Penggunaan R Squared yang dugunakan adalah Adjusted R Squared. Menurut Nugroho 2005 “... untuk regresi linear berganda sebaiknya menggunakan R Squared
yang telah disesuaikan atau tertulis Adjusted R Square, karena disesuaikan dengan jumlah variabel independend yang digunakan dalam penelitian”.
Berdasarkan hasil estimasi di atas dapat menunjukan bahwa Adjusted R
2
= 0.892 atau 89,2 yang bermakna bahwa 89,2 variabel CAR, LDR, NIM, NPL dan
ROA secara bersama-sama mampu menjelaskan kinerja perbankan atau tingkat kesehatan perbankan di Indonesia dan sisanya sebesar 11.8 persen dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam modal estimasi. Keeratan korelasi antara variabel independen dengan dependen sangat kuat karena 80.
4.9.2 Uji Statistik
Estimasi untuk mengetahui pengaruh variabel bebas independent variable terhadap variabel terikat dependent variable dilakukan dengan menggunakan
menggunakan model regresi berganda. Hasil perhitungan analisis regresi ganda dengan menggunakan
program Eviews Versi 5.1 dapat dilihat seperti data berikut :
Y = -3,1045 + 0,0772CAR + 0,0641LDR + 0,0767NIM + 0,0765NPL + 0,0754ROA
Std Error 0.019
0.007 0.008
0,005 0.004
z-statistic 3.911 9.463
10.057 15.142 18.477 Prob
0.000 0. 000 0. 000 0. 000 0. 000
Adjusted R
2
= 0.892
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya, bahwa pengujian secara parsial dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi sig pada hasil
estimasi. Berdasarkan hasil estimasi diperoleh nilai z-hitung variabel probabilitas pada seluruh variabel bebas dinyatakan signifikan karena nilai prob 0,000
α 0.05. Berdasarkan hasil regresi diketahui bahwa :
a. Koefisien regresi untuk CAR sebesar 0,0772 mengandung arti bahwa setiap
peningkatan 1 satuan nilai pembobotan CAR , maka tingkat kesehatan bank akan meningkat 0,0772 atau 7,72. Pengaruh CAR pada Tingkat Kesehatan Bank
adalah positif maksudnya kenaikan nilai pembobotan CAR akan diikuti oleh kenaikan Tingkat Kesehatan Bank dan sebaliknya, jika terjadi penurunan nilai
pembobotan CAR maka akan menurunkan Tingkat Kesehatan Bank variabel lain dianggap tetap. Variabel yang diolah adalah nilai pembobotan berasal dari nilai
posisi sebenarnya yang telah diolah melalui proses pembobotan dengan peringkat yang telah disesuaikan dengan peringkat yang berlaku umum sesuai dengan
ketentuan BI dan yang dipakai Biro Riset Infobank. b.
Koefisien regresi untuk NIM sebesar 0,0767 mengandung arti bahwa setiap peningkatan 1 satuan nilai pembobotan NIM , maka tingkat kesehatan bank akan
meningkat 0,0767 atau 7,67. Pengaruh NIM pada Tingkat Kesehatan Bank adalah positif maksudnya kenaikan nilai pembobotan NIM akan diikuiti oleh
kenaikan Tingkat Kesehatan Bank dan sebaliknya, jika terjadi penurunan nilai pembobotan NIM maka akan menurunkan Tingkat Kesehatan Bank variabel lain
dianggap tetap.
Universitas Sumatera Utara
c. Koefisien regresi untuk NPL sebesar 0,0765 mengandung arti bahwa setiap
peningkatan 1 satuan nilai pembobotan NPL , maka tingkat kesehatan bank akan meningkat 0,0765 atau 7,65. Pengaruh NPL pada Tingkat Kesehatan Bank
adalah positif maksudnya kenaikan nilai pembobotan NPL akan diikuiti oleh kenaikan Tingkat Kesehatan Bank dan sebaliknya, jika terjadi penurunan nilai
pembobotan NPL maka akan menurunkan Tingkat Kesehatan Bank variabel lain dianggap tetap.
d. Koefisien regresi untuk ROA sebesar 0,0754 mengandung arti bahwa setiap
peningkatan 1 satuan nilai pembobotan ROA , maka tingkat kesehatan bank akan meningkat 0,0754 atau 7,54. Pengaruh ROA pada Tingkat Kesehatan Bank
adalah positif maksudnya kenaikan nilai pembobotan ROA akan diikuiti oleh kenaikan Tingkat Kesehatan Bank dan sebaliknya, jika terjadi penurunan nilai
pembobotan ROA maka akan menurunkan Tingkat Kesehatan Bank variabel lain dianggap tetap.
