Respon Remaja Binaan Terhadap Program Pelatihan Keterampilan Yang Diberikan Oleh Panti Sosial Bina Remaja "PSBR" Nusa Putera Tanjung Morawa

(1)

RESPON REMAJA BINAAN TERHADAP PROGRAM PELATIHAN KETRAMPILAN YANG DIBERIKAN OLEH PANTI SOSIAL BINA REMAJA

“PSBR” NUSA PUTERA TANJUNG MORAWA SKRIPSI

Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara OLEH :

ROBY R.P. SARAGIH 040902025

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

NAMA : ROBY R.P. SARAGIH

NIM : 040902025

DEPARTEMEN : ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

JUDUL : RESPON REMAJA BINAAN TERHADAP

PROGRAM PELATIHAN KETRAMPILAN YANG DIBERIKAN OLEH PANTI SOSIAL BINA REMAJA “PSBR” NUSA PUTERA TANJUNG MORAWA

MEDAN, 27 DESEMBER 2007 PEMBIMBING

(Mastauli Siregar, S.sos, M.Si) NIP.132 297 180

KETUA DEPARTEMEN

(Drs. Matias Siagian, M.Si) NIP. 132 054 339

DEKAN FISIP USU

(Prof. DR. M Arif Nasution, M.A) NIP. 131 757 010


(3)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan Dihadapan Panitia Penguji Skripsi Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Hari :

Tanggal : Waktu : Tempat :

Tim Penguji :

Ketua Penguji : ( )

Penguji I : ( )


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAN SOSIAL

ABSTRAK ROBY R.P. SARAGIH

040902025

Respon Remaja Binaan Terhadap Program Pelatihan Ketrampilan Yang Diberikan Oleh Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putera Tanjung Morawa

Setiap anak yang lahir adalah satu harapan baru bagi keberlangsungan generasi suatu bangsa dan juga umat manusia secara umum. Sayangnya, melihat realita sosial yang ada saat ini, keberadaan anak – anak justru banyak yang ternistakan oleh hiruk – pikuknya proses pembangunan yang mengabaikan kepentingan dan hak anak terutama dalam bidang pendidikan. Hal ini terlihat dengan adanya anak terlantar putus sekolah. Keberadan anak terlantar putus sekolah ini ternyata terus berlanjut hingga usia remaja, sehingga mereka menjadi sasaran garap Departemen Sosial. Salah satunya melalui Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Nusa Putera Tanjung Morawa. Dalam hal ini, memberikan pelayanan dalam bentuk pelatihan ketrampilan kepada remaja putus sekolah. Program pelatihan ketrampilan yang diberikan PSBR akan menimbulkan respon yang berbeda dari remaja binan yang mengikuti pelatihan ini. Respon ini dapat dilihat dari pengetahuan mereka akan keberadaan PSBR, Sikap mereka terhadap berbagai kegiatan PSBR dan partisipasi mereka terhadap berbagai kegiatan PSBR.

Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putera, Tanjung Morawa yang beralamat di Jl. Industri No.47 Tanjung Morawa. Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, yaitu menggambarkan respon remaja binaan terhadap program pelatihan ketrampilan yang diberikan oleh PSBR . Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 84 orang dan sampel sebanyak 55 orang. Adapun instrumen yang digunakan adalah angket penelitian yang didukung dengan observasi dan wawancara. Data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan teknik analisa yangmenggunakan pendekatan kualitatif.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa respon remaja binaan terhadap program pelatihan ketrampilan yang diberikan PSBR menunjukkan respon yang positif (baik). Dengan jelasnya, pengetahuan dimiliki menimbulkan sikap yang dapat menerima kehadiran PSBR dan akhirnya berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan. Namun, dalam hal mengikuti pelatihan mereka masih juga mengalami berbagai kesulitan seperti tidak tahu cara memanfaatkan fasilitas ketrampilan, waktu pelatihan yang terlalu singkat dan tidak tahu cara memperbaiki keruskan fasilitas


