Rumusan Masalah Pertanyaan Penelitian Hipotesis Tujuan Penelitian

Pemeriksaan otoaccoustic emission OAE dan auditory brainstem response ABR digunakan untuk menilai fungsi pendengaran pada bayi baru lahir. Pemeriksaan OAE lebih ditujukan untuk menilai apakah terdapat gangguan pendengaran tipe hantaran conductive hearing lossCHL. Pemeriksaan OAE bersama ABR bertujuan untuk menilai apakah terdapat gangguan pendengaran sensorineural sensorineural hearing lossSNHL. Baku emas skrining gangguan dengar pada neonatus adalah OAE dan ABR. 7 Menurut EHDI Early Hearing Detection and Intervention 2007 dan HTA Indonesia 2010, semua bayi yang lahir di rumah sakit harus dideteksi fungsi pendengarannya dengan pemeriksaan OAE dan ABR sebelum meninggalkan rumah sakit. Namun, tidak semua pusat pelayanan kesehatan di Indonesia memiliki alat untuk pemeriksaan tersebut. Kuesioner meruapakan alat pemeriksaan yang mudah dan murah. Kuesioner LitleEARS merupakan alat pemeriksaan pilihan untuk deteksi dini gangguan pendengaran pada anak. Kuesioner ini berisikan 35 pertanyaan tertutup tentang perkembangan fungsi pendengaran pada anak dengan usia kurang dari 2 tahun. 8 Kuesioner LitleEARS yang dikeluarkan MedEl sudah diterjemahkan dalam 15 bahasa, sehingga hasil penilaian kuesioner sudah bisa dianggap universal. Namun kuesioner ini belum pernah secara resmi diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh pengembangnya MedEl dan juga belum pernah diadaptasikan untuk penggunannya di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Gangguan pendengaran pada anak baru lahir dapat menghambat perkembangan kognitifnya. Perkembangan kognitif penting bagi anak untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Oleh karena itu, skrining gangguan pendengaran pada anak harus dilakukan sedini mungkin. Skrining gangguan pendengaran pada neonatus saat ini menggunakan pemeriksaan OAE dan ABR. Namun, tidak semua tempat pelayanan kesehatan di Indonesia memiliki peralatan untuk pemeriksaan ini. Kuesioner LitleEARS telah digunakan di beberapa negara di dunia untuk menilai perkembangan pendengaran pada anak. Namun belum ada terjemahan resmi kusioner LitleEARS dalam Bahasa Indonesia.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Berapa rentang skor kuesioner LitleEARS pada anak usia 0-24 bulan dengan faktor risiko gangguan pendengaran di Indonesia? 2. Apakah kuesioner perkembangan pendengaran anak LitleEARS dapat digunakan di Indonesia untuk skrining gangguan pendengaran pada anak usia 0-24 bulan? 3. Berapa besar korelasi antara usia anak yang berisiko mengalami gangguan pendengaran dengan skor kuesioner LitleEARS pada anak?

1.4 Hipotesis

1. Rentang skor kuesioner LitleEARS pada anak usia 0-24 bulan dengan faktor risiko gangguan pendengaran di Indonesia adalah 0-35. 2. Kuesioner LitleEARS dapat digunakan untuk skrining gangguan pendengaran pada anak usia 0-24 bulan di Indonesia. 3. Terdapat korelasi positif antara usia anak dengan skor kuesioner LitleEARS pada anak dengan resiko tinggi mengalami gangguan pendengaran.

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memvalidasi kuesioner LitleEARS di Indonesia sehingga dapat digunakan sebagai instrumen skrining gangguan pendengaran pada anak berusia kurang dari 24 bulan. 1.5.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk: Mengetahui rentang skor kuesioner LitleEARS pada anak usia kurang dari 24 bulan dengan faktor risiko gangguan pendengaran. Mengetahui validitas kuesioner LittlEARS berbahasa Indonesia pada anak usia 0-24 bulan dengan faktor risiko gangguan pendengaran

1.6 Manfaat Penelitian