e. Koefisien regresi untuk LDR sebesar 0,0641 mengandung arti bahwa setiap
peningkatan 1 satuan nilai pembobotan LDR , maka tingkat kesehatan bank akan meningkat 0,0641 atau 6,41. Pengaruh LDR pada Tingkat Kesehatan Bank
adalah positif maksudnya kenaikan nilai pembobotan LDR akan diikuiti oleh kenaikan Tingkat Kesehatan Bank dan sebaliknya, jika terjadi penurunan nilai
pembobotan LDR maka akan menurunkan Tingkat Kesehatan Bank variabel lain dianggap tetap.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil analisis diatas, diketahui bahwa seluruh peringkat kesehatan dari faktor CAMEL mempengaruhi secara positif dengan Tingkat Kesehatan Bank,
kenaikan masing-masing faktor CAMEL juga akan menaikkan Tingkat Kesehatan Bank. Dari kelima faktor CAMEL yang ada, diketahui bahwa peringkat CAR dan
NIM merupakan faktor tertinggi yang mempengaruhi Tingkat Kesehatan Bank dengan nilai masing-masing 0,0772 dan 0,0767
Capital Adequacy Ratio CAR merupakan rasio utama dalam permodalan dengan tujuan utama untuk menilai kecukupan modal yang dimiliki bank dalam
menyerap kerugian yang mungkin timbul dari kegiatan usaha bank dan untuk memenuhi ketentuan yang berlaku. Ketentuan ini diperlukan agar bank siap dan
mampu menanggung kemungkinan kerugian yang timbul. Modal yang dimaksud minimal Rp 80 milyar dan selanjutnya wajib memenuhi paling kurang Rp 100 milyar
pada tanggal 31 Desember 2010. Terkait dengan modal, bank diwajibkan untuk memenuhi ketentuan rasio
CAR minimal 8 yang dihitung dari perbandingan antara modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR. ATMR dihitung berdasarkan bobot risiko
masing-masing pos aktiva neraca dan rekening administratif. Semakin tinggi rasio CAR mengindikasikan bahwa bank semakin solvabel. Pengelolaan atas risiko yang
melekat dalam aktivitas bank dapat mempengaruhi besaran modal yang tercermin dari rasio CAR. Sesuai dengan ketentuan BI No. 610PBI2004 tanggal 12 April 2004
tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, CAR dianggap Sangat Baik bila berada pada posisi 12.
Universitas Sumatera Utara
Dari data yang ada diketahui bahwa 114 bank berperingkat Sangat Baik 12 dan 6 bank berperingkat Baik. Dari perkembangan ini dapat dikatakan bahwa
perbankan Indonesia cukup solvabel menghadapi risiko. Secara teoritis, kondisi ini sebenarnya cukup untuk mendukung untuk melakukan ekspansi kredit yang lebih
besar. Dengan nilai CAR yang terlalu tinggi bukan berarti bank tersebut baik, karena
bank tersebut tidak mengalokasikan dananya kedalam aktiva produktif yang merupakan fungsi utama bank yaitu memberikan pinjaman atau kredit kepada defisit
unit. Dalam hal posisi rasio CAR yang terlalu tinggi mengindikasikan bank hanya menyalurkan dananya dalam bentuk aktiva yang risikonya rendah bahkan tidak ada
seperti pada pembelian Sertifikat Bank Indonesia SBI. Risiko pada pemilikan SBI adalah nol karena dijamin pengembaliannya oleh Bank Indonesia BI. Dengan
kondisi ini mengindikasikan bank tidak menjalankan fungsi utamanya yaitu intermediasi, kondisi ini dapat dilihat pada rasio LDR. Selain tidak disalurkan pada
kredit, CAR yang tinggi juga dapat diakibatkan adanya suntikan modal yang telah disetujui oleh BI diakhir periodetahun laporan keuangan.
Dalam terjadinya krisi global, bank di Indonesia terkena imbas atas krisis ini, tetapi tidak sampai dengan terjadinya likuidasi yang besar seperti yang terjadi pada
krisis pada tahun 19971998. Salah satu faktor utama dari kuatnya perbankan Indonesia adalah penerapan ketentuan CAR, karena dengan ketentuan ini bank telah
memiliki kecukupan modal untuk menyerap risiko-risiko yang mungkin timbul. Inilah salah satu bukti dari perlunya CAR diwajibkan oleh bank sentral.
