Implementasi Program Pelayanan Sosial Terhadap Anak Binaan Oleh Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putra

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah di setujui untuk di pertahankan oleh :

NAMA : GOMGOM U F PAKPAHAN

NIM : 030902043

JUDUL : Implementasi Program Pelayanan Sosial Terhadap Anak

Binaan Oleh Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putra

Pembimbing Skripsi

NIP. 131762436 Dra. Tuti Atika MSP

Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

NIP. 132054339 Drs. Matias Siagian MSi

Dekan FISIP USU

NIP. 131757010


(2)

IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN SOSIAL

TERHADAP ANAK BINAAN OLEH PANTI SOSIAL BINA REMAJA

NUSA PUTRA

(STUDY DESKRIPTIF DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA NUSA PUTERA)

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat

Untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

OLEH :

GOMGOM U F PAKPAHAN 030902043

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Skripsi ini di pertahankan di depan panitia penguji

HALAMAN PENGESAHAN

Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Sumatera Utara

Medan

NAMA : GOMGOM U F PAKPAHAN NIM : 030902043

JUDUL : Implementasi Program Pelayanan Sosial Terhadap

Anak Binaan Oleh Panti Sosial Bina Remaja Nusa

Putra Tanjung Morawa

HARI :

TANGGAL :

PUKUL :

TEMPAT : Ruang Sidang FISIP-USU

TIM PENGUJI

Ketua Penguji :

Penguji I (Reader) :


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat, , kasih, karunia dan kemurahan hati-Nya yang besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Adapun judul penelitian ini adalah “Implementasi Program Pelayanan Sosial Terhadap Anak Binaan Oleh (PSBR) Panti Sosial Bina Remaja ”Nusa Putra”. Adapun skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya dengan keterbatasan waktu, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang di miliki pada penulisan skripsi ini yang membuat skripsi ini belum sesempurna yang pembaca harapkan. Demi penyempurnaan skripsi ini penulis mengharapkan saran, kritik dan masukan yang sifatnya membangun dari semua pihak.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan dan dukungan baik secara langsung maupun tak langsung, moril maupun materiil. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan bagi penulis selama masih kuliah.


(5)

3. Ibu Dra. Tuti Atika, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu penulis baik itu berupa saran dan kritik selama proses penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Sudirman, M.SP selaku dosen wali penulis dan seluruh Dosen FISIP USU Terkhusus dosen-dosen Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah begitu baik dan sabar membimbing penulis hingga akhirnya penulis bisa menyelesaikan studi dengan tepat waktu.

5. Bapak Drs. Azamris Chanra, M.si selaku pimpinan Unit Pelaksana Teknis Daerah Nusa Putra Tanjung Morawa Propinsi Sumatera Utara. Terimakasih atas kesediaannya untuk menerima penulis dalam melakukan penelitian di lembaga PSBR serta buat segala dukungan dan masukan dalam menyelesaikan studi penulis.

6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda A. Pakpahan dan Ibunda D. Panjaitan yang telah membesarkan penulis serta memberikan dorongan dan dukungan baik moril maupun materil selama masa study. Terima kasih atas cinta, kasih sayang, perhatian dan pengorbananmu ayah/ibu, tetesan keringatmu kau relakan membuat aku lebih baik. Sepatah kata m’mbuat aku berhasil ”Anakkon Hi Do Hamoraon Di Au / My Children Of My Future”.

7. Bapak/Mak Tuaku R. Pakpahan (Alm) / R. Br. Panjaitan dan keluarga, Uda/Inanguda Daniel dan keluarga, Uda/Tante Pardi dan keluarga, abangku Tony dan adekku Richardo, terimakasih yang sebesar-besarnya


(6)

atas segala dukungan baik moril maupun materiil yang telah kalian berikan dalam menyelesaikan studiku.

8. Adek-adekku yang lucu (Jeremia, Delon, Abram, Fery, Faisal, Erna, Pardi, Daniel, Putri) rajin belajar ya dek !!

9. Teman seperjuangan selama kuliah Hermansah Sigalingging S.Sos (Unik dan selalu sibuk dengan tugas rumah ), Berwaddin Simbolon S.Sos ( Selalu bacrit dengan nasehat), Martupa Lubis ( Alias Manusia pengidentifikasi para normal ), dan Jonggala Sitanggang S.Sos ( Alias pemakan tulang punggung kawan)

10. Para staf dan jajaran pembina lembaga PSBR yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih buat Bapak/Ibu yang telah banyak memberikan dukungan dan pengalaman bagi penulis selama melakukan praktikum dan penelitian.

11. Bapak Tumorang dan keluarga yang selalu bersedia membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini selama dalam penelitian. Trimakasih ya.... Pak atas tempat dan waktu yang telah tersita untuk saya selama melakukan penelitian di PSBR.

12. Seluruh adek-adek anak PSBR yang telah membantu saya dalam menjawab koesioner. Terimakasih ya...dek buat kesediaanya untuk membantu saya dalam penyelesaian studi ini, ingat...tetap semangat dan jaga kekompakan ya... ”Selamat Belajar” lain kali kita sambung cerita dengan tema baru.


(7)

13. Keluarga besar Ikatan Pemuda Pemudi Masyarakat Pangaribuan Medan Sekitarnya (IPPMP – MS) dan temakasih atas dukungan penyelesaian studi penulis serta atas kepercayaannya kepada penulis sebagai Badan Pengurus Harian (BPH) selama 2 tahun yang kini dalam waktu dekat akan berakhir. Buat adek-adek anggota IPPMP-MS kutitipkan organisasi ini untuk kalian ya...salam kompak.

14. Keluarga besar (SATMENWA USU/KP) Satuan Resimen Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Kader Perintis dan Pembina Ibu dr. Linda Trimurni Maas, MPH (PR III USU) atas kepercayaannya kepada penulis sebagai Komandan Satuan (DANSAT) Periode 2007/2008 dan atas dukungannya dalam penyelesaian studi ini.

15. Keluarga besar MENWA MAHATARA Propinsi Sumatera Utara terimakasih atas dukungannya dalam penyelesaian studi serta atas kepercayaannya kepada penulis sebagai Ketua Forum Komandan Satuan Sejajaran Mahatara Propinsi Sumatera Utara. Mari, satukan niat, pikiran dan perbuatan untuk menjaga nama baik NKRI...tetap pegang teguh PANCA DHARMA SATYA. Camkan.... NKRI harga mati. 16. Keluarga Besar FORGEMARGA (Forum Generasi Muda Sipahutar,

Pangaribuan, Garoga) terima kasih atas kepercayaan kepada penulis sebagai BPH, mari bersama membangun bona pasogit!


(8)

17. Orang spesial penulis Magdalena S.Sos, trimakasih atas cinta dan kasih sayangnya ya...dek, terlebih dukungan dan motivasi yang telah kau b’rikan buat penyelesaian skripsi ini. Semoga sukses ya .... dek, di wilayah sebrang dan klo boleh jangan lupa kasih kabar.

18. Alumni MENWA USU yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, ada B’ Lamhot Tambun S.Sos, Trisno Simanungkalit S.Sos, Beslan Togatorop SP. Penulis mengucapkan terimakasih atas arahan dan petunjuknya serta terkhusus kepada Dansatpur R.Bagariang ST dan Robert Hutagaol S.Si sebagai Komandan Resimen Mahasiswa MAHATARA Propinsi Sumatera Utara yang baru terpilih dan yang pertama dari USU. Trimakasih sebesar-besarnya kepada komandan atas dukungan dan sarannya untuk penyelesaian skripsi penulis dan selamat berjuang buat kepemimpinan selama 3 tahun kedepan.

19. Rekan-rekan satu kost B’Sudirman ST (alias Mr.Genus) Bang, Jangan Lupa Bagi...ya hasil proyekya, K’Nora (Klo boleh Ka” janganlah terlalu remeng ya nanti cpat tua), K’Dewi (Kakanda yang baik hati, yang selalu mamodai), Lisna Adekku rajin belajar ya... , Hendra (alias O’jek) Hooby pangalesengi... muka sama kelakuan, sama buruknya, Binsar (alias Guru) Dewa Tidur, Unang Holan na Modomho, Antoni (alias kendapot) Sok menasehati, padahal kelakuan sama sperti siojek. Makasih ya... atas dukungan dan dorongan kalian.


(9)

20. Kepada semua pihak yang telah membatu penulis selama penulisan skripsi ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung dan tidak dapat di sebutkan satu persatu. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas segala yang diberikan.

Besar harapan penulis skripsi ini dapat berguna bagi pengembangan Ilmu Kesejahteraan Sosial dan pembacanya. Dengan penuh kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sesuai dengan yang pembaca harapkan. Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis mengharapkan masukan, saran, kritik yang bersifat membangun guna peyempurnaan skripsi ini. Atas masukan, saran, dan kritiknya penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, April 2008 Penulis

(Gomgom U F Pakpahan)

NIM. 030902043


(10)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

GOMGOM U F PAKPAHAN

030902043

ABSTRAK

Implementasi Program Pelayanan Sosial Terhadap Anak Binaan Oleh ( PSBR ) Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putra.

(SKRIPSI terdiri dari 6 Bab, 114 Halaman, 55 Tabel, 2 Gamabar, 10 Lampiran).

Kemiskinan merupakan suatu masalah sosial yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat yang menimbulkan semakin meningkatnya pengangguran. Inilah yang merupakan sebuah masalah yang masih belum terselesaikan negara ini mulai dari dulu sampai sekarang, oleh karena itu sudah sepatutnya setiap komponen masyarakat termasuk di dalamnya pemerintah dan organisasi sosial di luar pemerintahan ikut berperan serta dalam memikirkan jalan penyelesaian untuk meminimalisir keberadaan pengangguran. Keberadaan pengangguran merupakan suatu dampak dari ketidak berhasilan pemerintah dan keluarga untuk membuka lapangan kerja disamping kemampuan dan pendidikan yang terbatas. Dalam hal inilah lembaga PSBR yang merupakan lembaga pemerintah yang berkonsentrasi untuk menangani masalah pengangguran lewat sebuah program pembinaan bagi anak kurang mampu sehingga terbentuk manusia yang berkemempuan dan mandiri di dalam masyarakat.

Penelitian ini dilakukan di Unit Pelaksana Teknis Daerah Panti Sosial Bina Remaja “Nusa Putra” (UPTD PSBR “Nusa Putra”) yang berada di Jalan Industri No. 47, Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. Tipe penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dengan populasi sebanyak 100 orang anak, 10% dari 100 yaitu 10 akan tetapi untuk lebih merepresentatifkan data maka peneliti menambah sampel dalam penelitian ini menjadi sebanyak 25 responden. Pengambilan sample dengan menggunakan purposive sample. Teknik pengumpulan data dengan studi kepustkaan dan sudi lapangan, yaitu : observasi, wawancara, dan koesioner. Kemudian data tersebut dianalisis dalam hal ini mengenai implementasi program pelayanan social yang di tinjau dari pemberian pelayanan, sarana prasarana, jenis dari masing-masing pelayanan, kemudian disusun dalam bentuk tabel tunggal setelah itu di cari persentasenya lalu dijelaskan secara terperinci.