(5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAN SOSIAL

ABSTRAK ROBY R.P. SARAGIH

040902025

Respon Remaja Binaan Terhadap Program Pelatihan Ketrampilan Yang Diberikan Oleh Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putera Tanjung Morawa

Setiap anak yang lahir adalah satu harapan baru bagi keberlangsungan generasi suatu bangsa dan juga umat manusia secara umum. Sayangnya, melihat realita sosial yang ada saat ini, keberadaan anak – anak justru banyak yang ternistakan oleh hiruk – pikuknya proses pembangunan yang mengabaikan kepentingan dan hak anak terutama dalam bidang pendidikan. Hal ini terlihat dengan adanya anak terlantar putus sekolah. Keberadan anak terlantar putus sekolah ini ternyata terus berlanjut hingga usia remaja, sehingga mereka menjadi sasaran garap Departemen Sosial. Salah satunya melalui Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Nusa Putera Tanjung Morawa. Dalam hal ini, memberikan pelayanan dalam bentuk pelatihan ketrampilan kepada remaja putus sekolah. Program pelatihan ketrampilan yang diberikan PSBR akan menimbulkan respon yang berbeda dari remaja binan yang mengikuti pelatihan ini. Respon ini dapat dilihat dari pengetahuan mereka akan keberadaan PSBR, Sikap mereka terhadap berbagai kegiatan PSBR dan partisipasi mereka terhadap berbagai kegiatan PSBR.

Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putera, Tanjung Morawa yang beralamat di Jl. Industri No.47 Tanjung Morawa. Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, yaitu menggambarkan respon remaja binaan terhadap program pelatihan ketrampilan yang diberikan oleh PSBR . Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 84 orang dan sampel sebanyak 55 orang. Adapun instrumen yang digunakan adalah angket penelitian yang didukung dengan observasi dan wawancara. Data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan teknik analisa yangmenggunakan pendekatan kualitatif.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa respon remaja binaan terhadap program pelatihan ketrampilan yang diberikan PSBR menunjukkan respon yang positif (baik). Dengan jelasnya, pengetahuan dimiliki menimbulkan sikap yang dapat menerima kehadiran PSBR dan akhirnya berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan. Namun, dalam hal mengikuti pelatihan mereka masih juga mengalami berbagai kesulitan seperti tidak tahu cara memanfaatkan fasilitas ketrampilan, waktu pelatihan yang terlalu singkat dan tidak tahu cara memperbaiki keruskan fasilitas


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang Masalah

Setiap manusia menginginkan kehidupan yang sejahtera dan bahagia, dimana mereka dapat memenuhi kebutuhannya masing – masing, baik kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial. Namun pada kenyataannya tidak semua orang memiliki kesempatan untuk menikmati hidup sejahtera seperti yang diharapkan, karena adanya permasalahan yang dihadapinya dalam menjalani kehidupan. Masalah ini biasanya timbul karena adanya ketidakmampuan untuk menjalankan fungsi – fungsi sosialnya seperti rintangan – rintangan maupun hambatan – hambatan dalam mewujudkan nilai – nilai, aspirasi, serta pemenuhan kebutuhan – kebutuhannya.(Nurdin,1990:57)

Masalah – masalah kehidupan manusia umumnya juga berkaitan dengan peristiwa – peristiwa dan relasi – relasi yang pernah dialami dimasa lalu, yaitu masalah – masalah yang dibawa sejak lahir sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan sampai usia tua. Namun demikian, disamping manusia membawa serta masalah – masalah sejak lahir, ia memiliki pula kapasitas serta potensi diri yang dapat digali dan dimanfaatkan untuk mengatasi setiap permasalahannya yang dihadapi dalam setiap tahap kehidupan. Perlu disadari bahwa manusia dalam menghadapi setiap permasalahannya, sering tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan yang memadai tentang mekanisme pemecahan masalah.Dengan kata lain, masalah ini timbul karena berbagai keterbatasan, baik yang disebabkan faktor – faktor yang bersumber dari dalam diri (intern) maupun yang bersumber dari luar diri (ekstern).

