xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan keanekaragaman jenis buah, sehingga dengan pengelolaan sektor agribisnis yang tepat dapat
menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil buah - buahan tropis terbesar di dunia. Buah merupakan sumber vitamin A, C, serat dan mineral yang berguna
sebagai zat pengatur tubuh serta untuk mengurangi peningkatan kadar gula darah, sehingga ketersediaan buah
– buahan yang memadai di pasaran memegang peranan penting dalam penyediaan vitamin dan nutrisi untuk masyarakat.
Buah menjadi komoditas yang prospektif untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi dengan permintaan pasar yang tumbuh pesat
baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Seiring berjalannya waktu dalam menghadapi era globalisasi, keikutsertaan Indonesia dalam lembaga
– lembaga internasional seperti World Trade Organization WTO, Asean Free Trade Area
AFTA, Asia Pacific Economic Cooperation APEC, dan Asean China Free Trade Agreement
ACFTA semakin mendorong pemerintah untuk lebih terbuka atas masuknya produk impor di wilayah Indonesia.
Pemberlakuan AFTA yang merupakan bentuk kesepakatan negara –
negara Association of South East Asia Nations ASEAN untuk membentuk suatu kawasan perdagangan bebas ASEAN pada tahun 2004 yang secara serempak
dilakukan pada tahun 2010, menyebabkan jumlah dan ragam buah yang ber
2
edar di Indonesia semakin beragam. Perjanjian perdagangan bebas ACFTA pada tahun 2002 menghasilkan kesepakatan mengenai penurunan tarif
masuk berbagai komoditi, sehingga berdampak pada penurunan hambatan tarif masuk semua komoditi hortikultura yang harus diturunkan menjadi nol hingga
lima persen Kementerian Perindustrian, 2012:2. Pasar buah
– buahan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin dibanjiri buah impor, karena dampak dari penurunan tarif masuk impor produk tersebut.
Perkembangan volume impor buah di Indonesia dapat dilihat secara terperinci pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1 Perkembangan Volume Impor Buah di Indonesia Tahun 2007 - 2011
Buah Volume Impor Ton
Rata – rata
Pertumbuhan 2007
2008 2009
2010 2011
Jeruk 119.740 143.770 216.785 203.916 231.542
13,5 Apel
146.655 141.239 155.277 199.484 214.245 8,5
Pisang 25
56 328
2.779 1.631
38,75 Nanas
345 2.014
198 219
267 -2,5
Pepaya 57
163 300
580 299
16,25 Melon
111 100
632 364
348 -4
Sumber : Kementerian Pertanian 2012:2
Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa volume buah impor yang masuk cukup fluktuatif, dengan rata
– rata pertumbuhan tertinggi pada impor buah pisang yang mencapai 38,75 dan impor buah melon dengan rata
– rata pertumbuhan terendah yaitu -4. Hal ini mengindikasikan terjadinya pergeseran
perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal, dimana persepsi akan menggiring konsumen membangun kesadaran suatu produk. Kesadaran dan
persepsi akan membentuk sikap konsumen dalam memilih produk mana yang
3
akan dikonsumsinya, baik itu buah lokal maupun buah impor berdasarkan preferensi konsumen tersebut.
Saat ini semakin banyak atribut buah yang menjadi preferensi konsumen dalam mengkonsumsi buah, seperti jenis buah, stabilitas harga, higienitas,
komposisi nutrisi dan aspek lingkungan, sehingga dapat dikatakan bahwa keterlibatan konsumen dalam memilih buah untuk konsumsi semakin
diperhitungkan. Keputusan mengkonsumsi buah lokal merupakan langkah awal konsumen membentuk sikap positif dan evaluatif untuk mengkonsumsi buah
lokal secara terus – menerus.
Suatu negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia menjadikan industri sebagai salah satu sektor yang mendapat prioritas untuk dikembangkan
menjadi motor bagi pembangunan ekonomi. Pembangunan sektor industri di Indonesia menunjukkan perkembangan yang cukup pesat, hal ini dapat terlihat
melalui bangunan pabrik sebagai tempat berlangsungnya proses produksi terus berdiri di berbagai wilayah kepulauan di Indonesia.
Sektor industri sering disebut sebagai leading sector atau sektor pemimpin, hal ini dikarenakan dengan adanya pembangunan industri, maka akan
memacu dan mengangkat pembangunan sektor - sektor lainnya seperti sektor pertanian. Pertumbuhan industri yang pesat akan merangsang sektor pertanian
untuk menyediakan dan memasarkan komoditas hortikultura baik bagi konsumsi pangan individu tenaga kerja maupun bahan baku bagi industri pengolahan
Kementerian Perindustrian, 2012:6.