Dari hasil penelitian menunjukkan beberapa kesimpulan, dimana setiap pelayanan yang diberikan sangat bermanfaat bagi anak binaan dan semua pelayanan tersebut dapat di jangkau dan dirasakan oleh semua anak binaan lembaga PSBR Nusa Putera. Hal ini terlihat dari pengakuan binaan selaku responden dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi program lembaga PSBR yaitu Bordir dan Tatarias Kecantikan/saloon sedangkan pelayanan yang diberikan meliputi, pelayanan ketrampilan, pelayanan pendidikan, kesehatan dan bimbingan atau pendampingan.


(11)

A. Latar Belakang Masalah ... 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I : PENDAHULUAN B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 6

C. 1. Tujuan Penelitian ... 6

C. 2. Manfaat Penelitian ... 7

D. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Implementasi ... 9

B. Program ... 12

C. Pelayanan Sosial ... 13

D. Program Pelayanan Sosial ... 20

E. Standart Dan Jenis-Jenis Standart Pelayanan Sosial ... 22

F. Anak Binaan ... 23


(12)

H. Kerangka Pemikiran ... 28

I. Defenisi Konsep Dan Defenisi Operasional ... 30

I. 1. Defenisi Konsep ... 30

I. 2. Defenisi Operasional ... 32

BAB III : METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 33

B. Lokasi Penelitian ... 33

C. Populasi Dan Sampel ... 34

C. 1. Populasi ... 34

C. 2. Sampel ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ... 35

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Berdirinya UPTD PSBR Nusa Putera ... 36

B. Sasaran Garapan Lembaga PSBR Nusa Putera ... 37

C. Tujuan Berdirinya Lembaga PSBR Nusa Puter ... 38

D. Visi Dan Misi Lembaga PSBR Nusa Putera... 39

D. 1. Visi ... 39

D. 2. Misi ... 39

E. Tugas Dan Fungsi Pokok PSBR Nusa Putera ... 40

E. 1. Tugas ... 40

E. 2. Fungsi Pokok ... 40

F. Sruktur Lembaga PSBR ... 41


(13)

G. 1. Kepala Panti ... 42

G. 2. Kepala Bagian Tata Usaha ... 42

G. 3. Urusan Perencanaan Dan Program ... 43

G. 4. Seksi Asuhan ... 43

G. 5. Seksi Penyaluran dan Bimbingan Lanjut ... 43

H. Daftar Pegawai / Staf Lembaga PSBR ... 44

I . Keadaan Pegawai ... 46

J. Rencana Program Pelayanan Lembaga PSBR ... 48

J. 1. Sub- Bagian Tata Usaha ... 48

J. 2. Seksi Asuhan ... 48

J. 3. Seksi Perencanaan Dan Program ... 48

J. 4. Seksi Penyaluran dan Bimbingan Lanjut ... 48

K. Pelaksanan Program Lembaga PSBR... 49

K. 1. Sub- Bagian Tata Usaha ... 49

K. 2. Seksi Asuhan ... 50

K. 3. Seksi Perencanaan Dan Program ... 52

K. 4. Seksi Penyaluran dan Bimbingan Lanjut ... 52

L. Sumber Dana Lembaga PSBR ... 53

M. Fasilitas Sarana Dan Prasarana ... 53

M. 1. Sarana ... 53

M. 2. Prasarana ... 54

N. Keadaan Umum Anak Binaan Lembaga PSBR ... 55


(14)

BAB V : ANALISIS DATA

A. Analisi Identitas Responden ... 61

B. Analisis Data Penelitian ... 61

B. 1. Pembinaan Dan Program... 62

B. 2. Bimbingan Dan Dampingan ... 84

B. 3. Pelayanan Kesehatan ... 93

B. 4. Pelayanan Ketrampilan ... 99

BAB VI : PENUTUP A. Kesimpulan ... 110

B. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 113


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Daftar Pegawai Dan Staf Lembaga PSBR...45

Tabel 2 Daftar Anak Binaan PSBR Berdasarkan Ketrampilan dan Mess...56

Tabel 3 Distribusi jawaban responden berdasarkan umur...62

Tabel 4 Distribusi jawaban responden berdasarkan pendidikan ...63

Tabel 5 Distribusi Jawaban responden berdasarkan mess/wisma lembaga...65

Tabel 6 Distribusi Jawaban responden berdasarkan agama... 66

Tabel 7 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kelas/Jurusan...67

Tabel 8 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Status Keluarga...68

Tabel 9 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Motivasi Masuk Lembaga...69

Tabel 10 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Proses Masuknya Kedalam Lembaga...70

Tabel 11 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Merasa Terbantunya Dengan Sistem Pembinaan Dan Pendidikan Yang Diberikan Oleh Lembaga PSBR...71

Tabel 12 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kesenanganya dengan Kesempatan Yang Mereka Dapatkan Bisa Belajar Di Lembaga PSBR....72

Tabel 13 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pekerjaan Tetap Orang Tua………..73

Tabel 14 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kiriman Bulanan Dari Orang Tua Mereka ………...74

Tabel 15 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jumlah Kiriman Yang Mereka Terima Dari Orang Tua Mereka………..75

Tabel 16 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tahunya Mereka Tentang Sistem Pembinaan Yang di Berikan Oleh Lembaga Sebelumnya……….……..76

Tabel 17 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tahunya Mereka Akan Program Lembaga PSBR………..77 Tabel 18 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Perasaan Senang


(16)

Mereka………..78 Tabel 19 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kepuasan Mereka

Dengan Sistem Pembinaan Yang Diberikan Oleh Lembaga…………....79 Tabel 20 Distribusi Jawaban Responden Tentang PSBR Menghadirkan

Pendidik atau Pembina Khusus Dalam Memberikan Pendidikan

Ketrampilan………...…80 Tabel 21 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kemampuan Khusus

Mereka Setelah Masuk Ke Lembaga PSBR………..81 Tabel 22 Distribusi Jawaban Responden Tentang Diskriminasi Pembinaan

Yang Berikan Oleh Lembaga………....82 Tabel 23 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pantauan Staf Atas

Aktivitas Sehari – hari………...…83 Tabel 24 Distribusi Jawaban Responden Tentang Guru Atau

Staff Yang Pernah Bolos………...…...83 Tabel 25 Distribusi Jawaban Responden Tentang Guru Atau

Staff Pengganti Ketika Pembina Berhalangan………..84 Tabel 26 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Efektifitas Jam Belajar...…85 Tabel 27 Distribusi Jawaban Responden Tentang Keluarnya Mereka Dari

Dalam Lembaga………....86 Tabel 28 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Urusan Keluarnya

Mereka Dari Lembaga………...86 Tabel 29 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Keluarnya Mereka dari

Lembaga Sesui Jadwal Yang Telah Ditentukan Oleh Lembaga……...87 Tabel 30 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Dispensasi Waktu Yang

Diberikan Untuk Keluar Dari Lembaga……….………...88 Tabel 31 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Proses Keluar Dari

Lembaga PSBR……….89 Tabel 32 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Surat Masuk Atau

Keluar Dari Lembaga………..………..90 Tabel 33 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Surat Yang Diurus


(17)

Tabel 34 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Klinik Ataupun Pelayanan Kesehatan Yang di berikan Oleh Lembaga

PSBR………...92 Tabel 35 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pelayanan Kesehatan

Yang Diberikan Oleh Lembaga PSBR………...93 Tabel 36 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pola Makan

Dalam Sehari………...93 Tabel 37 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Makanan Tambahan……...94 Tabel 38 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jenis Makanan

Tambahan………..95 Tabel 39 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Makanan Tambahan

Yang Diberikan Selama Dalam Lembaga……….96 Tabel 40 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sarana dan Prasarana

Sebagai Penunjang Program………..97 Tabel 41 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Metode Pelayanan

Sosial Yang Digunakan Lembaga ………98 Tabel 42 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Efektifitas Pelayanan

Sosial di lembaga ……….98 Tabel 43 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kecocokan Metode Yang

Diterapkan Dalam Menunjang Program Pembinaan………....99 Tabel 44 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sarana dan Prasarana

Yang Memadai Dalam Menunjang Pembinaan………...100 Tabel 45 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kepuasan Mereka Dengan

Fasilitas Yang Diberikan Oleh Lembaga………...…… 100 Tabel 46 Distribusi Jawaban Responden Tentang Sarana dan Prasarana

yang Menghambat Proses Pembinaan……….101 Tabel 47 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kepuasan Atas

Sarana dan Prasarana yang Tersedia………...102 Tabel 48 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tentang Sarana Lain

Kecuali Sarana Ketrampilan Dan Sarana Belajar………...102 Tabel 49 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sarana dan Prasarana


(18)

Yang Tidak Layak Pakai Tetapi masih di Pakai……….103 Tabel 50 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sarana dan Prasarana

Yang Layak Pakai Tetapi Tidak Dipakai……… …...104 Tabel 51 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sarana dan Prasarana

Yang Rusak……….105 Tabel 52 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tentang Dana

Pembiayaan Sarana Dan Prasarana Dalam Mengimplementasikan

Program………...106 Tabel 53 Distribusi Jawaban Responden Tentang Tahu Tidaknya Mereka

Tujuan Lembaga……….107 Tabel 54 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kompetensi Staf

Lembaga PSBR………...108 Tabel 55 Distribusi Jawaban Responden Tentang Metode Yang Digunakan


(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Kerangka Pemikiran Penelitian ... 29 Gambar 2 : Strukur Lembaga PSBR Nusa Putera ... 41


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Surat Kepuusan Komisi Pembimbing

Lampiran II : Surat Izin Penelitian Dari Departemen/FISIP Ke Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara

Lampiran III : Surat Disposisi Penelitian Dari Dinas Sosial Propinsi dan Fakultas ke Badan Penelitian Dan Pengembangan Sumut.

Lampiran IV : Surat Rekomendasi Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa Dan Perlindungan Masyarakat Ke Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara. Lampiran V : Tembusan Surat Rekomendasi Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa

Dan Perlindungan Masyarakat Ke Walikota Medan

Lampiran VI : Tembusan Surat Rekomendasi Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa Dan Perlindungan Masyarakat Ke Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Lampiran VII : Tembusan Surat Rekomendasi Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa Dan Perlindungan Masyarakat Sebagai Pertinggal

Lampiran VIII: Surat Izin Penelitian / Riset Dari Dinas Sosial Propinsi Ke Lembaga PSBR

Lampiran IX : Berita Acara Seminar Proposal Penelitian Lampiran X : Daftar Koesioner Penelitian


(21)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

GOMGOM U F PAKPAHAN

030902043

ABSTRAK

Implementasi Program Pelayanan Sosial Terhadap Anak Binaan Oleh ( PSBR ) Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putra.

(SKRIPSI terdiri dari 6 Bab, 114 Halaman, 55 Tabel, 2 Gamabar, 10 Lampiran).

