57
Dalam melakukan perhitungan Cronbach Alpha, peneliti menggunakan alat bantu program komputer yaitu SPSS versi 18.0, dimana instrumen dapat
dikatakan reliabel bila nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,60. 3.7 Uji Asumsi Klasik
Menurut Sarwono 2006,115-117 bahwa uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah model estimasi telah memenuhi kriteria ekonometrika,
dalam arti tidak terjadi penyimpangan yang cukup serius dari asumsi - asumsi yang harus dipenuhi dalam metode Ordinary Least Square OLS. Terdapat enam
asumsi yang diperlukan dalam penaksiran OLS, yaitu : 1. Rata - rata kesalahan pengganggu e sama dengan nol;
2. Kesalahan pengganggu berbentuk distribusi normal; 3. Kesalahan pengganggu tidak berkorelasi dengan variabel independen;
4. Tidak adanya Autokorelasi antar gangguan e; 5. Tidak adanya Multikolinearitas; dan
6. Varian kesalahan pengganggu tetap tidak terjadi Heteroskedastisitas.
3.7.1 Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana terdapatnya hubungan yang linear atau mendekati linear diantara variabel - variabel bebas. Dalam
penelitian ini teknik untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model regresi adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor VIF, dan
nilai tolerance. Apabila nilai tolerance mendekati 1, dan nilai VIF disekitar angka 1 serta tidak lebih dari 10, maka dapat disimpulkan tidak terjadi
58
multikolinearitas antara variabel bebas dalam suatu model regres Sarwono, 2006:116.
3.7.2 Uji Normalitas
Menurut Sarwono 2006:116 bahwa uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi, variabel terikat, variabel bebas atau
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah jika memiliki distribusi data normal atau penyebaran data statistik pada
sumbu diagonal dari grafik distribusi normal. Pengujian normalitas dalam penelitian ini digunakan dengan melihat normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari data normal. Adapun dasar pengambilan keputusan untuk uji
normalitas data sebagai berikut : a Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram menunjukkan distribusi normal, maka model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas.
b Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan distribusi normal, maka
model regresi tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas.
3.7.3 Uji Heteroskedastisitas
Menurut Sarwono 2006:117 behaw uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Cara mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot
59
antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual Yprediksi
– Ysesungguhnya yang telah di- standardized.
Adapun dasar pengambilan keputusan untuk uji heteroskedastisitas sebagai berikut :
a Jika terdapat pola seperti titik yang membentuk pola tertentu atau teratur bergelombang, melebur kemudian menyempit, maka mengindikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas. b Jika tidak ada pola yang jelas, serta terdapat titik - titik menyebar diatas
dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 3.8 Metode Analisis Data
Ardhana dalam Moleong 2002:103 mengungkapkan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola,
kategori, dan satuan uraian dasar. Adapun Taylor 1995:79 mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan
tema dan merumuskan hipotesis ide seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa metode analisis data adalah proses menyusun data secara sistematis yang diperoleh dari observasi melalui pengorganisasian data ke dalam kategori,
melakukan hipotesa sampai membuat kesimpulan secara lengkap. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Analisis kualitatif dengan tabulasi sederhana digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik tenaga kerja pada kawasan industri di Jakarta Utara
60
yang terdiri dari usia, status perkawinan, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan serta pengeluaran untuk buah lokal.
Menurut Sugiyono 2004:15, metode kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti populasi pada sampel tertentu yang pada umumnya
dilakukan secara random dengan menggunakan instrumen penelitian untuk menguji hipotesis yang diterapkan. Analisis kuantitatif pada penelitian ini
menggunakan bantuan komputer dengan program Statistical Product and Service Solution
SPSS versi 18.0. Data yang diperoleh akan diolah kemudian dianalisis dengan metode regresi linear berganda.
Persamaan regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen atau bebas yaitu
kesadaran konsumen X
1
, persepsi konsumen X
2
dan preferensi konsumen X
3
terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal Y. Adapun rumus matematis dari regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut : Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ e Dimana,
Y = Perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal
a = Konstanta
b1,b2,b3 = Koefisien regresi
X
1
= Variabel kesadaran konsumen X
2
= Variabel persepsi konsumen X
3
= Variabel preferensi konsumen
61
e = Faktor pengganggu
Menurut Arikunto 1996: 67 hipotesis adalah penjelasan yang bersifat sementara yang diajukan dalam sebuah penelitian. Berdasarkan permasalahan
yang telah diuraikan, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut : Ho =
Tidak ada pengaruh kesadaran, persepsi dan preferensi kosumen terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi
buah lokal pada kawasan industri di Jakarta Utara. H
1
= Terdapat pengaruh kesadaran, persepsi dan preferensi
konsumen terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal pada kawasan industri di Jakarta Utara.
