Kejadian Gangguan Pendengaran pada Anak di Indonesia Deteksi Dini Gangguan Pendengaran

2.4.4 Respon Terhadap Suara pada Bayi Berusia 7-9 Bulan Saat usia ini, anak dapat menentukan lokasi sumber suara berintensitas rendah secara tepat pada bidang horizontal. Sebagian besar anak masih belum mampu untuk menentukan lokasi sumber suara pada bidang vertikal. Anak akan bergerak ke arah orang tuanya yang berada diluat kamar dan mencari sumber suara yang menarik perhatiannya. Anak juga mulai berceloteh nyaring dan meniru suara-suara dengan lebih jelas. 3,15 2.4.5 Respon Terhadap Suara pada Bayi Berusia 10-12 bulan Saat usia ini, anak dapat menentukan lokasi suara dengan intensitas rendah pada berbagai tempat bila ia tidak terlalu sibuk dengan kegiatan lain. Kemampuan mengucapkan kata-kata berkembang untuk kata-kata tunggal seperti namanya, kata tidak, dan objek yang sudah dikenal baik olehnya. Perkembangan vokalisasi anak sampai usia 12 bulan berupa mencoba berkata-kata dan mengulang beberapa kata. 3,15 2.4.6 Respon Terhadap Suara pada Bayi Berusia 13-24 Bulan Saat usia ini, anak mampu melokalisasi secara cepat dan mulai dapat mengantisipasi serta mengamati sumber suara selama uji tingkah laku dilakukan. Saat usia ini juga terjadi perkembangan pemahaman kata-kata. Pada beberapa anak usia 18 bulan mulai dapat mengenali beberapa bagian tubuh. Saat usia 2 tahun, anak dapat memungut mainannya ketika terjatuh. Perbendaharaan kata pada anak berkembang setelah usia 24 bulan. Anak mulai menggabungkan dua kata secara bersamaan saat berusia 18-21 bulan. 3,15 2.4.7 Respon Terhadap Suara pada Anak Berusia Lebih dari 2 Tahun Saat usia ini anak biasanya akan bereaksi terhadap rangsangan suara yang pertama diberikan dan akan mengabaikan suara yang diberikan berikutnya. Saat usia ini, play audiometry dengan ruangan yang luas dapat dicoba untuk dulakukan. Pada beberapa anak sudah dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni pada usia 3 tahun. 3,15

2.5 Kejadian Gangguan Pendengaran pada Anak di Indonesia

Berdasarkan Survei Kesehatan Nasional 2001, prevalensi disabilitas bicara dan suara pada kelompok umur 1-4 tahun adalah 3,0 persen. Sedangkan prevalensi disabilitas bicara dan suara pada kelompok umur 5-14 tahun adalah 0,6 persen. 17,18,19 Tabel 2.3. Prevalensi Disabilitas Fungsi Tubuh Pada Anak dalam Persen Jenis disabilitas fungsi tubuh Kelompok Umur 1 tahun 1-4 tahun 5-14 tahun Mental 1,0 3,0 2,4 Sensorik dan nyeri 1,0 1,3 1,8 Bicara dan suara - 3,0 0,6 Kardiovaskular, hematologi, imunologi, pencernaan 16,7 11,6 5,7 Pencernaan, metabolisme, endokrin 15,2 19,6 18,1 Urogenital dan reproduksi - 0,1 0,4 Neuromuskuloskeletal dan pergerakan - 0,3 0,1 Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2002. Survei Kesehatan Nasional 2001. Laporan SKRT 2001: Studi Morbiditas dan Disabilitas. 19