Kemiskinan merupakan suatu masalah sosial yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat yang menimbulkan semakin meningkatnya pengangguran. Inilah yang merupakan sebuah masalah yang masih belum terselesaikan negara ini mulai dari dulu sampai sekarang, oleh karena itu sudah sepatutnya setiap komponen masyarakat termasuk di dalamnya pemerintah dan organisasi sosial di luar pemerintahan ikut berperan serta dalam memikirkan jalan penyelesaian untuk meminimalisir keberadaan pengangguran. Keberadaan pengangguran merupakan suatu dampak dari ketidak berhasilan pemerintah dan keluarga untuk membuka lapangan kerja disamping kemampuan dan pendidikan yang terbatas. Dalam hal inilah lembaga PSBR yang merupakan lembaga pemerintah yang berkonsentrasi untuk menangani masalah pengangguran lewat sebuah program pembinaan bagi anak kurang mampu sehingga terbentuk manusia yang berkemempuan dan mandiri di dalam masyarakat.

Penelitian ini dilakukan di Unit Pelaksana Teknis Daerah Panti Sosial Bina Remaja “Nusa Putra” (UPTD PSBR “Nusa Putra”) yang berada di Jalan Industri No. 47, Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. Tipe penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dengan populasi sebanyak 100 orang anak, 10% dari 100 yaitu 10 akan tetapi untuk lebih merepresentatifkan data maka peneliti menambah sampel dalam penelitian ini menjadi sebanyak 25 responden. Pengambilan sample dengan menggunakan purposive sample. Teknik pengumpulan data dengan studi kepustkaan dan sudi lapangan, yaitu : observasi, wawancara, dan koesioner. Kemudian data tersebut dianalisis dalam hal ini mengenai implementasi program pelayanan social yang di tinjau dari pemberian pelayanan, sarana prasarana, jenis dari masing-masing pelayanan, kemudian disusun dalam bentuk tabel tunggal setelah itu di cari persentasenya lalu dijelaskan secara terperinci.

Dari hasil penelitian menunjukkan beberapa kesimpulan, dimana setiap pelayanan yang diberikan sangat bermanfaat bagi anak binaan dan semua pelayanan tersebut dapat di jangkau dan dirasakan oleh semua anak binaan lembaga PSBR Nusa Putera. Hal ini terlihat dari pengakuan binaan selaku responden dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi program lembaga PSBR yaitu Bordir dan Tatarias Kecantikan/saloon sedangkan pelayanan yang diberikan meliputi, pelayanan ketrampilan, pelayanan pendidikan, kesehatan dan bimbingan atau pendampingan.


(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG MASALAH

Sebagaimana kita ketahui, Negara Indonesia sebagai sebuah negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat besar sehingga memiliki kesulitan-kesulitan untuk menciptakan pola atau sistem dan mekanisme yang efektif untuk menjalankan proses pembangunan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya masalah sosial dalam masyarakat misalnya: tingkat kemiskinan, pengangguran, tingkat kematian yang merupakan persoalan utama di samping pertumbuhan penduduk dalam upaya pembangunan Indonesia.

Setelah sekian puluh tahun berperang melawan kemiskinan kita belum mempunyai grand strategy untuk membebaskan lebih dari 30 juta rakyat Indonesia yang menderita karena tekanan ekonomi. Padahal, kemiskinan harus diatasi secara berkesinambungan dari tahun ke tahun tanpa putus sehingga jumlahnya dikurangi seminimal mungkin.

Ketersediaan lapangan kerja menjadi tanggung jawab berbagai sektor, seperti sektor pertanian, perindustrian, dan perdagangan. Sektor-sektor inilah yang akan menggerakkan ekonomi masyarakat dan memberikan kontribusi pendapatan pada setiap keluarga miskin. Mereka yang telah mendapat pekerjaan tidak secara otomatis bebas dari kemiskinan. Ada orang yang bekerja dengan curahan waktu yang kurang sehingga penghasilannya juga minimal. Ada pula yang bekerja dengan upah tidak layak meski curahan waktunya maksimal.


(23)

Inti pemecahan masalah kemiskinan adalah tersedianya lapangan kerja serta adanya keseimbangan antara curahan waktu dengan penghasilan yang diperoleh. Hal ini dapat diwujudkan jika sektor bidang industri dan pembangunan berjalan lancar. Pasca krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998, angka kemiskinan mencapai 49 juta dan tiga tahun berikutnya turun menjadi rata-rata 37 juta. Setelah tiga tahun pascakrisis ekonomi berlalu, kita belum mampu mengurangi jumlah orang miskin secara signifikan meski angka besarannya relatif lebih baik dibandingkan dengan saat krisis tahun 1998.

Sumatera Utara merupakan Propinsi yang keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap sensus penduduk tahun 2000 berjumlah 11.476.944 jiwa, dan perkiraan untuk tahun 2001 telah berjumlah 12.049.944 jiwa. Sedangkan sensus penduduk untuk tahun 2001 yaitu, untuk Daerah Kota terdapat sejumlah 50,16 % (pria) dan 49,84 % (wanita).

Laju pertumbuhan penduduk adalah perubahan penduduk yang terjadi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan dinyatakan dengan persentase. Jumlah penduduk Sumatera Utara dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Menurut hasil sensus penduduk Sumatera Utara tahun 1999-2000 diperoleh laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,20 % pertahun. Angka ini lebih kecil jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk tahun 1980-1990 yang sebesar 2,06 %. (Karakteristik Penduduk Tahun 2000). Diperkirakan untuk tahun 2001 laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara tidak terlalu jauh dari tahun 2000. laju pertumbuhan ini relatif lebih kecil dari laju pertumbuhan penduduk di pulau Sumatera tahun 1995-1998 yang besarnya 1,33 %.

Laju pertumbuhan tertinggi tahun 1999-2000 terdapat di Kabupaten Deli Serdang yaitu sebesar 2,10 % per tahunya. Hal ini salah satunya disebabkan karena Daerah ini


(24)

merupakan Daerah tujuan penduduk Medan yang tidak memiliki tempat tinggal di Medan (karena berbatasan langsung dengan kota Medan), dan merupakan daerah yang memiliki lapangan kerja yang memungkinkan untuk menampung angkatan kerja (karena banyak terdapat pabrik dan industri rumah tangga). Sedangkan laju pertumbuhan terendah ada di Kabupaten Tapanuli Utara yang tercatat sebesar –0,04 % pertahun, kondisi ini diakibatkan karena migrasi keluar (merantau) penduduknya untuk melanjutkan pendidikan dan mencari pekerjaan cukup tinggi. (Karekteristik Penduduk, 2000).

Kemudian jika dilihat dari tingkat pendidikan, dari hasil SP 2000 penduduk yang pernah duduk dibangku sekolah diantaranya, sekitar 60 % penduduk yang berumur 5 (lima) tahun keatas mempunyai pendidikan paling tinggi Sekolah Dasar (SD). Persentase penduduk yang tamat Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Menengah Tingkat Atas (SLTA) relatif sama, yaitu masing-masing 18,92 % dan 18,40 %. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Sumatera Utara masih rendah. (Karekteristik Penduduk SUMUT, 2000). Untuk data 2001 yang berasal dari profil Kabupaten/Kota tidak dapat menggambarkan Propinsi sebab data tidak lengkap dan tidak akurat.

Disamping itu pada bidang ketenagakerjaan berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000, persentase penduduk yang bekerja terhadap angkatan kerja di Daerah Kota dan Pedesaan di Propinsi Sumatera Utara tahun 2000 adalah 93,28 % sedangkan persentase angkatan kerja terhadap jumlah penduduk di Daerah Kota dan Pedesaan adalah 68,84 %. (Karakteristik Penduduk SUMUT, 2000).

Lapangan kerja ynag terbesar menyerap penduduk yang berusia 15 tahun keatas yang bekerja di Propinsi Sumatera Utara tahun 2000 adalah pertanian tanaman pangan


(25)

(34,86 %), jasa (17,45%) dan perdagangan (9,99 %). Status pekerjaanya adalah buruh/karyawan/bekerja sendiri sebanyak 32,37 %, pekerja tidak dibayar sebanyak 21,17 %, berusaha dibantu dengan buruh tidak tetap sebanyak 12,15 %, dan berusaha dibantu dengan buruh tetap sebanyak 1,44 %. (Karakteristik Penduduk SUMUT, 2000).

Menurut sensus 2001, persentase penduduk yang berusia 10 tahun keatas yang termasuk angkatan kerja dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Propinsi Sumatera Utara yaitu 31,42 % untuk tamatan SD, 23,02 % untuk tamatan SLTP dan 16,39 % untuk tamatan SLTA, sedangkan yang tamat DIPLOMA serta SARJANA S-1 hanya sejumlah 3,96 %. Hal ini menunjukkan bahwa angkatan kerja di Sumatera Utara masih didominasi oleh pekerja yang tidak profesional atau berpendidikan rendah yang tentunya akan berpengaruh pada tingkat produktifitasnya.

Sedangkan data penduduk Sumatera Utara mengenai fakir miskin menunjuk angka 1.979.702 jiwa dari total penduduk 12.326.678 jiwa. Potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh fakir miskin mempunyai kecenderungan makin lama semakin menipis dan habis. Belum lagi bila kita melihat data mengenai penyandang masalah kesejahteraan sosial sebanyak 3.456.702 tersebar di 5.616 Desa, 361 Kecamatan, 25 Kabupaten/Kota. Hal tersebut sangatlah merisaukan dan juga dapat berpotensi menimbulkan masalah yang sama.

Rendahnya produktifitas tenaga kerja erat kaitanya dengan kualitas menusianya sendiri. Tingkat pendidikan yang rendah, kekurangan gizi dan keterbatasan-keterbatasan yang lain menyebabkan rendahnya produktifitas tenaga kerja, lambatnya adopsi teknologi baru, kurangnya kreatifitas dan rasionalisasi berusaha. Semuanya dapat menyebabkan


(26)

rendahnya produktifitas usaha dan pendapatan yang diterima. (Prayitno- Arsyad, 1989; 105).

Beranjak dari kemiskinan dan banyaknya jumlah penduduk Sumatera Utara, maka dapat kita lihat lapangan kerja yang tersediapun tidak lagi sebanding dengan angkatan kerja, sehingga berdampak pada semakin banyaknya tingkat pengangguran. Disamping itu minimnya pendidikan dan keterampilan yang disebabkan oleh faktor kemiskinan membuat masyarakat atau penduduk Sumatera Utara tidak seluruhnya mendapat perlakuan yang sama pada bidang pendidikan dan keterampilan. Untuk menanggapi hal ini Dinas Sosial ( DINSOS) Propinsi Sumatera Utara yang dulunya disebut Departemen Sosial (DEPSOS) Propinsi Sumatera Utara mendirikan sebuah lembaga yang bergerak pada bidang pembinaan dan pendidikan pada anak remaja yang ada di Wilayah Sumatera Utara ( SUMUT). Lembaga ini disebut Unit Pelaksana Teknis Daerah Panti Sosial Bina Remaja “Nusa Putra” yang ada Di Kabupaten Deli Serdang Tanjung Morawa Propinsi Sumatera Utara.

PSBR Nusa Putra Tanjung Morawa Propinsi SUMUT adalah salah satu lembaga yang bergerak pada bidang pembinaan anak-anak remaja, khususnya anak-anak yang kurang mampu ataupun miskin. Kurang lebih tiga puluh satu tahun (31 tahun) lamanya lembaga ini berdiri, terhitung sejak tahun anggaran 1974/1975 tidak pernah kewalahan pada bidang anak binaan (kekurangan anak binaan) bahkan lebih pada setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan banyaknya penduduk Sumatera Utara serta sistem pelayanan di lembaga ini cukup baik.

