5.1.2. Jenis Media Sosial
Media-media yang telah banyak beredar tersebut memiliki daya tarik sendiri bagi remaja karena penyajiannya yang mudah dipahami dan terdapat
banyak pilihan Bungin 2001. Tetapi apapun bentuk media yang menyuguhkan pornografi dan dapat diakses oleh semua orang. Dari hasil penelitian ini terdapat
pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden yang menggunakan media sosial 1- 2 jenis media sosial sebanyak 67,2 responden dan yang menggunakan lebih dari
2 media sosial ada sebanyak 32,8 responden. Dalam penelitian terkait lainnya pada skala nasional Niesen 2014 terdapat
70 pengguna smartphone menggunakan Facebook sebagai jejaring sosial favorit mereka, diikuti oleh
Twitter 36 dan Google+ 11. Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
seluruh responden memiliki media sosial dan mengunakan lebih dari dua media sosial. Media sosial yang bebagai jenis ini memberikan ketertarikan bagi para
siswa untuk memperluas hubungan mereka dengan orang lain dan tidak sedikit juga yang menggunakannya untuk menambah jumlah teman baru.
5.1.3. Situs
Berdasarkan pengetahuan responden terhadap alamat situs porno, yang bisa dilihat pada tabel 4.3 diketahui bahwa sebanyak 16 orang siswa yang
mengetahui situs porno 26,2 siswa tidak mengetahui situs porno dan sebanyak 45 orang 73,8 siswa mengetahui alamat situs porno. Berdasarkan hasil
penelitian yang dikutip oleh Eriandany 2006, bahwa situs porno mendorong terjadinya tindak kriminal dan perilaku seksual menyimpang. Selain itu juga situs
porno memungkinkan para penggunanya untuk melakukan berbagai komunikasi erotik melalui komputer mulai dari tingkatan bersifat godaan atau lelucon porno,
pencarian dan tukar-menukar informasi mengenai pelayanan seksual sampai pada sikusi terbuka tentang perilaku seksual menyimpang. Komunikasi melalui internet
seringkali digunakan untuk mengeksploitasikan pornographi yang melibatkan anak-anak dan remaja serta alat yang dipakai untuk menyamarkan identitas
seksual seseorang dengan tujuan tertentu. Jadi ada kecenderungan mereka yang mengetahui situs porno untuk membukanya dan mengalami perilaku seks yang
beresiko daripada mereka yang tidak mengetahui.
5.1.4. Intensitas Akses