4
Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia dalam lingkup industri memerlukan konsumsi pangan yang bergizi sesuai dengan asupan nutrisi yang
dibutuhkan oleh tubuh yang diperlukan dalam proses pertumbuhan untuk menunjang kesehatan dan produktivitas dalam bekerja. Buah merupakan salah
satu konsumsi pangan yang termasuk dalam bagian menu penutup dessert yang banyak mengandung vitamin, air dan mineral yang mempunyai banyak manfaat
untuk metabolisme tubuh. Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi yang memiliki jumlah penduduk
terpadat, yang menjadi pusat pemerintahan negara yang terdiri dari lima kotamadya. Layaknya kota besar, di provinsi DKI Jakarta ketersediaan buah
– buahan mudah ditemukan karena pada umumnya masyarakat di dalamnya
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai pentingnya gizi bagi tubuh yang didukung oleh kemampuan ekonomi yang lebih baik. Pada tahun 1999
– 2001 ketersediaan buah
– buahan di DKI Jakarta mencapai 868.722 ton tahun dengan kebutuhan konsumsi sebesar 109,48 kgkapitatahun BPS DKI Jakarta, 2004:3.
Ketersediaan dan kebutuhan konsumsi buah – buahan di DKI Jakarta secara
terperinci dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2 Ketersediaan dan Kebutuhan Konsumsi Buah di Provinsi DKI Jakarta
Tahun 1999 – 2003
No. Tahun
Komoditi Buah – buahan
Ketersediaan Ton
Kebutuhan Konsumsi Kgkapita
1. 1999
206.442 30,55
2. 2000
343.762 42,19
3. 2001
308.518 36,74
4. 2002
317.221 39,92
5. 2003
319.016 38,02
Sumber : BPS DKI Jakarta 2004:3
5
Berdasarkan Tabel 2 di atas, pada tahun 2000 - 2001 ketersediaan buah –
buahan mengalami penurunan sebesar 35.224 ton karena peningkatan permintaan buah
– buahan yang tidak diimbangi oleh kemampuan produksi buah dalam negeri terkait hasil produksi buah lokal yang fluktuatif dan musiman sehingga dilakukan
impor untuk mencukupi ketersediaan buah. Sejauh ini konsumsi buah lokal dan buah impor telah lama berlangsung sehingga dapat diasumsikan terjadi pergeseran
perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal. Kotamadya Jakarta Utara yang memiliki luas wilayah 142,30 Km
2
merupakan kota keempat terpadat penduduk pada tahun 2010 dengan jumlah penduduk sebanyak 1.645.649 jiwa dengan persentase sebesar 17,13. Jakarta
Utara memiliki potensi ekonomi yang sangat tinggi karena merupakan pusat perekonomian dari kegiatan industri dengan jumlah tenaga kerja terbanyak dan
nilai produksi terbesar mencapai Rp. 114.285.772.858.000, yang bersumber dari 686 perusahaan yang berasal dari kegiatan industri sektor swasta, kegiatan industri
dari BUMN, serta kegiatan industri kecil. Potensi ekonomi dari kegiatan industri di Jakarta Utara secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3 Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi di DKI Jakarta Tahun 2009
No. Kotamadya
Jumlah Perusahaan
Tenaga Kerja
Nilai Produksi Industri
Nilai
1. Jakarta Utara
686 156.789
114.285.772.858 49.6
2. Jakarta Timur
320 95.374
97.176.056.863 42.23
3. Jakarta Barat
537 51.581
15.024.895.037 6.53
4. Jakarta Selatan
92 8.152
2.250.491.297 0.97
5. Jakarta Pusat
64 5.594
1.348.077.371 0.66
DKI Jakarta 1.699
317.450 230.085.293.426
100
Sumber : Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Derah Provinsi DKI Jakarta 2009:18
6
Potensi ekonomi DKI Jakarta sesungguhnya sangat kuat dimiliki oleh kotamadya Jakarta Utara, karena terdapat pelabuhan besar Tanjung Priok yang
menjadi simpul utama aktivitas ekspor impor semua komoditas strategis bagi negara, sehingga kawasan industri ini memiliki potensi yang cukup
menguntungkan untuk pemasaran sebuah produk khususnya buah lokal segar pada konsumen dalam hal ini yaitu tenaga kerja industri. Oleh karena itu, penelitian ini
difokuskan untuk menganalisis bagaimana pengaruh kesadaran, persepsi, dan preferensi konsumen terhadap perilaku mengkonsumsi buah lokal pada kawasan
industri di Jakarta Utara.
1.2 Rumusan Masalah