Adapun hal-hal yang membuat peneliti tertarik melaksanakan penelitian di lembaga ini adalah, Berawal dari keberhasilan anak binaan yang sekian banyak telah


(27)

ditamatkan dan yang masih dalam proses pembinaan saat ini, serta keingintahuan peneliti tentang program pelayanan yang dijalankan oleh lembaga akan anak binaan. Berdasarkan uraian diatas maka lembaga ini penting untuk diteliti. Adapun judul yang dibawakan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah “Implementasi Program Pelayanan Sosial Terhadap Anak Binaan Yang Dilakukan Oleh Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putra Tanjung Morawa Propinsi Sumatera Utara”.

B. PERUMUSAN MASALAH

Menurut Soehartono (2004; 23) perumusan masalah merupakan langkah yang penting, karena langkah ini menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Maka berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakakan sebelumnya, yang menjadi perumusan masalah dalam pembahasan ini adalah “ Bagaimana Implementasi Program Pelayanan Sosial Terhadap Anak Binaan Yang Dilakukan Oleh Panti Sosial Bina Remaja “Nusa Putra” Tanjung Morawa Propinsi Sumatera Utara”.

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

C.1. TUJUAN PENELITIAN

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh penjelasan atau keterangan mengenai program yang diterapkan ataupun yang dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Panti Sosial Bina Remaja “Nusa Putra” Tanjung Morawa Propinsi Sumatera Utara. 2. Untuk mengetahui bagaimana pelayanan sosial diberikan oleh Unit Pelaksana

Teknis Daerah Panti Sosial Bina Remaja “Nusa Putra” Tanjung Morawa Propinsi Sumatera Utara terhadap anak binaanya.


(28)

C. 2. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat penelitian ini yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1. Secara akademis, dapat menjadi referensi bagi pengembangan ilmu kesejahteraan Sosial secara nyata dalam mengembangkan bentuk-bentuk pelayanan sosial, baik dalam lembaga-lembaga tertentu maupun dalam masyarakat secara luas, khususnya mengenai pentingnya pelayanan sosial bagi anak binaan sehingga dapat menjalankan fungsi sosialnya di masyarakat.

2. Secara teoritis, melatih diri untuk mengembangkan pemahaman dan kemampuan berpikir penulis melalui penulisan ilmiah mengenai pelayanan sosial bagi anak binaan yang diberikan oleh PSBR (Panti Sosial Bina Remaja “Nusa Putera” dengan menerapkan ilmu yang diperoleh selama belajar di Fakultas Ilmu Sosail dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial. 3. Secara praktis, sebagai bahan masukan bagi PSBR secara khusus agar dapat

meningkatkan pelayanan sosial yang lebih bagus lagi, dan bagi instansi terkait, pemerintah maupun pihak luar secara umum serts dapat melakukan intervensi pelayanan sosial terhadap anak binaan.


(29)

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun yang menjadi sitematika penulisan dalam penelitian ini adalah: BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.

BAB IV: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum tentang lokasi dimana peneliti melakukan penelitian.

BAB V: ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. IMPLEMENTASI

Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, kata implementasi sama dengan kata pelaksanaan. Patton dan Sawicki menyebutkan bahwa implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur tata cara untuk mengorganisasikan, menginterprestasikan dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi. Menurut George Edward, ada beberapa elemen penting dalam memahami implementasi, yaitu: komunikasi (proses transmisi komando pada personalia), sumber daya (keahlian personal, informasi yang relevan dan tentang cara pengimplementasian), disposis (sikap dan kapasitas personal) serta struktur birokrasi (efektivitas komponen organisasi).

Implementasi adalah suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk mengoperasikan sebuah program. Implementasi program merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan program. Hal ini dapat dilihat seperti yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn yang merumuskan implementasi adalah:

“tindakan-tindakan yang dilakukan baik individu, pejabat atau kelompok Pemerintah atau Swasta yang diarahkan pada tercapainya suatu tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam kebijaksanaan” (Wahab, 1991: 51).

Selanjutnya dalam kajian mengenai penerapan/implementasi sebuah program federal di Oakland California, Jeffery, C Pressman Aaron B. Wildevsky mendefenisikan implementasi sebagai :

“ Penerapan mungkin dapat dipandang sebuah proses interaksi antara suatu perangkat tujuan dan tindakan yang mampu untuk meraihnya………..

Pelaksanaan atau penerapan program dengan demikian telah menjadi suatu jaringan yang tampak…………


(31)

Penerapan adalah kemampuan untuk membentuk hubungan-hubungan lebih lanjut dalam rangkaian sebab-akibat yang menghubungkan tindakan dengan tujuan………….” (1991: 195).

Sementara Daniel A. Mazmanian Dan Paul A. Sabatier (1979) dalam Wahab (1991: 51) mendefenisikan implementasi adalah:

“ memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program diberlakukan atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan yaitu kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disyahkan pedoman-pedoman kebijaksanaan Negara, yang mencakup baik usaha-usaha mengadministrasikanya maupun untuk menimbulkan akibat atau dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian”.

Ada tigapilar-pilar kegiatan dalam upaya implementasi yaitu:

a. Organisasi: pembentukan/penataan kembali sumber daya, unit-unit serta metode untuk menjadikan program berjalan.

b. Menafsirkan: menafsirkan agar program (misalnya, hal status) menjadi rencana dan pengarahan yang tepat dan dapat diterima serta dilaksanakan.

c. Penerapan: ketentuan rutin pelayanan, pembayaran atau lainya yang disesuaikan dengan tujuan atau perlengkapan program. (Jones, 1991:296).

Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Berdasarkan defenisi-defenisi implementasi diatas, maka yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi yaitu adanya program. Program akan menunjang implementasi karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek, bahwa didalam setiap program dijelaskan mengenai:

1. tujuan yang akan dicapai

2. kebijakan-kebijakan yang harus diambil dalam mencapai tujuan itu 3. aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui


(32)

4. perkiraan anggaran yang dibutuhkan 5. strategi pelaksanaan.

Unsur kedua yang harus dipenuhi dalam proses implementasi yaitu adanya kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program, sehingga masyarakat tersebut akan menerima manfaat dari program-program tersebut yang telah dijelaskan serta terjadinya suatu perubahan dalam peningkatan pada kehidupanya. Tanpa memberikan manfaat kepada masyarakat maka boleh dikatakan bahwa program tersebut gagal dikembangkan dan dilaksanakan.

Berhasil tidaknya suatu program diimplementasikan tergantung pada unsur pelaksanaanya, dan unsur pelaksana ini merupakan unsur ketiga. Pelaksanaan program penting artinya baik itu organisasi, lembaga ataupun perorangan bertanggungjawab dalam pengelolaan maupun pengawasan dalam proses implementasi. Dengan demikian isi dari pada kebijaksanaan pada pokoknya meliputi adanya program yang bermanfaat, adanya kelompok sasaran, terjadinya jangkauan perubahan, terdapatnya sumber-sumber daya serta adanya pelaksana-pelaksana program. Hasil akhir dari sebuah kegiatan dalam kegiatan implementasi ini dapat dilihat dari dampaknya terhadap masyarakat, individu, kelompok- kelompok dan dari tingkat perubahan penerimaanya.

Kegagalan dan keberhasilan implementasi dapat dilihat dari kemampuanya secara nyata. Dalam mengoperasikan implementasi program-program agar tercapai sesuai dengan tujuan serta terpenuhinya misi program diperlukan kemampuan yang tinggi pada organisasi-organisasi pelaksanaanya. Organisasi ini bisa bisa dimulai dari organisasi di tingkat atas sampai yang berada di level itu negeri atau swasta. Baik tidaknya suau program atau kebijaksanaan yang telah ditetapkan merupakan masalah yang


(33)

sungguh-sungguh kompleks bagi setiap organisasi, termasuk pemerintah. Menjadi masalah karena biasanya terdapat kesenjangan waktu antara penetapan program atau kebijaksanaan dan pelaksanaanya.

Dalam kaitan ini, Jones mengatakan bahwa implementasi adalah :

Suatu proses interaktif antara suatu perangkap tujuan dan tindakan atau bersifat interaktif dengan kegiatan-kegiatan kebijakan yang mendahuluinya dengan kata lain pelaksanaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengoperasikan sebuah program dengan pilar-pilarnya organisasi, interpretasi dan penerapan (Jones 1996 : 294).

Jadi imlementasi atau pelaksanaan dapat dikatakan merupakan kemampuan yang tersusun untuk membentuk hubungan-hubungan yang lebih lanjutdalam rangkaian sebab dan akibat yang menghubungkan tindakan dengan tujuan yang hendak dicapai.

B. PROGRAM

Program adalah seluruh aktivitas yang dirancang sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya adalah bahwa program merupakan suatu aktivitas yang terorganisasi dan tidak semata-mata merupakan suatu rangkaian aktivitas atau tindakan yang muncul secara acak, tetapi merupakan suatu rangkaian tindakan yang terencana dan dipandang untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Jika tidak ada permasalahan, maka tidak diperlukan intervensi programatis.

Dengan demikian, program adalah intervensi atau jasa yang dibutuhkan dan berdampak bagi partisipan program. Ada beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengidentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak, yaitu sebagai berikut:

1. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan ataupun sebagai pelaku program.


(34)

2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri. Program kadang bisa di identifikasi melalui anggaran, namun demikian terdapat program yang memiliki anggaran minimal karena sering tergantung pada para sukarela. Pendanaan yang stabil sangat penting untuk keberhasilan program pelayanan sosial.

3. program memiliki identitas tersendiri. Program dapat dilihat dan diakui oleh publik apabila sistem pelayanan dapat berjalan efektif.

Program terbaik diseluruh dunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis yang jelas, yakni: sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan mulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa kira-kira solusi yang terbaik. (Drs. Sudirmanm.SP: 2005: 2-3).

C. PELAYANAN SOSIAL.

Manusia pada dasarnya tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dalam perkembangan hidupnya, manusia senantiasa memerlukan pertolongan dari orang laindan hanya dapat hidup apabila dia berada di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Dalam hal ini, terdapat hubungan yang erat antara manusia dengan lingkungan karena manusia hidup bersama di dalam kelompok atau hidup berkelompok dimana satu sama lain saling membutuhkan.

Seiring dengan kemajuan zaman yang semakin kompleks, maka dalam diri manusia juga semakin banyak tuntutan-tuntutan yang harus di penuhi dalam upaya untuk mengikuti arus perkembangan zaman. Dalam upaya pemenuhan tuntutan-tuntutan hidupnya tersebut, maka manusia manusia semakin membutuhkan jasa-jasa pelayanan


(35)

dari orang-orang disekitarnya. Oleh karena itu, kehadiran pelayanan menjadi begitu penting dalam perkembangan hidup manusia.

“ Pelayanan adalah usaha untuk memberikan bantuan atau pertolongan kepada orang lain baik materi maupun non materi agar orang lain dapat mengatasi masalahnya sendiri (Suparlan, 1983: 91). Sementara itu H.A.S. Moenir mengatakan bahwa pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain (Moenir, 1992: 17)”.