Untuk memvalidasi bentuk persamaan regresi linear berganda diatas maka perlu dilakukan uji statistik sebagai berikut :
a. Uji t – Statistik
Uji t atau uji signifikan parsial dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel bebas memiliki pengaruh atau tidak terhadap variabel terikat. Uji t
dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel Widarjono, 2007:69. Adapun kriteria yang digunakan sebagai berikut :
Ho ditolak apabila : t
hitung
t
tabel
atau Sig α, derajat bebas tertentu H
1
ditolak apabila : t
hitung
t
tabel
atau Sig α, derajat bebas tertentu b. Uji F- Statistik
Uji F- Statistik dilakukan untuk melihat apakah semua variabel independen dalam model secara bersama
– sama memiliki pengaruh yang nyata terhadap variabel independen yang diteliti. Uji F dilakukan dengan
62
membandingkan nilai F
hitung
dengan nilai F tabel atau dengan membandingkan nilai signifikansi dari F
hitung
dengan nilai � Widarjono, 2007:73. Adapun kriteria
untuk uji F yang digunakan sebagai berikut : Ho ditolak apabila
: F
hitung
F
tabel
atau Sig α, derajat bebas tertentu H
1
ditolak apabila : F
hitung
F
tabel
atau Sig α erajat bebas tertentu c. Koefisien Determinasi R
2
Koefisien determinasi dihitung untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah 0 R
2
1. Nilai R
2
yang kecil menandakan bahwa kemampuan variabel - variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas.
Adapun nilai yang mendekati satu menandakan bahwa variabel – variabel
independen mampu memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen Widarjono, 2007:71.
63
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis
Kotamadya Jakarta Utara mempunyai luas 7.133,51 Km
2
, terdiri dari luas lautan 6.993,95 Km
2
dan luas daratan 139,56 Km
2
. Daratan Jakarta Utara membentang dari barat ke timur sepanjang kurang lebih 35 km, menjorok ke darat
antara 4 sd 10 km, dengan kurang lebih 110 pulau yang ada di Kepulauan Seribu. Secara geografis terletak di 15
o
10”00’ - 05
o
10 ”00’ LS dan antara 106
o
29 ”00’ –
106
o
07”00’ BT. Wilayah ini berbatasan dengan Kabupaten Dati II Tangerang, Jakarta Pusat, dan Jakarta Timur di sebelah selatan, Kabupaten Dati II Tangerang
dan Jakarta Pusat di sebelah barat, Jakarta Timur dan Kabupaten Dati II Bekasi di sebelah timur BPS Jakarta Utara, 2013:2.
4.2 Demografi
Pada tahun 1961, Kotamadya Jakarta Utara memiliki jumlah penduduk baru mencapai 469,80 ribu jiwa dan pada tahun 1971, mengalami peningkatan
menjadi 612,20 ribu jiwa, lalu pada tahun 1981 meningkat menjadi 976,40 ribu jiwa. Angka ini terus bertambah di tahun 1990 menjadi 1.075.071 jiwa.
Kemudian pada Desember tahun 2000 menjadi 1.192.719 jiwa. Lalu pada Juni 2001 meningkat mencapai 1.437.057 jiwa, yang terdiri dari 714.319 jiwa laki
– laki dan 722.738 jiwa perempuan. Dengan demikian selama kurun waktu 1961
–
64
2001 jumlah penduduk Jakarta Utara meningkat tiga kali lipat, sedangkan lahan yang ada tidak bertambah.