2.6 Deteksi Dini Gangguan Pendengaran

Berikut pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendeteksi gangguan pendengaran dan bahasa pada anak: a. Otoaccoustic Emission OAE Emisi otoakustik adalah suara dengan intensitas rendah yang dihasilkan oleh koklea baik secara spontan maupun setelah diberikan stimulus. Emisi otoakustik dihasilkan oleh gerakan sel-sel rambut luar di telinga dalam. 3 Pemeriksaan emisi otoakustik memiliki tujuan utama untuk menilai koklea, khususnya fungsi sel rambut. Hasil pemeriksaan dapat berguna untuk: 1 skrining pendengaran, 2 memperkirakan sensitivitas pendengaran dalam rentang tertentu, 3 membedakan gangguan sensori dan neural pada gangguan pendengaran sensorineural, 4 pemeriksaan pada gangguan pendengaran fungsional berpura-pura karena merupakan pemeriksaan yang objektif. 3 b. Brainstem Evoked Response Audiometry BERA BERA merupakan cara pengukuran evoked potensial aktifitas listrik yang dihasilkan n. VIII, pusat neural, dan traktus di dalam batang otak sebagai respons terhadap stimulus auditorik. Singkatnya, BERA mengukur auditory evoked potential AEP. AEP direkam menggunakan elektroda permukaan yang terpasang pada kulit kepala. Selain dengan BERA, AEP dapat direkam dengan electrococcleography ECohG, middle latency response MLR, dan late latency response LLR tergantung dari onset munculnya gelombang setelah pemberian stimulus masa laten. BERA banyak digunakan untuk mengukur AEP di klinik, terjadi 10 mdetik pertama setelah pemberian stimulus dan menggambarkan aktivitas n. VIII sampai batang otak. 20,21 Stimulus yang digunakan dalam pemeriksaan BERA berupa click dan toneburst yang diberikan melalui transducer berupa insert probe, headphone, dan bone vibrator. Transducer yang paling sering digunakan adalah insert probe. Click merupakan stimulus dengan onset cepat dan durasi yang sangat singkat 0,1 ms. Stimulus ini menghasilkan respons pada rerata frekuensi antara 2.000-3.000 Hz. Sedangkan tone burst merupakan stimulus dengan durasi singkat namun memiliki frekuensi spesifik misalnya 500 Hz, 1 KHz, 2 KHz, dan 4 KHz. Setiap satu sesi perekaman diperlukan 1.000-2.000 stimulus dengan kecepatan sekitar 20 stimulus per detik. Sedangkan pada bayi dapat diberikan kecepata stimulus yang lebih besar sampai 39 kali per detik. 20,21 Keuntungan pemeriksaan BERA antara lain: 1 tidak tergantung perilaku anak; 2 tidak dipengaruhi pemakaian obat-obatan seperti sedativ atau pelemas otot; 3 tidak invasif; 4 sensitivitas dan spesifisitas tinggi sensitivitas 97- 100, spesifistas 86-96; 5 tidak dipengaruhi telinga luar maupun telinga tengah; 6 reliabilitas inter dan intra subyek sangat tinggi. Kekurangan BERA antara lain: 1 dipengaruhi bising lingkungan; 2 membutuhkan sedasi; 3 waktu pemeriksaan lama; 4 memerlukan tenaga ahli dan harga alat yang sangat mahal. 20,21 Pemeriksaan BERA dapat digunakan untuk: 1 audiometri objektif; 2 skrining pendengaran pada bayi; 3 menilai patologi retrokokhlear; 4 pasien yang tidak kooperatif; 5 monitoring intra operatif; 6 evaluasi perkembangan batak otak. 20,21 c. Behavioral Observation Audiometry BOA Teknik pemeriksaan ini dilakukan pada anak berusia kurang dari 5 bulan. BOA terbatas pada respons yang tidak diinstruksikan dan refleksif. Respon ini dapat diamati terhadap stimulus berupa suara kompleks frekuensinya tidak spesifik berupa bising, berbicara, atau musik yang dihasilkan suatu alat. Alat ini dapat berupa alat yang sudah dikalibrasi dan kemudian menggunakan pengeras suara atau dengan pembuat bising yang tidak terkalibrasi. Respon yang dihasilkan sangat bervariasi pada bayi, dan biasanya tidak menggambarkan perkiraan sensitivitas yang baik. 22 d. Timpanometri Teknik ini memberi grafik kemampuan telingan tengah untuk menjalarkan energi suara pemasukan, kelenturan atau menghalangi energi suara impedance sebagai fungsi tekanan udara di saluran telinga luar. 22 e. Audiometri bermain play audiometry Teknik pemeriksaan audiometri bermain digunakan pada anak usia 2 tahun 6 bulan sampai 5 tahun. Respon yang diamati pada audiometri permainan berupa instruksi aktivitas motorik yang disertai permainan, seperti: menyatukan balok dalam ember; menempatkan cincin pada pasak; atau penyelesaian teka-teki. 22 Gambar 2.12. Alur UNHS di RSCM Sumber: Perbandingan Hasil Pemeriksaan Reflek Akustik Ipsilateral dan ABR untuk Deteksi Kurang Pendengaran Sensorineural pada Bayi dan Anak 2009 20 Menurut Guideline of Universal Newborn Hearing Screening yang dikeluarkan Joint Committe on Infant Hearing JCIH tahun 2007, pemeriksaan yang dilakukan untuk skrinning pendengaran pada neonatus di rumah sakit sampai anak berusia 1 bulan adalah dengan pemeriksaan otoaccoustic emission OAE dan automated auditory brainstem response AABR. 4 Menggunakan beberapa metode tersebut di atas, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan HTA Indonesia lembaga penilai teknologi kesehatan Indonesia mengeluarkan alur skrining pendengaran neonatus universal seperti yang tercantum pada gambar 2.12 dan 2.13. Gambar 2.13. Diagram Skrining Gangguan Pendengaran, Konvensi HTA 2007 Sumber: Gambaran Hasil Pemeriksaan Emisi Otoakustik Sebagai Skrining Awal Pendengaran Bayi Baru Lahir di RSUP H. Adam Malik Medan dan Balai Pelayanan Kesehatan dr. Pirngadi Medan 2009 3 OAE Pass Refer Faktor risiko? Tidak Ya Tidak perlu ditindaklanjuti Pemantauan perkembangan bicara Pemantauan audiologi sekurang- kurangnya tiap 6 bulan selama 3 tahun Habilitasi sebelum 6 bulan Usia 3 Bulan: 1. Evaluasi otoskopi 2. Timpanometri 3. DPOAE 4. AABR Pass Refer Audiologic assessment ABR click + tone burst 500Hz atau ASSR

2.7 Faktor Risiko Kehilangan Pendengaran Pada Bayi dan Anak