Erat kaitanya dengan diatas, Sjahrir mengemukakan bahwa :

Pelayanan adalah jenis usaha yang dikelola pemerintah dan ditujukan untuk melayani kepentingan masyarakat dan mempunyai fungsi sosial tanpa berorientasi pada aspek keuntungan (Sjahrir, 1991: 154).

Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa pelayanan itu merupakan kegiatan yang diselenggara oleh orang lain dan ditujukan kepada seseorang dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi oleh orang tersebut (orang yang dilayani). Masalah yang dimaksud disini adalah masalah yang berkaitan dengan kebutuhan hidup dan masalah yang berkaitan dengan tujuan hidup. Dalam hal pelayanan yang diberikan tersebut dapat dirasakan manfaatnya oleh orang lain yang membutuhkanya serta dapat digunakanya untuk mengatasi masalahnya sendiri sehingga dia dapat kembali menjalankan aktifitas hidupnya ditengah-tengah masyarakat.

Pelayanan sosial adalah aktivitas yang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu para anggota masyarakat untuk saling menyesuaikan diri dengan sesamanya dan dengan lingkungan sosialnya. Selanjutnya menurut Fadli Nurdin pelayanan sosial meliputi kegiatan-kegiatan atau intervensi-intervensi kasus yang dilaksanakan secara diindividualiskan, langsung dan terorganisasi yang bertujuan untuk membantu individu atau kelompok dan lingkungan sosial dalam upaya mencapai saling penyesuaian. Disebut pelayanan dalam arti bahwa program ini memberikan jasa pada orang-orang dan membantu mewujudkan tujuan-tujuan mereka, bukan untuk kepentingan atau keuntungan diri sendiri (Nurdin, 1990: 50).

Sehubungan dengan pendapat di atas Romanyshyn (1971, dari Fadil Nurdin, 1990; 50) menambahkan bahwa pelayanan sosial bukan hanya sebagai usaha


(36)

memulihkan, memelihara dan meningkatkan kemampuan berfungsi sosial individu dan keluarga, melainkan juga sebagai usaha untuk menjamin berfungsinya kolektivitas seperti kelompok kelompok sosial, organisasi serta masyarakat.

Syarif Muhidin (1981: 68) memberikan defenisi pelayanan sosial dalam arti luas dan dalam arti sempit, yaitu:

1. pelayanan sosial dalam arti luas adalah pelayanan sosial yang mencakup fungsi pengembangan termasuk pelayanan sosial dalam bidang pendidikan, kesehatan, tenaga kerja, dan lain sebagainya.

2. pelayanan dalam arti sempit adalah pelayanan sosial yang mencakup pertolongan dan perlindunan kepada golongan yang tak tak beruntung, seperti pelayanan sosial kepada anak-anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna susila dan sebagainya.

Selanjutnya, Alfred J. Khan memberikan pengertian pelayanan sosial sebagai berikut:

“ pelayanan sosial terdiri dari program-program yang diadakan tanpa mempertimbangkan kriteria pasar untuk menjamin suatu tingkatan dasar dalam penyediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan akan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat serta kemampuan perorangan untuk pelaksanan fungsi-fungsinya, untuk memperlancar kemampaun menjangkau dan menggunakan pelayanan-pelayanan serta lembaga-lembaga yang telah ada dan membantu warga masyarakat yang mengalami kesulitan dan keterlantaran”. (Soetarso, 1982: 34).

Penggunaan kata mempertimbangkan kriteria pasar mengungkapkan bahwa masyarakat merasa wajib dan yakin akan pentingnya peningkatan kemampuan setiap warga negara untuk menjangkau dan menggunakan setiap bentuk pelayanan yang sudah menjadi haknya. Ketidakmampuan seseorang untuk membayar pelayanan karena


(37)

penghasilanya tidak mencukupi (karena berdasarkan kriteria pasar) jangan menjadi hambatan untuk memperoleh pelayanan. Berarti disini, pemberi pelayanan harus melayani tanpa mempertimbangkan sipenerima pelayanan mampu membayar atau tidak.

Pelaksanaan pelayanan sosial mencakup adanya perbuatan yang aktif antara pemberi dan penerima. Bahwa untuk mencapai sasaran sebaik mungkin maka pelaksanaan pelayanan sosial mempergunakan sumber-sumber tersedia sehingga benar-benar efisien dan tepat guna. Sehubungan dengan itu maka, “ dalam konsepsi social service delivery, sasaran utama adalah si penerima bantuan (beneficiary group). Dilihat dari sasaran perubahan maka sasaranya adalah sumber daya manusia dan sumber-sumber natural”.

Pelayanan sosial tidak hanya mengganti atau berusaha memperbaiki keluarga dan bentuk-bentuk organisasi sosial tetapi juga merupakan tanggapan baru terhadap situasi sosial baru. Pelayanan-pelayanan sosial merupakan penemuan sosial yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia modern dalam berbagai hubungan dan peran-perannya sama halnya seperti inovasi teknologis yang berfungsi sebagai tanggapan terhadap persyaratan fisik dari kehidupan modern.

Pandangan yang menganggap bahwa pelayanan sosial tidak akan diperlukan lagi kalau masyarakat telah berhasil menghilangkan kemiskinan, meningkatkan pemerataan, dan menanggulangi masalah-masalahnya sangatlah mahal. Hal ini dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi dan perubahan teknologi tergantung pada perobahan-perobahan sosial yang kesemuanya memerlukan penyediaan lembaga-lembaga baru untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan warga masyarakat yang berhubungan dengan pemberian kasih sayang, sosialisasi, pengembangan dan rehabilitasi.


(38)

Adapun yang menjadi komponen-komponen yang terkandung didalam pelayanan sosial tersebut antara lain :

a. Bangunan beserta fasilitas lingkungannya merupakan objek yang secara langsung digunakan untuk menampung atau menyembuhkan penerima pelayanann.

b. Peralatan yang mencakup tempat tidur, meja, kursi dan lain-lain yang digunakan baik secara perorangan maupun secara bersama-sama.

c. Pelayanan operasional mencakup makanan, pakaian, kesehatan, kegiatan waktu senggang, dan kegiatan rutin sehari-hari.

d. Pelayanan profesional meliputi jumlah petugas dan tenaga-tenaga ahli seperti tutor, guru, dokter, psikolog, psikiater, dan lain sebagainya.

Adapun yang menjadi tujuan pelayanan sosial itu adalah :

Menurut Alfret J Khan mengemukakan bahwa tujuan pelayanan sosial antara lain: a. Pelayanan sosial untuk tujuan soialisasi dan pengembangan.

b. Pelayanan sosial untuk tujuan penyembuhan, pemberian bantuan, rehabilitasi, dan perlindungan sosial.

c. Pelayanan sosial untuk tujuan membantu orang menjangkau dan menggunakan pelayanan yang sudah ada, pemberian informasi dan nasehat.

Bentuk-bentuk pelayanan sosial antara lain: a. program penitipan anak.


(39)

c. program-program pengisian waktu luang bagi anak dan remaja dalam keluarga.

Fungsi pelayanan sosial dapat dibagi menjadi berbagai cara, bergantung kepada tujuan pembagian itu. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengemukakan fungsi pelayanan sosial sebagai berikut:

 Perubahan secara progresif dari pada kondisi-kondisi kehidupan orang

 Pegembangan sumber-sumber daya manusia

 Berorientasi terhadap perubahan sosial dan penyesuaian diri

 Penggerakan dan penciptaan sumber-sumber komunitas untuk tujuan-tujuan pembangunan

 Penyediaan struktur-struktur institusional untuk pelayanan-pelayanan yang terorganisasi lainya. (Soetarso, 1981: 41).

Dengan menggunakan metode yang khas, masing-masing ilmu berusaha untuk menemukan dan merumuskan kebenaran. Demikian juga halnya dengan pelayanan sosial terhadap anak binaan diperlukan metode pelayanan yang teratur dan sistematis sehingga mereka dapat mandiri dalam kehidupan masyarakat. yang dimaksud dengan metode pelayanan sosial adalah suatu cara berpikir atau bertindak dalam suatu kegiatan atau aktifitas yang bertujuan untuk memberikan pertolongan, bimbingan, keterampilan, didikan, perlindungan kepada anak binaan agar dapat melaksanakan segala kegiatan dan masalah yang dihadapi secara mandiri.


(40)

Metode pelayanan sosial yang diberikan oleh Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putra sebagai suatu Lembaga Sosial adalah:

a. Metode bimbingan sosial perorangan (sicial case work), yaitu dengan cara kerja ataupun prosedur yang teratur dan sistematis untuk mendidik dan membimbing anak (individu) yang megalami permasalahan sosial sehingga semua permasalahan yang dialami tersebut dapat terselesaikan atau diatasi dengan baik dan anak binaan tersebut dapat melaksanakan tugas-tugas serta fungsi sosialnya secara lebih baik. Misalnya, untuk kelas bordir anak bersamaan melakukan keterampilan namun pada prakteknya anak-anak dididik secara perorangan dan apabila anak belum juga memahami instruktur bordir membuat keterangan atau jalan yang lebih mudah untuk dipahami, disamping itu apabila anak binaan punya masalah pihak lembaga memberikan nasehat atau arahan secara perorangan.

b. Metode bimbingan sosial kelompok (social group work), yaitu serangkaian cara kerjadan prosedur yang teratur dan sistematis yang diterapkan lembaga yang dalam hal ini adalah PSBR Nusa Putra membimbing ataupun mendidik anak secara kelompok. Misalnya, ketika memberikan motivasi dan arahan kepada anak-anak berlangsung secara keseluruhan dalam sebuah ruangan ataupun aula.

c. Metode bimbingan sosial organisasi (sicial community organization atau community depelpment), yaitu suatu metode atau proses untuk membantu masyarakat agar dapat menentukan kebutuhan dan tujuanya, serta dapat menggali dan memanfaatkan sumber yang ada sehingga kebutuhnaya


(41)

dapat terpenuhi dan tujuan yang diharapakan dapat tercapai. Misalnya, kehadiran lembaga PSBR membantu masyarakat dalam membina anak-anak kurang mampu dalam mencapai suatu tujuan dengan menempah anak-anak binaanya supaya dapat mandiri.

d. Metode administrasi kesejahteraan sosial yaitu suatu metode atau proses dimana anak binaan sebelum dan sesudah masuk lembaga harus meyelesaikan segala bentuk administrasinya misalnya, surat keterangan kurang mampu, surat izin keluar, dan lain sebagainya. Disamping itu segala bentuk kegiatan, baik kegiatan anak binaan maupun kegiatan staf lembaga termenejemen dengan baik, misalnya: setiap kegiatan harus berdasarkan jadwal yang telah ditentukan.

D. Program-Program Pelayanan Sosial.

Program-program pelayanan sosial merupakan bagian dari intervensi kesejahteraan sosial. Pelayanan-pelayanan sosial meliputi kegiatan-kegiatan atau intervensi yang dilaksanakan secara di individualisasikan, langsung dan terorganisasi yang bertujuan membantu individu, kelompok dan lingkungan sosial dalam upaya mencapai saling penyesuaian. Bentuk-bentuk pelayanan sosial sesuai dnegan fungsi-fungsinya adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan akses: mencakup pelayanan informasi, rujukan pemerintah, nasehat dan partisifasi. Tujuan membantu orang agar dapat mencapai atau menggunakan pelayanan yang tersedia.

