dapat dimaklumi karena dorongan yang begitu tinggi menghasilkan sesuai target yang mereka tetapkan. Kinerjanya akan dipantau oleh individu yang
bersangkutan dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi.
Reffiany : Pengaruh Budaya Organisasi, Motivasi Kerja Dan Gaya Kepemimpinan Yang Diinteraksikan Dengan Pengendalian Sikap Individu Locus Of Control Terhadap Prestasi Kerja Pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit
PPKS Medan, 2009 USU Repository © 2008
Semangat juang tinggi Merasa berharga
Senang bekerja
Bekerja keras Bekerja sesuai standar
Sedikit pengawasan Orang yang
termotivasi
Gambar II.1. Ciri Orang Yang Termotivasi
II.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja
Menurut Frederick Herzberg dalam Masithoh 1998 mengembangkan teori hierarki kcbutuhan Maslow menjadi teori dua faktor tentang motivasi.
Dua faktor itu dinamakan faktor pemuas motivation factor yang disebut dengan satisfier atau intrinsic motivation dan faktor pemelihara maintenance
factor yang disebut dengan disatisfier atau extrinsic motivation. Faktor pemuas yang disebut juga motivator yang merupakan faktor
pendorong seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari dalam diri seseorang tersebut kondisi intrinsik antara lain; 1 Prestasi yang diraih
achievement, 2 Pengakuan orang lain recognition, 3 Tanggungjawab responsibility, 4 Peluang untuk maju advancement, 5 Kepuasan kerja
itu sendiri the work it self, 6 Kemungkinan pengembangan karir the possibility of growth.
Sedangkan faktor pemelihara maintenance factor disebut juga hygiene
Reffiany : Pengaruh Budaya Organisasi, Motivasi Kerja Dan Gaya Kepemimpinan Yang Diinteraksikan Dengan Pengendalian Sikap Individu Locus Of Control Terhadap Prestasi Kerja Pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit
PPKS Medan, 2009 USU Repository © 2008
factor merupakan faktor yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan untuk memelihara keberadaan karyawan sebagai manusia, pemeliharaan
ketentraman dan kesehatan. Faktor ini juga disebut dissatisfier sumber ketidakpuasan yang merupakan tempat pemenuhan kebutuhan tingkat
rendah yang dikualifikasikan ke dalam faktor ekstrinsik, meliputi; 1 Kompensasi, 2 Keamanan dan keselamatan kerja, 3 Kondisi kerja, 4
Status, 5 Prosedur perusahaan, 6 Mutu dari supevisi teknis dari hubungan interpersonal di antara teman sejawat, dengan atasan, dan dengan
bawahan.
II.4. Teori Tentang Gaya Kepemimpinan
Menurut Decoster dan Fertakis 2006 gaya kepemimpinan dapat dibagi dalam dua dimensi yaitu pertama, struktur inisiatif initiating sructure yang
menunjukkan perilaku pemimpin yang dihubungkan dengan kinerja pekerjaan. Yang kedua, gaya kepemimpinan pertimbangan consideration yang
menunjukkan hubungan dekat, saling mempercayai dan saling memperhatikan antara pimpinan dan bawahan. Sedangkan menurut pendekatan teori path-goal
seseorang pemimpin membutuhkan fleksibilitas dalam menggunakan gaya apapun yang sesuai dengan situasi tertentu.
House 2001 dalam Luthans 2006 mengembangkan salah satu pendekatan kepemimpinan yang paling disenangi adalah teori jalur-sasaran Path-goal
theory. Teori path-goal menjelaskan dampak perilaku pemimpin pada motivasi bawahan, kepuasan dan kinerjanya dan pemimpin diharapkan dapat mengubah
perilakunya agar sesuai dengan situasi, dimana pemimpin tidak hanya menggunakan gaya yang berbeda kepada bawahan yang berbeda tetapi
menggunakan gaya yang berbeda kepada bawahan yang sama pada situasi yang berbeda.
Daft 2001 mengemukakan bahwa dalam model path goal terdapat dua kelompok variabel kontinjensi yaitu faktor bawahan dan faktor lingkungan.
Faktor bawahan berupa locus of control, pengalaman dan kemampuan yang dirasakan. Sedangkan faktor lingkungan berupa struktur tugas, sistem otoritas
formal dan kelompok kerja meliputi tingkat pendidikan dan kualitas hubungan diantara pemimpin dan bawahan.
Menurut model teori jalur tujuan, perilaku pemimpin dapat diterima ketika para karyawannya memandangnya sebagai suatu sumber kepuasan, dimana bawahan
Reffiany : Pengaruh Budaya Organisasi, Motivasi Kerja Dan Gaya Kepemimpinan Yang Diinteraksikan Dengan Pengendalian Sikap Individu Locus Of Control Terhadap Prestasi Kerja Pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit
PPKS Medan, 2009 USU Repository © 2008
secara aktif akan mendukung pemimpinnya selama dia memandang bahwa tindakan pemimpin dapat meningkatkan tingkat kepuasannya.
Hughes et al 1999 menyatakan: ”Perilaku pemimpin adalah memberikan motivasi sampai tingkat mengurangi halangan jalan yang mengganggu pencapaian
tujuan, memberikan panduan dan dukungan yang dibutuhkan oleh para karyawan dan mengaitkan penghargaan yang berarti terhadap pencapaian tujuan”.
II.4.1. Pengertian Gaya Kepemimpinan