Universitas Sumatera Utara
Sama halnya dengan CAR, Net Interest Margin NIM juga memiliki nilai tertinggi yang membentuk Tingkat Kesehatan Bank, nilai terbaik dari NIM adalah
3. NIM dikategorikan dalam aspek manajemen karena tujuan utama dari unit bisnis adalah untuk menghasilkan pendapatan dari aktivitas utama bisnisnya, yaitu
pendapatan bungamargin bunga yang berasal dari pinjamannya. Semakin tinggi nilai NIM maka semakin tinggi tingkat efektifitas manajemen menjaga gap antara
pendapatan bunga dan beban bunga spread. NIM merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui margin bunga atau
kemampuan bunga untuk menutupi beban bunga, pembentukan cadangan sekaligus return terhadap total aset. Pendapatan Bunga bersih pada umumnya merupakan
sumber pendapatan utama. Pendapatan ini dipengaruhi oleh perubahan pendapatan asset, perubahan suku bunga, kenaikanpenurunan Cost of Fund atau perubahan
komposisi aset bank. Dari 120 bank yang ada, 117 bank memiliki peringkat NIM “Baik”.
Non Performing Loan NPL merupakan pinjamankredit yang tidak dapat menghasilkan pendapatan atau dalam kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan
Macet. Tujuan dari rasio ini adalah untuk mengetahui tingkat permasalahan aktiva produktif dalam pinjamankredit yang dihadapi bank termasuk kinerja manajemen
risiko. Semakin besar risiko ini mengindikasikan kualitas pinjamankredit dan kinerja manajemen risiko kredit semakin memburuk yang pada gilirannya dapat
mengakibatkan kerugian pada bank.
Universitas Sumatera Utara
NPL dipengaruhi oleh perkembangan pinjamankredit, antara lain adanya pelunasan, restrukturisasi, penghapusbukuan, industri telah jenuh dan penambahan
pinjamankredit. Peringkat terbaik pada rasio ini adalah 5 sangat baik dan terburuk adalah 12. Saat ini terdapat 65 bank dalam kategori Sangat Baik dan 1
bank yang dalam kategori tidak baik. Dinamika NPL dalam beberapa tahun terakhir mengisyaratkan bahwa keadaan bisa membaik atau memburuk dengan cepat karena
goncangan disektor riil . Nilai koefisien pada ROA adalah 0,075. ROA ini digunakan untuk mengukur
manajeman atas seluruh aktivanya dalam menghasilkan laba. Semakin kecil rasio ini mengindikasikan kurangnya kemampuan bank baik dalam mengelola struktur aktiva
maupun dalam meningkatkan pendapatan dan biaya yang mempengaruhi modal bank. Posisi terbaik dalam rasio ini adalah 1,5. Akibat dari krisis global, perkembangan
ROA perbankan di Indonesia sangat mempangaruhi peringkat ROA, dimana dari 120 bank, hanya 81 bank yang berada pada posisi Sangat Baik atau berada pada posisi
1,5. Faktor terendah dari CAMEL yang mempengaruhi Tingkat Kesehatan Bank
adalah LDR, dimana nilai koefisien regresinya adalah 0,064. LDR bertujuan untuk mengetahui besarnya portfolio kredit yang bersumber dari dana pihak ketiga.
Peringkat kesehatan rasio ini tidak didasarkan oleh peningkatan atau penurunan rasio LDR, karena peringkat LDR dinilai dari range rasio yang ada. Rasio terbaik adalah
pada range 50 sd 75 dan terendah adalah 120.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada Bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisa rasio CAMEL diketahui bahwa terdapat 86 bank yang
berada dalam kategori sehat dari seluruh jumlah 120 bank yang ada di Indonesia tahun 2008. Bank dalam kategori Sehat karena dari seluruh aspek CAMEL berada
dalam kategori sehat atau nilai komposit perhitungan CAMEL berada pada 81 keatas.
2. Berdasarkan hasil analisa rasio CAMEL diketahui bahwa terdapat 29 bank yang
berada dalam kategori Cukup Sehat dari seluruh jumlah 120 bank yang ada di Indonesia tahun 2008. Kebanyakan bank yang berada pada ketegori ini
disebabkan tingginya NPL dan rendahnya ROA. 3.
Berdasarkan hasil analisa rasio CAMEL diketahui bahwa terdapat 5 bank yang berada dalam kategori Kurang dari seluruh jumlah 120 bank yang ada di
Indonesia tahun 2008. Kebanyakan bank yang berada pada kategori Kurang Sehat disebabkan rendahnya ROA dan NIM, tingginya NPL dan nilai rasio CAR dan
LDR yang berada pada nilai menengah moderat.
105
Universitas Sumatera Utara