2. Pelayanan terapi: mencakup pertolongan dan terapi atau rehabilitasi, termasuk didalamnya perlindungan dan perawatan. Misalnya pelayanan yang diberikan oleh


(42)

badan-badan yang menyediakan konseling, pelayanan kesejahteraan anak, pelayanan kesejahteraan sosial mendidik dan sekolah, perawatan bagi orang-orang jompo dan lanjut usia.

3. pelayanan sosialisasi danpengembangan, misalnya taman penitipan bayi dan anak, keluarga bencana, pendidikan keluarga, pelayanan rekreasi bagi pemuda dan masyarakat yang dipusatkan atau community centre. (Nurdin, 1989:50).

Kebutuhan akan program pelayanan sosial akses disebabkan oleh: a. adanya birokrasi modern

b. perbedaan tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap hal-hal dan kewajiban serta tanggungjawabnya

c. deskriminasi atau perbedaan

d. jarak geografi antara lembaga-lembaga pelayanan dari orang-orang yang memerlukan pelayanan sosial.

Seseorang yang mempunyai masalah datang kesuatu tempat badan sosial dimana terdapat tenaga ahli yang memberikan bantuan kepadanya dnegan cara proses tertentu (social casework). Social Casework adalah: suatu proses yang dipergunakan oleh badan-badan sosial ( human welfareagencies) tertentu untuk membantu individu-individu agar mereka dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi didalah kehidupan sosial mereka secara lebih efektif. Program kofesensif untuk anak yang terdiri dari usaha untuk meningkatkan kesejahteraan anak baik fisik, mental maupun sosial. Pelayanan kesejahteraan anak termasuk asuhan bagi anak didalam keluarganya sendiri maupun lembaga sosial, didalam keluarga pengganti (Subsitute Family Homes), ataupun didalam lembaga. Jenis-jenis pelayanannya antara lain:


(43)

a. Bantuan finansial b. Adopsi

c. Asuhan keluarga d. Bimbingan keluarga.

E. Standart Dan Jenis-Jenis Standart Pelayanan Sosial. Kata “standart” yang digunakan disini dapat berarti: a. suatu norma bagi pelayanan sosial, atau

b. suatu bentuk norma atau peraturan tertentu yang sengaja disusun untuk digunakan sebagai pedoman

Adapun jenis-jenis dari standar tersebut adalah sebagai berikut: 1. Standart minimum

Standart ini digunakan kalau pemerintah mengiginkan penentuan persyaratan wajib untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan sosial. Standart ini dapat dicamtumkan sebagai undang-undang, peraturan menteri, atau lainya agar tingkat pelayanan yang telah ada tidak tetap ada pada tingkatan yang telah ditentukan atau menurun. Dalam hal ini badan-badan sosial justru di dorang untuk melampaui standart minimum ini.

2. Standart maksimum.

Standart ini merupakan sasaran pencapaian mutu pelayanan tertinggi yang ditentukan oleh pemerintah selama jangka waktu tertentu. Standart maksimum ini dapat digunakan dalam perencanaan kesejahtraan sosial jangka panjang.


(44)

Standart ini lebih banyak berfungsi sebagai pedoman dan oleh karenanya tidak mempunyai kekuatan memaksa. Tujuan utama standart ini adalah mendorong badan-badan sosial untuk meningkatkan pelayanan.

F. Anak Binaan

Anak binaan yaitu anak yang diberi biaya pendidikan oleh seseorang dan bantuan untuk memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun rohani, dan sosialnya. Anak binaan yang dimaksud disini yaitu anak yang telah mencapai umur 8 tahun tetapi belum mencapai 18 tahun dan belum pernah kawin yang berdasarkan keputusan pengadilan diserahkan kepada negara yang dididik dan ditempatkan pada panti asuhan tersebut (Dirjen Hukum & Perundang-Undangan,1995 : Bab I).

Yang menjadi pola pembinaan yaitu : 1. Macam pembinaan

a. Pembinaan penyuluhan hukum b. Pembinaan penyuluhan rohani c. Pembinaan penyuluhan jasmani d. Pembinaan bimbingan bakat

e. Pembinaan dalam bidang pendidikan dan integrasi. 2. tujuan dan kejelasan pola pembinaan

3. manfaat pola pembinaan 4. pelaksanaannya

5. sumber-sumber yang digunakan.

Adapun yang menjadi hak-hak pokok anak, antara lain sebagai berikut: 1. Hak untuk hidup.


(45)

Setiap anak berhak untuk mendapatkan akses atas pelayanan kesehatan dan menikmati standar hidup yang layak, termasuk makanan yang cukup, air bersih, dan tempat tinggal. Anak juga berhak memperoleh nama dan kewarganegaraan.

2. Hak untuk tumbuh dan berkembang.

Setiap anak berhak memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Berhak memperoleh pendidikan, bimbingan, baik formal maupun informal secara memadai. Konkritnya akan diberi kesempatan untuk belajar, bermain, berkreasi dan beristirahat.

3. Hak untuk memperoleh perlindungan.

Hak untuk memperoleh perlindungan artinya setiap anak berhak melindungi dari eksploitasi ekonomi dan seksual, kekerasan fisik ataupun mental, penangkapan dan penahanan yang sewenang-wenang, dan segala bentuk deskriminasi, ini juga berlaku untuk anak yang tidak punya orang tuan dan anak-anak yang berada ditempat pengungsian. Mereka berhak untuk mendapat perlindungan.

4. Hak untuk berpartisipasi atau berperan serta.

Hak berpartisipasi atau berperan serta artinya setiap anak diberi kesempatan menyuarakan pandangan-pandangan, ide-idenya, terutama berbagai persoalan yang berkaitan dengan anak.

5. Hak untuk memperoleh pendidikan.

Setiap anak berhak menerima pendidikan tingkat dasar, pendidikan tingkat lanjutan harus dianjurkan dan dimotivasi agar dapat diikuti oleh sebanyak mungkin anak. (Atika, Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol 3, 2004 :94)


(46)

G. Lembaga Sosial

Tanggungjawab sosial merupakan unsur pokok dari pelayanan kesejahteraan sosial. Mobilisasi sumber-sumber merupakan tanggungjawab masyarakat sebagai keseluruhan dalam arti dapat disediakan oleh pemerintah atau oleh masyarakat ataupun secara bersama-sama.

Mekanisme yang dapat dilaksanakan keinginan masyarakat merupakan bagian yang penting bagi usaha kesejahteraan sosial yang disponsori oleh pekerja sosial. Bagi lembaga-lembaga pelayanan sosial pemeritah, mekanismenya harus mencerminkan keinginan pemerintah. Tidak mengejar keuntungan sebagai suatu programnya. Usaha kesejahteraan sosial bukanlan untuk emncari keuntungan (Profit Making Activity). Pelayanan dan barang-barang yang dihasilkan oleh ekonomi pasar dan dibeli oleh orang-orang dengan uang berdasarkan partisipasi kompetitif dalam ekonomi, bukanlah kesejahteraan sosial. Tujuan kesejahteraan sosial mungkin saja erat hubunganya dalam usaha mencari keuntungan, apabila suatu usaha bisnis menyelenggarakan fasilitas rekreasi dan penitipan anak dan taman kanak-kanak bagi tenaga kerjanya.

Struktur administrasinya yang diadakan secara terpisah kadang-kadang banyak dikembangkan oleh usaha-usaha bisnis atau perusahaan-perusahaan. Akan tetapi program seperti itu tidak dapat dipisahkan dengan tujuan perusahaan pada umumnya, yaitu dnegan memberikan fasilitas kesejahteraan sosial bagi tenaga kerjanya yang diharapkan produksi akan naik. Aspek profesional dari program itu masih sulit untuk diklasifikasikan, hal ini etrgantung dari relasi antara pemberi bantuan dan penerima bantuan. Program kesejahteraan dibidnag industri biasa saja dianggab sebagai program kesejahteraan sosial apabila usaha untuk mencari keuntungan bukan program dari program tersebut.


(47)

Didalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan kesejahteraan sosial perlu adanya badan-badan atau lembaga-lembaga yang merupakan realisai dari ciri-ciri kesejahteraan sosial yang utama, yaitu organisasi formal yang menjalankan salah satu unsur penting dalam proses intervensi sosial disamping adanya pekerja sosial, profesi-profesi lain yang bekerja dalm bidang kesejahteraan sosial dan klienya.

Lembaga sosial pada dasarnya merupakan perwujudan-perwujudan fungsi-fungsi kesejahteraan sosial yang melahirkan bentuk-bentuk program pelayanan yang bervariasi. Ini dapat dilihat dari bidang pelayanan sosial dalam praktek pekerja sosial. Dalammenjalankan fungsi-fungsinya, lembaga sosial dapat memberikan sanksi-sanksi, dan sumber-sumber yang diperlukan pekerja sosial dan profesi lainya yang terkait dalam menjalankan kegiatan praktek.

Sumber-sumber yang dapat disewdiakan lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi sosial misalnya dana, tempat, tenaga kerja, dan fasilitas lainya. Akan tetapi lembaga sosial bukan hanya sebagai pemasok yang selalu siap menyediakan berbagai keperluan praktek pekerja sosial. Karena lembaga atau badan-badan sosial seringkali memiliki misi dan tujuan sendiri, sehingga tidak selamanya tujuan praktek profesi pekerjaan sosial sesuai dengan misi dan tujuan lembaga atau badan-badan sosial dimana pekerja sosial praktek secara profesional. (Syarif Muhidin, 1992: 4).

Menurut F. M. Loewenberg ada lima unsur struktural dan prosedural yang terdapat dalam praktek, diantaranya sebgai berikut:

1. Peraturan-peraturan.

Perarturan-peraturan yang memenuhi persyaratan untuk pelayanan suatu lembaga sosial dapat berupa hukum, peraturan-peraturan yang dirumuskan atau keputusan


(48)

tentang suatu kebijakan yang berdasarkan kebutuhan dan potensi-potensi yang dapat didayagunakan bagi pelayanan lembaga.

2. Beban khusus.

Lembaga-lembaga atau badan sosial umumnya tidak menyeleksi klien-klien mereka, karena klien biasanya dihadapkan kepada pekerja sosial sebagai kegiatan rutin, dan diatur agar dapat menggunakan staf secara efisien. Lembaga-lembaga sosial biasanya mendayagunakan pekerja sosial, misalnya melalui kunjungan rumah dan laporan-laporan berkala yang harus diselesaikan sesuai dengan banyaknya jumlah kasus.

3. Persyaratan administratif.

Masalah terbesar dalam lembaga sosial adalah memelihara kebenaran informasi tentang kegiatan-kegiatan pekerja, dan hasil akhir yang dicapai selama pelayanan dilakukan.

4. Anggaran kerja.

Anggaran kerja merupakan suatu unsur penting yang dapat langsung mengawasi lembaga dan badan-badan sosial beserta para pekerjaanya.

5. Supervisi.

Supervisi yang dilakukan lembaga-lembaga sosial pada dasarnya ditujukan untuk mempengaruhi pekerja sosial dan pekerja profesi lainya dalam praktek disebuah lembaga sosial. (Nurdin, 1989: 41-43).


