Penilaian Kualitas Pelayanan Keperawatan

29 Adanya ketentuan Pasal 64 sampai dengan pasal 66 UU ketenagakerjaan dan putusan Mahkamah Konstitusi pada tahun 2004, menjadi legitimasi tersendiri bagi keberadaan outsourcing di Indonesia. Artinya, secara legal formal, sistem kerja outsourcing memiliki dasar hukum kuat untuk diterapkan. Keadaan demikian yang membuat pengusaha menerapkan sistem ini. Pengguna outsourcing seringkali digunakan sebagai strategi kompetisi perusahaan untuk fokus pada core business-nya. Namun, pada prakteknya outsourcing didorong oleh keinginan perusahaan untuk menekan cost sehingga serendah-rendahnya dan mendapat keuntungan berlipat ganda walaupun seringkali melanggar etika bisnis PPM manajemen, 2008.

2.3.5. Penilaian Kualitas Pelayanan Keperawatan

Longast dalam Gaffar 1999, menyatakan banyak aspek yang dapat dipakai untuk menilai kualitas pelayanan keperawatan, misalnya dapat dilihat dari struktur perawat itu sendiri dan bagaimana bentuk perawatan yang diberikan. Hal ini meliputi ruang lingkup perawatan, tingkat pendidikan yang memberikan perawatan, atau berbagai karakteristik lainnya. Proses pemberian perawatan itu sendiri tentu juga dapat dinilai untuk mengetahui mutunya. Dalam hal ini dilihat bagaimana interaksi antara pemberi perawatan dengan yang dirawat. Kegiatan dapat meliputi pengamatan langsung pada pasien di ruang rawat inap, melihat data rekam medik, serta menilai kepatuhan dan kelayakan pengobatan yang diberikan. Bentuk penilaian lain adalah mengamati hasil pelayanan keperawatan yang diberikan. Universitas Sumatera Utara 30 Dalam penilaian kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit banyak pendekatan yang dilakukan dengan mendesain standar–standar kualitas, yang bisa berjumlah dalam ribuan yang pada akhirnya menjadi satu standar mutu pasien, dimana kualitas perawatan harus didukung dengan konsisten dan kemampuan untuk diperbandingkan Gaffar, 1999. Prinsip dalam pengukuran kualitas pelayanan keperawatan kepada pasien yang dilihat standar perawatan pasien bertujuan untuk membantu perawat dalam melanjutkan peningkatan perawatan yang konsisten, kontiniu dan bermutu. Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat diukur melalui standar pelayanan di rumah sakit yang berfungsi untuk mengetahui, memantau dan menyimpulkan apakah pelayananasuhan keperawatan yang diselenggarakan di rumah sakit sudah mengikuti persyaratan – persyaratan, maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan dapat dipertanggung jawabkan, termasuk kualitasnya. Bila kualitas pelayanan dapat dipertanggungjawabkan maka dapat dikatakan bahwa kualitas pelayanannya juga harus dianggap baik. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan standar ini, perlu dilakukan penilaian secara objektif dengan menggunakan metode dan instrumen penilaian yang baku. Instrumen evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan, angket dalam pelayanan keperawatan kepada pasien dan keluarga serta pedoman observasi pelaksanaan tindakan keperawatan yang mana ketiganya saling terkait satu sama lain Depkes RI, 1997. Menurut Nursalam 2002, dalam menilai mutu pelayanan keperawatan kepada pasien digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktik keperawatan yang Universitas Sumatera Utara 31 dijabarkan mengacu pada tahapan proses keperawatan, yang meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Standar I : Pengkajian Keperawatan Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Kriteria pengkajian keperawatan, meliputi : a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese, observasi, pemeriksaan fisik serta dari pemeriksan penunjang. b. Sumber data adalah klien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medis dan catatan lain. c. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi status kesehatan klien masa lalu, status kesehatan klien saat ini, status biologis – psikologis spiritual, respon terhadap terapi, harapan tingkat kesehatan yang optimal dan resiko – resiko tinggi masalah. Standar II : Diagnosa Keperawatan Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan. Adapun kriteria proses : a. Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah klien dan perumusan diagnosa keperawatan. b. Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah P, penyebab E, dan tanda atau gejala S atau terdiri dari masalah dan penyebab PE. Universitas Sumatera Utara 32 c. Bekerjasama dengan klien dan tugas kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosa keperawatan. d. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru. Standar III : Perencanaan Keperawatan Perawatan membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan klien. Kriteria prosesnya meliputi : a. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan. b. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan. c. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien. d. Mendokumentasi rencana keperawatan. Standar IV : Implementasi Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan. Kriteria proses meliputi : a. Bekerjasama dengan tim kesehatan lain. b. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain. c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien. d. Memberikan pendidikan kepada klien dan keluarga mengenai konsep keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakan. Universitas Sumatera Utara 33 e. Mengakaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan responde klien. Standar V : Evaluasi Keperawatan Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Adapun kriteria prosesnya : a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus menerus. b. Menggunakan data dasar respon klien dalam mengukur perkembangan ke arah pencapaian tujuan. c. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat. d. Bekerjasama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan. e. Mendokumentasi hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan. Menurut Nursalam 2002, standar keperawatan adalah pernyataan deskriptif mengenai kualitas pelayanan yang diinginkan untuk mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien. Dengan standar asuhan keperawatan tersebut, maka pelayanan keperawatan menjadi lebih terarah.

2.3.6. Motivasi Kerja Perawat terhadap Kualitas Pelayanan