Meskipun jumlah penduduk Jakarta Utara terus mengalami peningkatan, laju pertumbuhan penduduknya berangsur
– angsur mengalami penurunan. Hal ini karena dari tahun ke tahun terjadi penyebaran jumlah penduduk ke wilayah
sekitar DKI Jakarta, seperti Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi BODETABEK. Penyebaran penduduk itu pun terus meningkat sejalan dengan
pembangunan di wilayah BODETABEK tersebut. Dalam kurun waktu 1961 –
2002, laju pertumbuhan penduduk Jakarta Utara tertinggi terjadi pada kurun 1971 – 1980, dimana peningkatan terjadi dari 2,71 menjadi 5,25 BPS Jakarta
Utara, 2008:3. Pada tahun 2001, Kepulauan Seribu beralih menjadi kabupaten terpisah
sehingga jumlah penduduk Jakarta Utara mengalami penurunan. Namun berdasarkan data terakhir, tingkat kepadatan penduduk per kilometer persegi
kembali mengalami kenaikan. Dengan luas wilayah daratan 139,56 Km
2
, Jakarta Utara harus menanggung penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2013, jumlah penduduk di Jakarta Utara mencapai 485.384 jiwa, yang terdiri dari 243.065 jiwa laki
– laki dan 242.319 jiwa perempuan. Hal tersebut secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.
65
Tabel 6 Jumlah Penduduk Jakarta Utara Menurut Kecamatan Tahun 2013
No. Kecamatan
Penduduk Pria
Wanita Jumlah
1. Kec. Penjaringan
119.820 122.824
242.644 2.
Kec. Pademangan 16.848
16.122 32.970
3. Kec. Tanjung Priok
20.740 20.317
41.057 4.
Kec. Koja 14.073
13.261 27.334
5. Kec. Cilincing
71.584 69.795
141.379
Total 243.065
242.319 485.384
Sumber : BPS Jakarta Utara 2014:2
Bila dilihat dari jumlah penduduk, sebagian besar penduduk Kotamadya Jakarta Utara tinggal di Kecamatan Penjaringan sehingga Penjaringan menjadi
kecamatan terpadat penduduk di Jakarta Utara dengan kepadatan 242.644 jiwa per Km
2
. Selain itu bila dilihat dari jumlah penduduk migran yang masuk di Kotamadya Jakarta Utara, sebagian besar penduduk migran baru juga
mendominasi tinggal di Kecamatan Penjaringan dengan kepadatan 247.609 jiwa per Km
2
. Jumlah penduduk migrant masuk baru di Jakarta Utara secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7 Jumlah Penduduk Migran Masuk Baru di Jakarta Utara Per Kecamatan Tahun 2013
No. Kecamatan
Penduduk Pria
Wanita Jumlah
1. Kec. Penjaringan
122.138 125.471
247.609 2.
Kec. Pademangan 17.029
16.303 33.332
3. Kec. Tanjung Priok
20.893 20.597
41.490 4.
Kec. Koja 14.310
13.538 27.848
5. Kec. Cilincing
73.005 71.644
144.469
Total 247.375
247.553 494.920
Sumber : BPS Jakarta Utara 2014:5
66
Berdasarkan Tabel 7 di atas jumlah migran masuk yang baru mencapai 494.920 jiwa yang terdiri dari 247.375 jiwa laki
– laki dan 247.553 jiwa perempuan, sehingga jumlah keseluruhan penduduk di Jakarta Utara yaitu
980.304 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pendatang lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk asli, mengingat Jakarta Utara sebagai sentra
aktivitas industri maka banyak pendatang baik dari wilayah dalam negeri maupun luar negeri yang merantau bekerja. Baik penduduk asli maupun pendatang
memadati Kecamatan Penjaringan sehingga Penjaringan menjadi kecamatan terpadat baik dari kepadatan jumlah penduduk asli maupun penduduk migran
yang masuk di Kotamadya Jakarta Utara. 4.3 Perindustrian dan Tenaga Kerja
Industri memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian khususnya di wilayah ibukota sebagai usaha padat karya yang beberapa
diantaranya terletak di Kotamadya Jakarta Utara. Berdasarkan data tahun 2007 - 2011, jumlah industri sedang atau besar di Jakarta Utara mengalami penurunan
dengan total mencapai 64, demikian pula dari sisi tenaga kerja juga mengalami penurunan dengan total sebesar 18,5. Adapun jumlah industri sedang atau besar
di Jakarta Utara tahun 2008 secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini.