(49)

H. Kerangka Pemikiran.

Kemiskinan berarti kelaparan, kekurangan gizi, kekurangan pakaian, tingkat pendidikan yang rendah, tidak ada atau sedikit sekali kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang elementer (Ajit Ghose dan Geit Griffin, 1980: 545). Pengertian ini dapat diinterprestasikan bahwa ketidakmampuan mereka dalam menggunakan sarana yang tertera dalam butir-butir tersebut sebagai pertanda kondisi ekonominya yang sangat lemah. Dapat dipahami, bahwa dalam upaya menggunakan fasilitas-fasilitas tersebut terutama yang berkaitan dengan kebutuhan primernya tidak memiliki modal dasar penunjang.

Kehadiran suatu panti atau yayasan ditengah masyarakat tidak hanya penting bagi penyandang cacat saja, melainkan juga masyarakat umum seperti masyarakat kurang mampu ataupun masyarakat miskin. Dengan adanya program rehabilitasi yang tersedia dalam yayasan atau panti sosial, masyarakat akan dapat memanfaatkan segala fasilitas dan kemampuan pelayanan yang tidak dimilikinya. Karena pada hakekatnya fungsi sebuah yayasan atau panti sosial bukan hanya didasarkan pada prinsip belas kasihan tetapi juga meningkatkan derajat penyandang cacat atau anak yang kurang mampu, maka keluarga akan dapat dibantu dalam mendidik anggotanya yang cacat atau yang tidak dapat melakukan fungsinya (Disfungsi Sosial) dalam melakukan fungsi sosial dan ekonominya dalam masyarakat (Rasyid, 1985: 77).

PSBR Nusa Putra Tanjung Morawa Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu lembaga sosial yang didirikan untuk memberikan keterampilan, pendidikan pengetahuan dalam meningkatkan potensi anak binaan yang kurang mampu dan menciptakan manusia-manusia yang mandiri. Melalui lembaga ini, anak binaan


(50)

diharapkan dapat berkembang dan mendapatkan bimbingan serta menanamkan rasa percaya diri para anak binaan tersebut, sehingga dapat eksis di dalam masyarakat. diharapkan juga para anak binaan dapat mengembangkan potensi dan keterampilan yang dimilikinya untuk kemajuanya kelak.

Dengan adanya Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putra Tanjung Morawa yang merupakan sebuah Lembaga yang berasal dari Pemerintah melalui Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara yang dulunya disebut Departemen Dinas Sosial, yang mempunyai program-program dalam pembinaan anak remaja yang putus sekolah dari keluarga kurang mampu. Dengan tujuan dari program tersebut adalah untuk membentuk kembali sikap dan prilaku anak, sehingga anak dapat berdiri sendiri dan melakukan fungsi sosialnya dalam masyarakat. Dari uraian seperti yang tertera di atas maka dapat di buat sebagai skema yang menggambarkan sebuah kerangka pemikiran yaitu sebagai berikut:

Gambar 1

BAGAN KERANGKA PEMIKIRAN

- Menambah pengetahuan dan meningkatkatkan ketrampilan

- Memiliki mata pencaharian sebagai sumber kehidupan - Berperan serta aktif dalam masyarakat dan pembangunan - Anak yang mampu melakukan peran sosialisasinya.

IMLEMENTASI

PROGRAM PSBR

Pelatihan Ketrampilan Bordir dan Saloon/Tata rias


(51)

I. Defenisi Konsep Dan Defenisi Operasional. I.1. Defenisi Konsep

Defenisi konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok, individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1989: 33). Untuk memfokuskan penelitian ini penulis memberikan batasan konsep yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu:

1. implementasi adalah suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk mengoperasikan sebuah program. Implementasi program merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan program.

2. program adalah seluruh aktivitas yang dirancang sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya adalah bahwa program merupakan suatu aktivitas yang terorganisasi dan tidak semata-mata merupakan suatu rnagkaian aktivitas atau tindakan yang muncul secara acak, tetapi merupakan suatu rangkaian tindakan yang terencana dan dirancang untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

3. pelayanan sosial adalah aktivitas yang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu para anggota masyarakat untuk saling menyesuaikan diri dengan sesamanya dan dnegan lingkungan sosialnya.

4. Program pembinaan adalah prosedur yang dijadikan landasan untuk menentukan isi dan urutan kegiatan pembinaan yang akan dilaksanakan. Dalam pembinaan terjadi proses pelepasan hal-hal yang dimiliki yang bersifat menghambat dan mempelajari pengetahuan dan kecakapan baru yang meningkatkan kerja hidup.


(52)

5. Panti sosial merupakan sarana dan prasarana yang memberikan pelayanan sosial berdasarkan profesi pekerjaan sosial dan lembaga kesejahteraan sosial yang bergerak dalam bidang kesejahteraan anak, terutama bimbingan sosialdan pelayanan untuk anak-anak. Panti asuhan juga merupakan tempat merawat serta mendidik anak-anak terlantar dan kurang mampu dalam pendidikanya, sehingga mereka itu diharapkan dapat menolong dirinya sendiri serta berfungsi dalam masyarakat.


(53)

I.2. Defenisi Operasional.

Defenisi operasional merupakan penguraian indikator-indikator yang termasuk penjabaran lebih lanjut tentang konsep, dan keterikatan konsep yang telah diterangkan. Menurut Masri Singarimbun, defenisi operasional adalah merupakan petunjuk bagaimana suatu variabel diukur, dengan membaca defenisi operasional dalam suatu penelitian. Seorang peneliti akan tahu pengukuran suatu varibel sehingga ia dapat mengetahui baik dan buruknya pengukuran tersebut (Singarimbun, 1989: 46). Untuk mengetahui implementasi program pelayanan sosial di Panti Sosial Bina Remaja “Nusa Putera” dilakukan dengan indikator-indikatornya sebagai berikut:

1. Cara rekruitmen anggota/anak binaan oleh Panti Sosial Bina Remaja “Nusa Putera”, Tanjung Morawa.

2. Sistem pembinaan atau bimbingan yang diterapkan oleh Panti Sosial Bina Remaja “Nusa Putera” (PSBR) Tanjung Morawa terhadap anak binaan.

3. Kompetensi staf dalam menunjang pelaksanaan program oleh Panti Sosial Bina Remaja “Nusa Putera” (PSBR) Tanjung Morawa terhadap anak binaan.

4. Tujuan yang dicapai Panti Sosial Bina Remaja “Nusa Putera” (PSBR) Tanjung Morawa terhadap anak binaan.

5. Kelengkapan sarana dan prasarana Panti Sosial Bina Remaja “Nusa Putera” (PSBR) Tanjung Morawa.


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN A.Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah adalah bersifat deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1990 ; 63). Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena secara sistematis dan akurat mengenai implementasi program pelayanan sosial terhadap anak binaan di Panti Sosial Bina Remaja “Nusa Putra” berupa pelayanan pendidikan non formal, pelayanan ketrampilan, pelayanan kesehatan, bimbingan atau pendampingan.

B.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis Daerah Panti Sosial Bina Remaja “Nusa Putra” (UPTD PSBR “Nusa Putra”) yang berada di Jalan Industri No. 47, Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. Adapun alasan saya memilih lokasi ini adalah dikarenakan sebagai lembaga yang bergerak pada bidang peningkatan sumber daya manusia (SDM) melalui pelayanan terhadap masyarakat kurang mampu (miskin) yang ada di Sumatera Utara. Sebagai lembaga formal yang bergerak pada bidang pembinaan anak, yakni anak-anak yang kurang mampu tentunya PSBR “Nusa Putra” mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan khususnya kalangan remaja, sehingga anak remaja tersebut dapat eksis


(55)

dan mampu bersaing dengan masyarakat pada umumnya, teman sebayanya pada khususnya.

C. Populasi dan Sampel C. 1. Populasi

Populasi penelitian merupakan keseluruhan (Univesum) dari objek peneliti yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2001;101)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak binaan yang menjadi asuhan PSBR sebanyak 100 orang.

C.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Arikunto, 1998 ;27). Menurut Arikunto jumlah populasi kurang dari 100 sebaik-baiknya sample diambil semuannya. Jika populasi lebih dari 100 maka diambil 10 % sebagai sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah 100 orang yaitu anak binaan ataupun anak asuhan lembaga namun apabila 10 % dari 100 maka sampelnya adalah 10 orang, peneliti menganggap bahwa sampel yang 10 adalah kurang representative sehingga untuk lebih merepresentatifkan data maka peneliti menambah sampel dalam penelitian ini menjadi sebanyak 25 orang. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan penelitia adalah sampel purposive yang ditetapkan secara sengaja oleh peneliti dengan pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangan peneliti adalah karena keterbatasan waktu dan materi yang dimiliki oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini. Oleh karena itu tidak ada kriteria tertentu yang dibuat penulis dalam menentukan sampel yang diteliti.


(56)

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang meyangkut masalah yang akan diteliti dan mempelajari dan menelaah buku, majalah atau surat kabar, jurnal, karya ilmiah dan bentuk tulisan lainnya yang ada relavansinya dengan masalah yang diteliti.

2. Studi lapangan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung turun kelokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti melalui :

a. Angket (Koesioner) yaitu alat untuk mengumpulkan data dengan menyebarkan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan atau angket yang secara tertulis yang harus di disi oleh responden.

b. Observasi, yaitu teknik yang digunakan untuk mengadakan pengamatan di lapangan, adapun yang diamati adalah kegiatan yang dilakukan berupa penyuluhan, diskusi, ketrampilan, dan lain sebagainya. Pada saat mengadakan pelayanan terhadap anak binaan oleh PSBR.

c. Wawancara yaitu mengumpulkan data dengan menggunakan pertanyaan secara tatap muka dengan responden (Berdialog) mengenai persoalan yang diteliti.


(57)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Berdirinya UPTD Panti Sosial Bina Remaja “NUSA PUTRA”

Perlunya pembinaan akan anak adalah suatu hal yang sangat penting, diantaranya untuk menjadikan manusia yang mandiri. Banyaknya anak yang putus sekolah yang disebabkan oleh faktor kemiskinan di Indonesia pada umumnya, Sumatera Utara pada khususnya merupakan sebuah permasalahan yang harus segera diselesaikan. Masalah sosial ini akhirnya ditanggapi langsung oleh Dinas Sosial Sumatera Utara (dulunya Departemen Sosial Propinsi Sumatera Utara). Dinas Sosial kemudian mendirikan unit palayanan teknis yang khusus menangani permasalahan anak putus sekolah ini. Unit ini disebut dengan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang bernama Panti Sosial Bina Remaja “NUSA PUTRA”.

Panti sosial bina remaja “NUSA PUTRA” berdiri pada tahun anggaran 1974/1975. panti ini didirikan dnegan maksud untuk menggali, mengembangkan, meningkatkan dan memantapkan potensi sumber-sumber yang dimiliki oleh anak putus sekolah (miskin), anak terlantar dengan cara memberikan bimbingan fisik, mental, sosial dan bimbingan keterampilan.

