Kerangka Teori dan Konsepsional

golongan putih di Malaysia khususnya. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Nabawi dengan judulnya Golput dalam Persepektif Islam hanya hubung kait implementasi dan dasar-dasar hukum Islam, seterusnya perbahasan ini hanya seputar golongan putih di Indonesia, jadi perbahasan ini tidak menyentuh terhadap kajian di Malaysia dan juga pendapat golongan elit politik Islam di Malaysia. Dengan demikian, peneliti yang penulis lakukan dalam skripsi ini berbeda dengan penelitian sebelumnya.

E. Kerangka Teori dan Konsepsional

Hukum Islam adalah hukum yang mempunyai ciri khas yang tidak berubah, sempurna, harmonis dan berkembang sesuai dengan keadaan zaman. Artinya bahawa hukum Islam merupakan hukum yang mampu mendamaikan stabilitas dengan perubahan, sehingga akan berguna untuk menyelesaikan masalah dan memenuhi tujuan hidup manusia. Ada beberapa teori tentang sifat atau praktek golongan putih, di antaranya; 1. Golongan putih administratif, yaitu orang yang tidak memilih kerana persoalan administrasi. Mereka adalah orang-orang yang secara hukum sesungguhnya berhak memilih, tetapi namanya tidak tercantum dalam daftar pemilih atau terjadi kesalahan administrasi sehingga mereka kehilangan hak pilinya. 2. Golongan putih teknis, yaitu orang yang tidak memilih kerana masalah teknis, seperti sakit sehingga tidak bisa datang ke tempat pemungutan suara TPS, atau saat jam-jam pemilihan umum turun hujan lebat, atau TPS-nya jauh dari rumah dan mengalami kendala transportasi, dan sebaginya. 3. Golongan putih ideologis, yaitu orang secara hukum mahupun teknis sebenarnya tidak ada kendala, tetapi mereka sengaja tidak mengunakan hak pilihnya kerana pertimbangan tertentu. Misalnya tidak percaya kepada calon- calon legislatif maupun eksekutif yang ada, atau tidak percaya lagi kepada sistem atau makenisme pemilihan yang ditetapkan oleh pemerintah atau penyelengaraan pemilu, dan sebagainya. Dalam Islam, kedudukan golongan putih terhadap konteks fiqih masih lagi berada diruang lingkup masalah ijtihadiyyah, Dalam literaturkajianfiqih dan ushul fiqih istilah golongan putih atau abstain diistilahkan dengan kata “tawaqquf” yang secara etimologi bermakna “talawwum”, “talabbuts” dan “tamakkuts” yang berarti berdiam diri dan berhenti. Adapun secara istilah maka sikap tawaqquf bermakna ‘sikap yang diambil oleh seorang mujtahid dengan tidak memberikan pendapat dalam sebuah permasalahan ijtihadiyah yang disebabkan karena tidak nampak baginya sisi yang benar dalam permasalahan tersebut. Adapun kerangka dan kesimpulan Konsepsional; 1. Al-Quran dan Al-Hadis sebagai dasar atau panduan utama dalam menyelesaikan sesutau permaslahan, kerana kedudukan dari sudut nash terbahagi kepada 2 bagian yaitu pertama Qatiyyatu Thubut dan kedua Zoniyyatul Thubut , sementara kedudukan penunjuk terhadap hukum terbagi kepada 2 bagian yaitu; Qatiyyatu Dilalah dan Zoniyyatul Dilalah. 2. Ijtihad adalah hasil hukum yang di keluarkan oleh para mujtahid melalui mentode yang sudah ditetapkan, seperti mentode qias, istihsan, masholih al- mursalah, sad az-zaraie, dan qowaid kuliyyah. 3. Fiqih adalah hukum yang sifat mengikat dalam bentuk halal, haram dan sebagainya, dalam hal ini, para imam mazhab adalah memengan tugas utama dalam mengeluarkan hukum-hukum tersebut. Sementara ini, hukum yang dikeluarkan adalah bersifat kondifikasi atau tidak dengan menilai kesusuaian masa dan tempat ketika itu. 4. Penarikan kesimpulan istimbath hukum Islam terhadap masalah golongan putih yang dilakukan oleh ulama atau intlektual Islam kontemporer adalah; a. Merujuk nash al-Quran dan al-Hadis melalui tekstual, seterusnya dalam rangka penafsiran samada melalui dilalah mafhum, manthuq, isyarat dan meneliti dari sudut kedudukan makna samada kedudukan khafi,mujmal,musykil, mutsyabih, nash, zohir, muffassar dan muhkam.sebagai contoh, golongan putih disebut sebagai “tawaqquf” yang secara etimologi bermakna “talawwum”, “talabbuts” dan “tamakkuts”. b. Menilai dari sudut konteks, atau disebut sebagai maslahah,dalam hal ini, konteks maslahah berpadukan garis kulliyyah, qothiyyah dan dharuriyyah, dan bukan yang menyimpang garis panduan di atas, seperti pemahaman realisme dan rasionalisme. Adapun contoh kaedah yang mengeluarkan hukum bagi masalah golongan putih Malaysia’ Sedangkan sumber data sekunder adalah buku-buku, seperi buku karangan Abdul hadi Awang, dengan judul Islam dan Demokrasi, dan Ideologi Umat Islam, seterusnnya karangan-karangan lain yang terkait dengan judul skripsi ini, literature-literature, dan website yang berkaitan dengan obyek penelitian. Kemudia data tertier berupa kamus, jurnal dan artikal 4. Teknik Analisis Data dan teknik penarikan kesimpulan Pembahasan skripsi ini mengunakan teknik deskriptif analitis. Yaitu data yang terkait jumlah golongan putih adalah dikeluarkan oleh Suruhanjaya Pilihan Raya SPR atau disebut sebagai panetra pemilihan umum pada tahun 2008, sementara data-data lain adalah seperti jumlah penduduk yang mengeluarkan hak pilih dalam pemilihan umum. Makanya dengan melalui pendekatan kualitatif ini sebagai rujukan primer dalam skripsi ini. Metode atau teknik diskriktif adalah suatu metode yang meneliti status kelompok, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskriptif gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta, sifat dan hubungan antara fenomena yang diselidiki. Sedangkan yang dimaksudkan dengan study analitis ialah menganalisis menguji hipotesa-hipotesa dan mengadakan interpretasi yang lebih mendalam tentang hubungan fakta-fakta, sifat-sifat, dan antar fenomena yang diselidiki. Pendekatan yang bersifat deskriptif dalam pendekatan ini diperlukan untuk mengambarkan golongan putih atau Malaysia. Dan metode analitis dimaksudkan untuk menelaah metodologi pandangan atau keritikan golongan elit politik Islam di Malaysia. 25 5. Teknik Penulisan Skripsi Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007” yang diterbitkan oleh Fakultas Syasiah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

G. Sistematika Penulisan