1 - 17 = Sedikit sekali
c. Studi dokumentasi Memaparkan data-data yang dibutuhkan dalam menjawab permasalahan yang
diteliti. Sedangkan teknik penulisan skripsi ini, maka penulis menggunakan buku
pedoman penulisan skripsi yang disusun oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.
E. Sistematika Penyusunan
Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, maka penulis membaginya dalam
empat bab, penulis uraikan sebagai berikut: Bab Pertama,
Merupakan bab pendahuluan sebagai gambaran umum tentang
penulisan skripsi, pada bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab Kedua, Pada Bab ini akan membahas mengenai tata cara dan proses
perceraian secara resmi di Pengadilan Agama, dan proses perceraian pada masyarakat Desa Palasari Girang Kecamatan Kalapanunggal Kabupaten Sukabumi
Bab Ketiga,
Bab ini membahas kondisi masyarakat di Desa Palasari Girang Kec. Kalapanunggal Kab. Sukabumi,
Bab keempat, memuat hasil panelitian yang meliputi Karakteristik
responden, pengetahuan masyarakat setempat mengenai hukum perkawinan dan perceraian, pemahaman masyarakat setempat mengenai hak dan kewjiban suami istri
pasca percerain, faktor-faktor penyebab perceraian di luar prosedur Pengadilan
Agama dan dampaknya terhadap pemenuhan nafkah idah dan nafkah anak Bab Kelima,
Penutup, yang meliputi: kesimpulan dan saran.
9
BAB II PROSEDUR RESMI CERAI TALAK DAN KENYATAAN DI MASYRAKAT
DESA PALASARI GIRANG KEC.KALAPANUNGGAL KAB. SUKABUMI
A. Tata Cara dan Prosedur Resmi Pemeriksaan Perkara Cerai
Pada dasarnya talak adalah ungkapan yang merupakan hak suami untuk menceraikan istrinya. Dahulu laki-laki muslim di Indonesia, dapat saja menceraikan
istrinya dengan ungkapan-ungkapan tertentu langsung kepada istrinya di hadapan saksi.
1
Tentu saja kesewenang-wenangan tersebut tidak dapat dibiarkan berlanjut demi untuk menertibkan dan mensejahterakan keluarga masyarakat Indonesia.
Langkah penetiban itulah salah satunya dengan dikeluarkannya UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan PP No. 9 Tahun 1975 Tentang pelaksanaan Undang-
undang tersebut, sejalan dengan asasnya yaitu mempersulit perceraian. Sejak berlakunya UU Parkawinan dan PP tersebut, penggunaan kebolehan lembaga talak
diatur dan dibatasi dengan barbagai syarat yang disesuaikan dengan ketentuan hukum islam. Tata cara penggunaan talak mesti melalui campur tangan pengadilan yang
diberi kewenangan untuk menilai dan mempertimbangkan apakah yang menjadi dasar pertimbangan suami untuk mentalak istrinya, apakah dapat di benarkan menurut
hukum dan nilai moral islam.
2
1
Moh. Daud Ali, dan Habibah Daud, Lembaga-Lembaga Islam di Indonesia, Jakarta, PT Raja Grapindo Persada, 1995 Cet. Ke-1 h.94
2
M. Yahya Harahap, Kedudukan, Kewenangan, dan Acara Pradilan Agama UU No. 7 Tahun 1989, Jakarta, Pustaka Kartini, 1997 Cet. Ke-3, h.230