 21 tahun mereka tetap dianggap belim dewasa”.
Selain dalam Pasal 330 KUHPerdata maka hukum adat dan juga UU No.1 tahun 1974 juga mengatur tentang kedewasaan.
Kedewasaan menurut hukum adat didasarkan atas ukuran yang disesuaikan dengan kenyataan yaitu apabila seseorang telah berkeluarga. Jadi
prinsip kedewasaan seperti hal ini lebih sesuai dengan kepatuhan karena didasarkan atas keadaan yang nyata yatu bahwa mereka benar-benar sudah
mandiri dan dapat dianggap mengerti atau telah cukup mempunyai kemampuan untuk mengerti konsekuensi dari perbuatannya namun dengan berpegang pada
patokan seperti ini kepastian hukumnya masih kurang. Dalam hal wanita yang telah bersuami mengadakan untuk mengadakan
suatu perjanjian ia memerlukan bantuan atau izin dari suaminya hal ini dapat kita lihat dalam Pasal 108 KUHPerdata, akan tetapi sejak keluarnya SEMA No.3
Tahun 1963 yang ditujukan kepad Ketua Pengadilan Negeri dan Ketua Pengadilan Tinggi di seluruh Indonesia tentang kedudukan seorang wanita diangkat
derajatnya sama dengan laki-laki sehingga untuk menagdakan perbuatan hukum dan menghadap di Pengadilan ia tidak memerlukan bantuan suaminya lagi, maka
Ayu Andanaly : Aspek Hukum Perjanjian Pemborongan Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit Antara UD. Rap Maruli Dengan PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Gunung Bayu Persero Studi: UD. Rap Maruli Dan
PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Bayu Persero, 2008. USU Repository © 2009
dengan adanya SEMA No.3 tahun 1963 maka Pasal 108 KUHPerdata dinyatakan tidak berlaku lagi.
Jika terjadi salah satu hal yang disebutkan tadi perizinan telah diberikan tidak secara bebas atau salah satu pihak tidak cakap untuk membuat perjanjian,
maka perjanjian tersebut cacat dan dapat dimintakan pembatalannya oleh hakim atas permintaab pihak yang memberikan perizinan itu, sebaliknya orang yang
berhak meminta pembatalan perjanjian juga dapat menguatkan perjanjian tersebut, penguatan tersebut dapat dilakukan dengan tegas atau diam-diam tergantung
kepada keadaan. Ad.3 Suatu hal Tertentu
Syarat ketiga dalam Pasal 1320 KUHPerdata untuk sahnya perjanjian adalah suatu hal tertentu. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan suaru
hal tertentu kita perlu melihat pasal 1333 KUHPerdata menebutkan suatu persetujuan harus mempunyai sebagai pokok suatu barang yang paling sedikit
ditentukan jenusnya maksudnya dalm hal ini adalah bahwa objek perjanjian tidak harus sejak semula secara individu tertetu, tetapi cukup kalau pada saat perjanjian
ditutup jenisnya tertentu, tetapi cukup kalau pada saat perjanjian ditutup jenisnya tertentu. Hal ini berate bahwa perjanjian sudah memenuhi syarat, kalau jenis objek
perjanjian saja sudah ditentukan sekalipun masing-masing objej tidak harus secara individu tertentu. Mengenai syarat objek tertentu dalam Pasal 1333 ayat 2 bahwa
jumlahnya boleh belum tentu asal kemudian dapat ditentukan tetapi kalau pada saat perjanjian di tutup objeknya sama sekali tidak tertentu atau yidak ada itu tidak
boleh.
Ayu Andanaly : Aspek Hukum Perjanjian Pemborongan Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit Antara UD. Rap Maruli Dengan PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Gunung Bayu Persero Studi: UD. Rap Maruli Dan
PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Bayu Persero, 2008. USU Repository © 2009
Objek perjanjian adalah isi dari prestasi yang menjadi objek perjanjian yang bersangkutan. Prestasi tersebut merupakan suatu perilaku terentu bisa
merupakn memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Dalam undang-undang mensyaratkan agar prestasi yang menjadi objek perjanjian
tertentu karena kalau tidak bagaimana oaring menentukan apakah seorang telah memenuhi kewajiban prestasi atua belum arena perjanjian tanpa suatu hal terentu
adalah batal demi huku m. Ad. 4 Suatu sebab yang Halal
Suatu sebab yang halal adalah merupakan syarat terakhir untuk sahnya perjanjian, sebab yang dimaksud dari perjanjian disini adalah suatu sebab yang
menyebabkan seseorang membuat perjanjian tersebut tetapi bukan hal ini yang dia maksud undang-undang.
Sesuatu yang menyebabkan seseorang membuat suatu perjanjian pada asanya kurang dihiraukan Undang-undang karena Undang-undang hanya
menghiraukan tindaan orang-orang dalam masyarakat, sedangkan yang dimaksud dengan halal dalam hal ini adalah apa yang diperkenanakan oleh Undang-undang
hal ini dapat kita lihat dalam Pasal 1337 KUHPerdata menyatakan “ suatu sebab adalah terlarang apabila dilarang oleh undang-undang atau pabila berlawanan
dengan kesusilaan atau ketertiban umum “. Dalam hal ini pengertian sebab juga dapat diartikan yaitu tujuan apa yang
di maksud oleh kedua belah pihak dengan mengadakan perjanjian dengan kata lain adanya sebab yang terdapat dalam Pasal 1335 KUHperdata adalah suatu
Ayu Andanaly : Aspek Hukum Perjanjian Pemborongan Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit Antara UD. Rap Maruli Dengan PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Gunung Bayu Persero Studi: UD. Rap Maruli Dan
PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Bayu Persero, 2008. USU Repository © 2009
kemungkinan yang tak akan terjadi. Karena perjanjian itu sendiri dilihat dari isinya.
Demikianlah syarat-syarat yang harus dipenuhi sahnya suatu perjanjian sebagaimana yang dikehendaki pasal 1320 KUHPerdata.
D. Konsekwensi Perjanjian