67
Tabel 8 Jumlah Industri Sedang atau Besar di Jakarta Utara Tahun 2008
No. Tahun Jumlah
Industri Persentase
Penurunan Jumlah Tenaga
Kerja Persentase
Penurunan
1. 2007
989 183.782
2. 2008
786 -25
162.993 -12
3. 2009
686 -14
156.749 -3
4. 2010
639 -7
157.677 0.5
5. 2011
538 -18
150.430 -4
Total -64
Total -18.5
Sumber : BPS Jakarta Utara 2009:3
Penurunan jumlah industri di Jakarta Utara terjadi karena peraturan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Pekerjaan Umum untuk merelokasi
perusahaan industri pengolahan ke luar wilayah DKI Jakarta, dengan pertimbangan untuk mengurangi pencemaran udara, air dan tanah akibat limbah
kegiatan industri, serta mengurai kepadatan penduduk akibat melonjaknya pendatang yang merantau untuk bekerja. Secara otomatis bila jumlah industri
mengalami penurunan maka jumlah tenaga kerja industri di Jakarta Utara pun menurun.
Wilayah yang menjadi sentra industri adalah Kecamatan Penjaringan dengan persentase sebesar 45,8. Subsektor pakaian mendominasi aktivitas
kegiatan usaha industri di Jakarta Utara. Jumlah usaha industri ini mencapai 274 usaha atau sebesar 47 dan mampu menyerap 92.331 tenaga kerja atau sebesar
71. Kemudian industri makanan dan minuman sebanyak 96 usaha dengan menyerap 16.101 tenaga kerja. Berdasarkan data BPS Jakarta Utara 2008:4
subsektor industri pakaian menjadi subsektor yang dominan disebabkan cukup besarnya nilai tambah yang dihasilkan serta produktivitas tenaga kerja yang juga
68
relatif tinggi. Adapun jenis industri terbesar di Jakarta Utara tahun 2008 secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini.
Tabel 9 Jenis Industri Terbesar di Jakarta Utara Tahun 2008
No. Jenis Industri
Jumlah Industri
Jumlah Tenaga Kerja
Persentase
1. Pakaian jadi
274 92.331
71 2.
Makanan dan minuman
96 16.101
12 3.
Barang Karet dan Plastik
80 7.217
5.5 4.
Tekstil 70
8.667 6.7
5. Barang dari
logam 55
4.915 4.8
Sumber : BPS Jakarta Utara 2009:4
4.4 Ekonomi
Sesuai dengan letak geografis yang berada di pesisir pantai, maka perekonomian penduduk di Kotamadya Jakarta Utara bergantung pada kegiatan
pelabuhan dan industri yang berada di sekitarnya. Pelabuhan Tanjung Priok merupakan salah satu pelabuhan terpadat di Indonesia sehingga banyak jenis
sektor ekonomi yang berkembang guna mendukung jalannya aktivitas di pelabuhan, salah satunya sektor jasa, baik pengiriman barang maupun
pergudangan. Selain bertumpu pada aktivitas pelabuhan, perekonomian juga dipengaruhi oleh kegiatan industri yang bersumber dari industri tekstil, industri
pengolahan makanan dan minuman, industri kendaraan bermotor, industri pengolahan barang dari karet dan logam.
Berdasarkan data BPS Jakarta Utara 2008:4, mayoritas penduduk bekerja sebagai karyawan dan pedagang. Hal tersebut sejalan dengan terdapatnya
69
pelabuhan sebagai sarana keluar masuk produk, sehingga banyak penduduk yang tertarik berdagang, baik menjadi pedagang kecil maupun pedagang skala besar.
Adapun jenis pekerjaan penduduk di Jakarta Utara tahun 2008 secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.
Tabel 10 Jenis Pekerjaan Penduduk di Jakarta Utara Tahun 2008
No. Pekerjaan
Jenis Kelamin Jumlah
Laki – laki Perempuan
1. Karyawan Industri Swasta
BUMNTNI, 6.734
5.732 12.457
2. Pedagang
6.852 5.860
12.712 3.
