Golongan Putih di dalam Konsep Fiqh Siyasah.

menyelamatkan manusia dari kancah perubahan di sepanjang sejarah. Islam tidak menolak yang baik walau pun di mana ia di lahirkan dan bila ia di temui. Untuk kesimpulannya, penerapan golongan putih di dalam implementasi fiqh siyasah bukanlah perkara kecil di dalam hukum Islam, bahkah ada sebahagian ulama kontemporer menhukumkan haram bagi golongan putih tersebut, seperti disebut oleh Miswan Thahani di dalam bukunya. 6

A. Golongan Putih di dalam Konsep Fiqh Siyasah.

Penelitian fiqh siyasah terhadap golongan putih tidak terlepas dari kaitan hak-hak di dalam politik Islam, seperti telah disebut di atas, cuma di sini menjelaskan lagi konsep dan tujuan terhadap hukum-hukum tersebut. Yang pertamanya hubungan pemilu dan kaitannya terhadap golongan putih. Adapun pengertian pilihan umum atau pemilu adalah ‘memilih sesorang penguasa, pejabat atau lainnya dengan jalan menuliskan nama yang dipilih dalam secarik kertas atau dengan memberikan suara dalam pemilihan umum’. Meskipun istilah ini merialisasikan makna “memilih”, tetapi tidak digunakan dalam syariat untuk pembahasan pemilihan umum seorang penguasa. Pada hakikatnya istilah pemilihan umum umum mirip dengan istilah syar’i, yaitu syura. 7 Untuk kesimpulannya, penerapan hukum Islam di dalam sistem pemilu menjadi suatu kewajiban untuk mendirikan sebuah negara yang menegakkan daulat Islamiyyah, 6 Miswan Thahani, 8 PertanyaanJawapan Seputar Fatwa Haram Golongan putih, Jakarta: Al-Itishom Anggota Ikapi, 2009, cet. I, h. 45 7 Abu Nashr , Membongkar Dosa-Dosa Pemilu, Yogyagarta: Prisma Media, cet. I, h. 29 dan golongan putih tidak terlepas di dalam konsep fiqh siyasah tersebut, dengan beberapa contoh kaedah fiqhiyyah kuliyyah yang menyebut: 1. Pemikiran fikrah yang menetukan tujuan serta yang menjadi asas untuk menyatukan masyarakat dengan partai. 2. Mentode thariqah yang ditempuh partai untuk meriah tujuan. 3. Anggota-anggota partai serta sejauh mana keyakinan mereka terhadap pemikiran fikrah dan metode thariqah partai. 4. Cara kafiyah untuk menyatukan masyarakat dengan partai tersebut. 10 Seterunya, berdasarkan al-Hadis: Hadis ini menunjukan dengan kalimat soreh terhadap orang Islam itu wajib berada di dalam kelompok muslimin dan para kepimpinannya. Dan kalimat jamaah di sini menunjukkan penyatuan kaum muslimin dalam menegakkan syiar- syiar Islam. Dan berkata Abu Ishak Ibrahim bin Musa As-Syatibi di dalam kitabnya, jamaah itu adalah ‘jama’atul muslim yang sepakat atas seseorang amir’. Seterunya, jika ditinjau dari sudut al-Quran adalah:                                      Pendapat kedua mengatakan ‘ al-Quran’ yaitu al-Quran merupakan tali Allah yang kuat dan jalan yang lurus. Dalam masa yang sama, ayat yang selepasnya menyebut ‘janganlah bercerai-berai’. Ayat ini menyatakan, Allah menyuruh mereka bersatu dan melarang mereka bercerai-berai. 12 Menurut tafsir Al-Qurthubi berkenaan ayat diatas, yang dimaksudkan dengan ‘tali Allah’ adalah al-Quran, menurut pendapat Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud. Dan menurut Abdullah bin Mas’ud dengan jalur riwayat Taqi bin Makhlak meriwayatkan, Yahya bin Hamid, Husyaim, dari Awwam bin Hausyab dan dari Asy-Sya’bi berkenaan ayat ‘janganlah kamu bercerai-bera’ adalah: Allah memerintahkan untuk bersatu dan melarang sikap bercerai-berai, dan sikap ini membawa kepada kebinasaan. 13 Jika dilihat pula pandangan ulama kontemporer berkenaan pembentukkan partai-partai politik adalah wajib hukumnya bagi tujuan menegakkan sebuah negara yang bersyariatkan dengan syariat Islam. 14 Berdasarkan kesimpulan di atas, yaitu penerapan al-Quran, al-Hadis, kaedah fiqih dan pandangan ulama kontemporer, hubungan golongan putih dengan partai politik tidak boleh dipisahkan terhadap konsep fiqh siyasah. 12 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Gema Insani, 2009, cet. I, h.561, Jilid 1. 13 Muhammd Ibrahim Al-Hifnawi Ta’liq dan Mahmud Hamid Takhrij, Tafsir Al- Quthubi, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008 cet. I, h. 399 Jilid 4. 14 Taqiyuddin an-Nabhani, at-Taklil al-Hizbi, edisi Indonesia: terjemhan oleh, M. Shiddiqi, Pembentukan Partai Politik Islam, Bogor: Pustaka Thariqul Izza, 2002, cet. II, h.70 Yang ketiga, penelitian golongan putih di dalam fiqh siyasah adalah hubungan terhadap sistem demokrasi. Terlebih dahulu jika dilihat di dalam sistem demokrasi, sebagaian ulama kontemporer dan intelektual Muslim mengatakan konsep demokrasi mempunyai persamaan dengan sistem syura di dalam Islam, antara persamaan adalah sistem demokrasi ini merupakan sistem pemerintahan meyoritas yang menerapkan metode permusyawaratan dalam pengambilan keputusan. 15 Adapun sebahagian yang lain membedakan dua konsep tersebut dengan pelbagai dalil dan kritikan yang dikemukakan. Adapun prinsip demokrasi ,terhadap penerapan admininstrasi negara di dalam penelitian fiqh siyasah adalah: 1. Prinsip kesadaran kemajmukan. 2. Prinsip musyawarah. 3. Prinsip cara haruslah sejalan dengan tujuan, prinsip ini mengemukakan dasar bahawa suatu tujuan yang baik haruslah diabsahkan dengan kebaikkan cara yang ditempuhi untuk meriahnya. 4. Prinsip permuafakatan yang jujur. 5. Prinsip pemenuhan kehidupan ekonomi dan perancangan sosial budaya. 6. Prinsip kebebasan nurani freedom of conscience. 16 Jadinya, dengan kesimpulan ketiga-tiga konsep di atas, yaitu hubungan 15 Artani Hasbi, Musyawarah Demokrasi, Jakarta: Gaya Media Pratam, 2001, cet. I, h. 1 16 Sukran Kamil, Islam Demokrasi, Jakarta: Gaya Media, Pratam, 2002, cet. I, h. 31 golongan putih antar pemilu, partai-partai politik dan sistem demokrasi, tidak boleh memisahkan di dalam penetapan fiqh siyasah bagi tujuan hifdh al-ummah sebagai maqasid al-syariah untuk menegakkan sesebuah negara Islam. 17 Maka apa yang terkait di dalam sistem pemerintahan di Malaysia seperti sistem pemilihan umum, demokrasi adalah alat untuk mendirikan sebuah negara yang bersyariatkan Islam.

B. Pandangan Hukum Islam Terhadap Golongan Putih