Pada awal pendiriannya, panti ini membuka banyak jenis keterampilan yang diajarkan kepada para siswa. Diantaranya adalah keahlian komputer, tata boga, baby sister, isntalasi listrik, monitor mobil (automotif), montir sepeda motor, las listrik/karbit, radio/ TV (elektronik), tata rias/salon kecantikan, menjahit, pertukangan kayu dan bordir. Selama awal berdirinya juga, para siswa yang dilayani cukup banyak yakni mencapai 600


(58)

orang per pelita. Akan tetapi, setelah memberikan pelayanan selama 30 tahun lebih, kini panti ini hanya memberikan 2 (dua) jenis keahlian yakni salon dan bordir. Menurut pimpinan lembaga, Drs. H. Azamris Chandra, pengurangan jenis keterampilan ini telah mempertimbangkan banyak hal, diantaranya; pertama, setelah terjadinya otonomi daerah membuat anggaran untuk lembaga ini semakin terbatas (berkurang) sehingga membuat pimpinan lembaga semakin sulit untuk mengelolanya. Kedua, penggabungan lokasi antara laki-laki dan perempuan. Banyak kejadian yang menjadi bahan pembelajaran bagi pihak panti dimana banyak para siswa yang akhirnya lebih fokus dalam mencari pasangan hidup. Hal ini cukup mengganggu segala kegiatan panti sehingga akhirnya diputuskan hanya menerima perempuan/wanita saja sebagai kalayan/siswa.

PSBR Nusa Putera Tanjung Morawa Propinsi Sumatera Utara berdiri berdasarkan beberapa hal antara lain :

1. Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah.

2. Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara No.3 tahun 2001 tentang dinas-dinas daerah Propinsi Sumatera Utara.

3. Keputusan Gubernur Sumatera Utara No.061.297/tahun 2002 tentang tugas, fungsi dan tata kerja dinas sosial serta organisasi dan tata kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Propinsi Sumatera Utara. B. Sasaran Garapan

Sasaran garapan PSBR Nusa Putra Tanjung Morawa adalah :

1. anak putus sekolah terlantar berumur 15-21 tahun yang belum menikah, terutama :


(59)

b. Tidak bekerja atau menganggur

c. Anak yang mempunyai masalah sosial seperti anak yang berasal dari keluarga ekonomi lemah, keterlantaran di bidang pendidikan dan lain-lain. 2. Prioritas diberikan kepada anak-anak Panti Asuhan, Karang Taruna

organisasi Sosial dan pilar-pilar masyarakat lainnya. C. Tujuan Berdirinya UPTD PSBR Nusa Putra

Adapun tujuan berdirinya PSBR adalah :

a. Mempersiapkan dan membantu anak putus sekolah, dengan memberikan kesempatan dan kemudahan agar dapat mengembangkan potensi dan kemampuannya baik jasmani, rohani dan sosialnya.

b. Menumbuhkan dan meningkatkan ketrampilan kerja dalam memberikan bekal untuk kehidupan dan penghidupan masa depan secara wajar sehingga mengurangi angka pengangguran.

c. Membina remaja agar mampu melakukan peran sosialnya secara aktif di masyarakat dan lingkungannya.

d. Mempersiapkan dan membina remaja sebagai manusia yan mempunyai ahklak mulia sesuai dengan nilai-nilai agama, adat, hukum dan pancasila. e. Membekali anak remaja dengan ketrampilan sehingga dapat diterima

dipasaran kerja.

f. Mempersiapkan remaja untuk mendapatkan penghasilan yang layak dan hidup mandiri.


(1)

Tabel 55

Distribusi Jawaban Responden Tentang Metode yang digunakan lembaga dalam menunjang terlaksananya program.

No Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Tidak Tahu 5 20

2 Kurang Tahu 13 52

3 Ya Tahu 7 28

Jumlah 25 100

Dari kegiatan yang dilaksanakan di dalam lembaga metode yang di gunakan oleh lembaga pada umumnya adalah metode bimbingan social perseorangan dan metode bimbingan sosial kelompok. Tetapi berdasarkan data pada tabel diatas 5 responden atau 20 % menjawab bahwa mereka tidak tahu dengan metode yang digunakan oleh lembaga dalam menunjang terlaksananya program. Sebanyak 13 responden atau 52 % menjawab kurang tahu serta 7 responden atau 28%, menjawab mereka mengetahui metode yang digunakan oleh lembaga dalam menunjang terlaksananya program.

Berdasarkan hasil observasi lapangan yang di lakukan oleh peneliti selama melakukan penelitian di lembaga bahwa metode yang di pergunakan oleh lembaga dalam pelaksanaan proses pembinaan bimbingan sosial perseorangan, dan bimbingan sosial kelompok.


(2)

BAB VI

PENUTUP

Pada bab ini dikemukakan beberapa kesimpulan yang di peroleh dari hasil penelitian. Kesimpulan yang terdapat dalam penelitian ini adalah kesimpulan yang di dapat berdasarkan analisis data dalam penelitian tentang implementasi program pelayanan social untuk anak binaan yang dilakukan oleh PSBR (Panti Sosial Bina Remaja “Nusa Putra” Tanjung Morawa). Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 25 orang yang menjadi anak binaan PSBR selama satu tahun. Anak binaan yang dimaksud disini adalah anak yang akan di bina dan di didik selama satu tahun serta dalam melaksanakan aktivitas keseharian tidak terlepas dari dampingan lembaga PSBR. A. Kesimpulan Dan Saran

A.1. Kesimpulan

1. Implementasi pelayanan social oleh PSBR (Panti Sosial Nusa Putra Tanjung Morawa) terhadap anak binaan di bagi menjadi beberapa bagian antara lain, pelayanan pendidikan non formal yaitu sustu pelayanan yang bertujuan untuk memberikan pendidikan bagi anak dengan maksud untuk menambah pengetahuan anak. Pelayanan ketrampilan merupakan pelayanan yang bertujuan untuk memberikan ketrampilan baru bagi anak binaan sesuai dengan jurusan yang telah di tentukan. Pelayanan kesehatan yaitu, merupakan pelayanan yang bertugas untuk memberikan kesehatan bagi anak binaan yang termasuk di dalamnya pembiaayaan anak binaan apabila sakit. Bimbingan merupakan program yang di berikan kepada anak binaan agar mereka bisa lebih mandiri.


(3)

2. implementasi pelayanan social yang di berikan oleh PSBR (panti Sosial Bina Remaja Nusa Putra) terhadap anak binaan di lembaga formal merupakan suatu bentuk pelayanan yang cukup bagus, dimana dalam pelayanan ini kebanyakan anak akan sadar tentang betapa pentingnya pengetahuan. Ini terbukati dari keseriusan anak binaan dalam mengikuti kegiatan yang telah di tentukan oleh lembaga.

3. implementasi pelayanan social di bidang pelayanan ketrampilan yang di lakukan oleh lembaga PSBR (Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putra) sudah di laksanakan secara maksimal dan telah menunjukkan hasil karya yang baik, dimana anak binaan sudah punya kemampuan pada bidang tata rias dan salon yang akan dijadikan sebagai bekal awal untuk berkarya.

4. Pelayanan ketrampilan yang diberikan oleh PSBR (Panti Sosial Bina Remaja) Nusa Putra mempunyai perbedaan dengan pelayanan – pelayanan lain. Dari hasil analisa yang diperoleh anak binaan mengaku pelayanan ketrampilan ini sangat bermanfaat bagi mereka, karena melalui pelayanan ini anak binaan mempunyai kemampuan tersendiri yang dapat di jadikan sebagai modal awal untuk bekerja ataupun untuk mandiri.


(4)

A. 1. Saran

1. Kepada Lembaga PSBR :

a. Kepada lembaga PSBR dalam hal ini sebagai suatu lembaga pemerintah yang peduli terhadap anak putus sekolah, kiranya dapat lebih meningkatkan efektifitas pelayanannya terutama pelayanan bidang kesehatan.

b. Untuk lembaga PSBR kiranya dapat memanfaatkan fasilitas yang ada seperti sarana perpustakaan dan sarana lainnya untuk mengisi waktu luang anak selama di dalam lembaga sehingga rasa bosan anak dapat terminimalisir.

c. Lembaga PSBR dalam melakukan implementasi program pelayanan sosial yaitu pelayanan sosial bagi anak binaan hendaknya menghadirkan pegawai tetap dan pegawai pengganti yang mempunyai kompetensi khusus di bidang pembinaan anak.

2. Kepada Anak Binaan :

a. Kepada anak binaan kiranya tetap menjaga rasa persaudaraan satu sama lain sehingga tercipta keharmonisan dan rasa kekeluargaan di dalam lembaga.

b. Kepada anak binaan perlunya keterbukaan pribadi kepada pihak staf atau pembina tentang pemahaman dan pengetahuan yang di dapat selama di dalam lembaga.

c. Kepada anak binaan diharapkan tetap lebih tertib lagi dan patuh kepada pembina / staf.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arif, M, Nasution. Seminar Sehari Peran Dan Pentingnya Data Kependudukan

Dalam Pembangunan. Kerja sama FISIP-USU Dengan Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional Propinsi Sumatera Utara, Medan, 2005. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Rineka

Cipta, Jakarta, 1996.

Aipassa. Social Case Work A Problem Solving Process. Koperasi Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung, 1991.

Atika, Tuti. Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol.3. Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP-USU, Medan, 2004.

Ajit, Ghose And Keit Griffin. Rural, Proverty And Development Alternatif In Southest. Some Policy Issue. Asia. 1980.

Edwards, George III. Implementasi Publik Policy, Congresional Quarters Press, : Washington DC., 1980.

Hermawati, Istiana. Metode Dan Praktek Metode Dalam Praktek Pekerja Sosial, Adicita Karya Nusa, Yogyakarta, 2001.

Jones, Charles. Pengantar Kebijakan Publik. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994.

Mangundharajana. Pembinaan Arti Dan Metodenya. Kanasius LP3S, Jakarta, 1984. Muhidin, Syarif. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Sekolah Tinggi Kesejahteraan

Sosial, Bandung, 1992.

Nawawi, Handari. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gaja Mada University Press, Yogyakarta, 1983.

Rasjid, Azwar. Panti Atau Suasana Rehabilitas Dan Keadaan Sosial Ekonomi Penyandang Cacat. Biro Pusat Statistika, Jakarta, 1985.

Singarimbun, Masri. Dkk. Metode Penelitian Survei. LP3S. Jakarta, 1989.

Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004.


(6)

Soetarso. Kesejahteraan Sosial, Pelayanan Sosial Dan Kebijakan Sosial. Sekolah Tinggi Kesejaheraan Sosial, Bandung, 1982.

Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta, Bandung, 2004.

Suparlan. Kamus Istilah Kesejahteraan Sosial. Pustaka Pengarang, Jakarta, 1983. Sudirman. Modul Suatu Pengantar Evaluasi Program. Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial, FISIP-USU, Medan, 2005.

Wahab,Abdul. Analisa Kebijakan Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara, Jakarta, 1991.

Sumber Lain :

(hhtp : // www. Depsos. Go. Id/balatbang/as.doc).

Peta Masalah Pengangguran dan alternative model Pencegahan Berbasis Pemberdayaan.

(http;// www. Rahima.or.id/SR/05-02/DP.htm). Wahyu budi sentosa. Rapuhnya Anak Perempuan (www.wolist.com).