Buruh Tukang 1.124
- 1.124
4. Lain
– lain 4.762
8.220 12.982
Sumber : BPS Jakarta Utara 2009:3
Dilihat dari segi ekonomi, total nilai PDRB menurut harga konstan yang dicapai Kota Jakarta Utara pada tahun 2007 dengan nilai terbesar bersumber dari
sektor industri pengolahan yang bernilai Rp. 28.598.552 atau mencapai 45,48. PDRB menurut harga konstan Kotamadya Jakarta Utara secara terperinci dapat
dilihat pada Tabel 11 di bawah ini. Tabel 11 PDRB Menurut Harga Konstan Kotamadya Jakarta Utara Tahun 2007
No. Sektor
Tahun 2006
2007
Rupiah Juta Rupiah Juta
1. Industri Pengolahan
27.308.908 46.19
28.598.552 45.48
2. Perdagangan, Hotel
Restoran 10.747.082
18.18 11.475.824 18.25
3. Angkutan Komunikasi
7.216.777 12.21
8.159.654 12.98
4. Bangunan
5.215.740 8.82
5.590.096 8.89
5. Jasa
4.304.707 7.28
4.545.235 7.23
6. Perbankan
3.348.538 5.66
3.484.871 5.54
7. Pertanian
88.235 0.15
90.172 0.14
Sumber : BPS Jakarta Utara 2008:6
70
Berdasarkan Tabel 11 di atas pendapatan dari sektor industri pengolahan tahun 2006
– 2007 mengalami penurunan sebesar 0,71 karena peraturan pemerintah mengenai relokasi industri di luar wilayah DKI Jakarta. Selain itu
sebagai wilayah yang berbatasan dengan Pelabuhan Tanjung Priok, potensi ekonomi wilayah Jakarta Utara juga ditopang dari kegiatan ekspor beberapa
komoditi unggulan. Potensi ekonomi berdasarkan jenis dan nilai ekspor komoditi di Jakarta Utara tahun 2006 secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 12 berikut
ini. Tabel 12 Jenis dan Nilai Ekspor Komoditi Kotamadya Jakarta Utara Tahun 2006
No. Jenis Ekspor Utama
Tahun 2006 Ribu US
Persentase
1. Produk Industri Lainnya
706.850.000 57.45
2. Suku Cadang Otomotif
190.131.000 15.45
3. Kayu Olahan
150.233.000 12.21
4. Furniture
112.477.000 9.14
5. Ikan Hasil Laut
70.549.100 5.75
Sumber : BPS Jakarta Utara 2007:4
Berdasarkan Tabel 12 di atas ekspor produk industri lainnya menjadi komoditi dengan nilai terbesar mencapai 706.850.000 atau sebesar 57,45,
mengingat keragaman jenis produk yang diproduksi pada kawasan industri di Jakarta Utara.
4.5 Sosial Budaya
Jakarta Utara merupakan bagian dari DKI Jakarta yang memang tidak terlepas dari keberagaman penduduk. Banyak warga yang keluar masuk baik
berasal dari Jawa ataupun luar Jawa. Setiap individu berusaha untuk dapat masuk
71
dan bertahan hidup dengan membawa kebiasaan dan kebudayaan masing –
masing. Terkadang benturan budaya dan kebiasaan sering terjadi, sehingga konflik antar warga menjadi hal yang lumrah terjadi. Konflik yang kemudian
menjadi permasalahan sosial semakin beragam, sehingga sebagian dari Jakarta mulai memiliki wajah yang hampir sama dengan kota
– kota besar lainnya yaitu menjadi kawasan kumuh dan marak tindak kejahatan.
Salah satu indikator budaya masyarakat yaitu melalui pendidikan yang dilalui, dimana keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh tersedianya sarana
dan prasarana pendidikan yang memadai, seperti jumlah sekolah dan jumlah guru. Pada tahun 2007 di Jakarta Utara terdapat 432 SD dengan 121.155 murid dan
4.597 guru, SMP sebanyak 182 sekolah dengan 55.817 murid dan 4.054 guru, SMU sebanyak 79 sekolah dengan 24.555 murid dan 2.356 guru serta 73 sekolah
kejuruan berbagai jenis dengan 21.420 murid dan 1.847 guru BPS Jakarta Utara, 2008:6. Adapun pendidikan penduduk di Jakarta Utara secara terperinci dapat
dilihat pada Tabel 13 di bawah ini. Tabel 13 Pendidikan Penduduk Kotamadya Jakarta Utara Tahun 2008
Berdasarkan Usia 10 Tahun ke Atas
No. Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan Jenis Kelamin
Jumlah Laki - laki
Perempuan
1. Tidak bersekolah
62.726 107.030
174.306 2.
SD 114.536
164.298 278.834
3. SMP
125.656 137.332
262.988 4.
SMU 225.458
164.020 389.478
5. Diploma I II
2.224 4.448
6.672 6.
Diploma III 16.680
18.626 35.306
7. Diploma IV S1
30.024 23.352
53.376 8.
