Analisis Isi LANDASAN TEORI TENTANG KETASAWUFAN

32 a. Pemilihan satuan analisis b. Konstruksi kategori c. Penarikan sampel d. Reabilitas koding Menurut Bulaeng tahapan-tahapan penelitian dalam analisis isi ada sepuluh tahapan, sebagai berikut: a. Merumuskan pertanyaan penelitian atau hipotesis b. Mendefinisikan populasi yang diteliti c. Memilih sampel yang sesuai populasi d. Memilih dan menentukan unit analisis e. Menyusun kategori-kategori isi f. Membuat sistem hitungan g. Melatih para pengkode dan melakukan percobaan h. Mengkode isi menurut definisi yang telah ditentukan i. Menganalisa data yang sudah dikumpulkan j. Menarik kesimpulan-kesimpulan dan mencari indikasi. Adapun menurut Rakhmat, tahapan-tahapan dalam penelitian analisis isi pada umumnya terdiri dari enam tahapan, sebagai berikut: a. Perumusan masalah b. Perumusan hipotesis c. Penarikan sampel d. Pembuatan alat ukur e. Pengumpulan data 33 f. Analisis data. Penggunaan analisis isi dilakukan bila ingin memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang. Analisisi isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi seperti: surat kabar, buku, puisi, lagu, cerita, lukisan, pidato, surat, peraturan, undang-undang, musik, iklan, dsb. 3 3. Penerapan Teori Analisis Isi Berdasarkan teori atau tahapan-tahapan di atas, maka penulis berniat untuk menggunakan teori yang ketiga yaitu menurut Rakhmat, yaitu: Adapun menurut Rakhmat, tahapan-tahapan dalam penelitian analisis isi pada umumnya terdiri dari enam tahapan, sebagai berikut: a. Perumusan masalah b. Perumusan hipotesis c. Penarikan sampel d. Pembuatan alat ukur e. Pengumpulan data f. Analisis data. Penggunaan analisis isi dilakukan bila ingin memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang. Analisisi isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi seperti: surat kabar, buku, puisi, lagu, cerita, lukisan, pidato, 3 Jumroni, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta, 2006, cet ke-1, hal. 70-72. 34 surat, peraturan, undang-undang, musik, iklan, dsb.

B. KETASAWUFAN

1. Essensi Tasawuf Tasawuf adalah suatu kehidupan rohani yang merupakan fitrah manusia dengan tujuan untuk mencapai hakikat yang tinggi, berada dekat atau sedekar mungkin dengan Allah dengan jalan mensucikan jiwanya, dengan melepaskan jiwanya dari kungkungan jasadnya yang menyadarkan hanya kepada kehidupan kebendaan, disamping juga melepaskan jiwanya dari noda-noda sifat dan perbuatan yang tercela. Syaikhul Islam zakari Al-Anshari menyebutkan, tasawuf adalah ilmu yang menerangkan hal-hal tentang cara-cara mensucibersihkan jiwa, tentang cara pembinaan kesejahteraan lahir dan batin untuk mencapai kebahagiaan yang abadi. Hakikat tasawuf adalah perpindahan sikap mental, keadaan jiwa dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain yang lebih baik lebih tinggi dan lebih sempurna, suatu perpindahan dari alam kebendaan kepada alam rohani. Dalam rangka mensucikan jiwa demi tercapainya kesempurnaan dan kebahagiaan hidup tersebut, maka diperlukan suatu riyadah latihan dari satu tahap ke tahap lain yang lebih tinggi. Jadi untuk mencapai kesempurnaan rohani tidaklah dapat dicapai secara spontan dan sekaligus. Memang semua sufi sependapat bahwa untuk dapat mencapai tujuan dekat atau berada di hadirat Allah, satu- satunya jalan hanyalah dengan “kesucian jiwa”. Dan untuk mencapai tingkat kesempurnaan dan kesucian jiwa itu 35 sendiri memerlukan pendidikan dan latihan mental yang panjang dan bertingkat. 4 Beberapa ayat di dalam Al- Qur‟an mengatakan bahwa manusia dekat sekali pada Tuhan, di antaranya: a. Surat Al-Baqarah ayat 186: ۱۸٦ Artinya: “Dan apabila hmba-hamba- ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah, bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang-orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada- Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.Q.S. Al-Baqarah: 186 b. Surat Thaha ayat 84: ۸٤ Artinya: “Berkata Musa: Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku bersegera kepada-Mu. Ya Tuhanku agar supaya engkau rida kepadaku. Q.S. Thaha: 84.

2. Konsep-konsep Ketasawufan

a. Maqamat Secara bahasa kata maqâmât bentuk jamak, bentuk tunggalnya maqâm. Artinya tempat berdiri, posisi, atau kedudukan Yang dimaksud dengan Maqam tingkatan oleh para sufi ialah tingkatan seorang hamba Allah di hadapan-Nya, dalam hal ibadah dan latihan-latihan jiwa yang dilakukannya. Maqam merupakan hasil dari 4 Mustafa, Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 1997, cet ke-4, hal. 207-209. 36 kesungguhan dan perjuangan terus-menerus, ini berarti bahwa seorang salik baru dapat berpindah dan naik dari satu maqam ke maqam berikutnya setelah melalui latihan-latihan dan menanamkan kebiasaan- kebiasaan yang lebih baik lagi, dan telah pula menyempurnakan syarat-syarat maqam yang ada dibawahnya. Menurut Harun Nasution, maqamat adalah jalan ruhani yang harus di lewati oleh calon sufi, dan jalan tersebut dibagi dalam beberapa tingkatan, tempat seorang sufi menunggu sambil berusaha keras membersihkan dirinya agar dapat melanjutkan ke tingkatan berikutnya. Sedangkan menurut jalaludin Rakhmat, maqamat lebih merupakan derajat ruhani yang harus dilewati oleh seorang salik ketika menuju pada Allah. 5 Untuk berada dekat dengan Tuhan, seseorang yang sufi harus menempuh jalan panjang yang berisis stasiun-stasiun, yang disebut maqamat dalam istilah Arab, atau stages dan stations dalam istilah Inggris. Buku-buku tasawuf tidak selamanya memberikan angka dan susunan yang sama tentang stasiun-stasiun ini. Sama halnya tentang jumlah tingkatan maqam tidak disepakati ulama tasawuf. Perbedaan tersebut sangat;ah beralasan, karena maqam-maqam yang dilalui tersebut terkait erat dengan pengalaman religius seseorang. Istilah Maqamat dalam Al- Qur‟an 5 Ismail, Asep Usman. Sajarah, Wiwit St. Sururin. Tasawuf, Jakarta: Pusat studi Wanita, 2005, hal111-112