S2S3 1.390
1.390 2.780
Total 583.224
620.496 1.203.740
Sumber : BPS Jakarta Utara 2009:5
72
Berdasarkan Tabel 13 di atas diketahui bahwa sebagian besar penduduk Jakarta Utara telah lulus SMU dengan jumlah sebanyak 389.478 jiwa atau
mencapai 32,35. Sehingga bisa dikatakan bahwa penduduk Jakarta Utara telah melampaui program wajib belajar 9 tahun, mengingat Kota Jakarta merupakan
salah satu pusat pendidikan di Indonesia, selain Kota Jogjakarta. 4.6 Politik dan Pemerintahan
Sistem pemerintahan di Jakarta Utara telah mengalami beberapa kali pergantian, sejak masih bernama Jayakarta sampai menjadi Kotamadya Jakarta
Utara. Kotamadya Jakarta Utara yang sebelumnya bernama Daerah Kota Administrasi Jakarta Utara merupakan bagian dari DKI Jakarta yang dibentuk
berdasarkan Lembaran Daerah No. 51966 yang membagi DKI Jakarta menjadi lima wilayah Kota Administratif, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta
Utara, Jakarta Barat, dan Jakarta Selatan BPS Jakarta Utara, 2009:4. Pembagian wilayah ini dilakukan karena perkembangan Jakarta yang
semakin pesat sehingga dalam melaksanakan pemerintahan tidak dapat dilakukan dari satu titik saja. Kota Administratif yang dibentuk di DKI Jakarta pada tahun
1966 berbeda dengan kota otonom karena tidak memiliki DPRD Tingkat II yang mendampingi walikota Murhananto, 2003:70. Seiring dengan perubahan sosial
politik di Indonesia, maka dikeluarkanlah Undang – Undang No. 11 Tahun 1990.
Undang – Undang tersebut mempertegas kedudukan walikota dan membagi
wilayah DKI Jakarta menjadi lima wilayah kotamadya yang dilengkapi dengan DPRD Tingkat II.
73
Sejak saat itu kota administratif berubah menjadi Kotamadya, salah satunya Kotamadya Jakarta Utara. Struktur wilayah Jakarta Utara berubah
kembali pada tahun 2001 dengan terpisahnya wilayah kecamatan Kepulauan Seribu, karena bentuk realisasi dari diterbitkannya Peraturan Daerah No. 55
Tahun 2001 tentang Pembentukan Wilayah Administrasi Kepulauan Seribu. Setelah mengalami beberapa kali perubahan, saat ini Kotamadya Jakarta Utara
terdiri dari 6 kecamatan, 31 kelurahan, 405 RW, dan 4.706 RT. Jumlah kecamatan dan kelurahan di Kotamadya Jakarta Utara secara terperinci dapat
dilihat pada Tabel 14 berikut ini. Tabel 14 Kecamatan dan Kelurahan di Kotamadya Jakarta Utara Tahun 2008
Kecamatan Kelurahan
Penjaringan Kamal Muara, Kapuk Muara, Pejagalan, Pluit,
Penjaringan Pademangan
Pademangan Timur, Pademangan Barat, Ancol Tanjung Priok
Sunter Agung, Sunter Jaya, Kebon Bawang, Papanggo, Warakas, Sungai Bambu, Tanjung Priok
Koja Tugu Selatan, Tugu Utara, Lagoa, Koja, Rawabadak
Utara, Rawabadak Selatan Kelapa Gading
Kelapa Gading
Barat, Kelapa
Gading Timur,
Pegangsaan Dua Cilincing
Sukapura, Rorotan, Marunda, Cilincing, Semper Timur, Semper Barat, Kalibaru
Sumber : BPS Jakarta Utara 2009:4
74
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah tenaga kerja kawasan industri di Jakarta Utara yang menggemari atau mengkonsumsi buah lokal. Hasil dalam
penelitian ini merupakan data yang didapat secara langsung dari responden melalui wawancara menggunakan kuesioner. Data yang didapat kemudian diolah
dan diperlihatkan dalam satu tabel. Berdasarkan data dari 100 responden yang pernah membeli atau gemar mengkonsumsi buah lokal segar melalui daftar
pertanyaan didapatkan karakteristik responden mengenai jenis kelamin, usia, latar belakang pendidikan terakhir, status pekerjaan, besarnya gaji per bulan, besarnya
pengeluaran untuk konsumsi buah per bulan, serta besarnya pengeluaran untuk konsumsi non buah per bulan.
Penggolongan yang dilakukan terhadap responden dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas mengenai gambaran responden sebagai
objek penelitian. Adapun penjelasan dari karakteristik responden sebagai objek penelitian tersebut satu per satu dapat diuraikan seperti berikut :
5.1.1 Jenis Kelamin