Dan salah satu permasalahan sosial yang menjadi tantangan besar bagi bangsa Indonesia adalah masalah keterlantaran anak, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan. Setiap anak yang lahir adalah satu harapan baru bagi keberlangsungan


(7)

generasi suatu bangsa dan juga umat manusia secara umum. Sayangnya, melihat realita sosial yang ada di Indonesia saat ini, keberadaan anak – anak justru banyak yang ternistakan oleh hiruk pikuknya proses pembangunan yang mengabaikan kepentingan dan hak anak. Di sisi lain, kondisi sosial, politik yang serba tidak menentu di negeri ini turut memperparah keterpurukan pola pengasuhan anak baik pada tingkat keluarga maupun masyarakat. Sebagai konsekuensi, muncul anak – anak terlantar yang tidak memperolah pendidikan yang memadai. Begitu pula dengan mereka yang sudah mengenyam pendidikan hingga tingkat tertentu harus putus di tengah jalan baik karena alasan ekonomi maupun alasan – alasan lainnya.Hal ini dapat dilihat dari survei yang dilakukan oleh perusahaan penelitian pasar sosial terkemuka, Taylor Nelson Soffres (TNS) pada awal 2006 yang menemukan bahwa putus sekolah dari pendidikan dasar umumnya disebabkan oleh tingginya biaya pendidikan, sedangkan sekitar 33% meninggalkan sekolah sebelum menamatkan pendidikan menengah pertama serta 20% karena mulai bekerja.(http:www.ilo.org)

Keberadaan anak terlantar putus sekolah ini ternyata terus berlanjut hingga usia remaja, sehingga mereka menjadi salah satu sasaran garap Departemen Sosial. Upaya Departemen Sosial untuk mengatasi permasalahan remaja putus sekolah ini adalah dengan menghadirkan Panti Sosial Bina Remaja sebagai sautu pelayanan subtitutive atau pengganti yaitu suatu lembaga pelayanan sosial yang melaksanakan fungsi – fungsi sebagai pengganti keluarga, terutama yang berupa pemberian asuhan pendidikan dan perlindungan secara tepat dan maksimal. Dengan harapan, anak mampu menghayati kedudukan dan peranan sosialnya dalam rangka persiapan diri sebagai manusia dewasa yang mandiri, bertanggung jawab dan sukses secara individual dan sosial. Dalam kaitan ini, panti sosial diharapkan mampu memenuhi kebutuhan fisik, psikis dan sosial anak


(8)

yang tidak hanya terkait dengan kehidupan keluarga dan masyarakat tetapi sebagai manusia yang utuh dan unik.

Kehadiran Panti Sosial Bina Remaja juga diharapkan mampu mengembalikan kesan remaja putus sekolah sebagai remaja yang menyusahkan menjadi remaja yang berguna terhadap bangsa dalam masa depan. Hal ini dikarenakan dalam menangani remaja putus sekolah, panti mengutamakan bagi remaja yang memiliki potensi untuk maju dan berkembang, walaupun panti juga tetap berusaha memberikan pelayanan sosial bagi remaja putus sekolah yang menjurus pada kenakalan. Namun, kenakalannya belum begitu parah. Pelayanan dan pembinaan dilakukan dengan memberikan tempat tinggal atau asrama bersama orang tua asuh sebagai pengganti orang tua anak.Orang tua asuh ini akan membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi seorang anak dengan mencari pemecahannya secara bersama – sama.(Jurnal PKS.Vol.V No.16,Juni 2006:68)

Begitu pula dengan kehadiran Panti Sosial Bina Remaja Nusa putera yang beralamat di Jalan Industri No.47 Tanjung Morawa. Panti sosial ini adalah salah satu panti sosial yang memberikan program pelatihan keterampilan dalam usaha untuk menggali potensi dan bakat siswi binaannya baik salon/tata rias dan bordir. Panti sosial ini juga memberikan beberapa kegiatan lain untuk mendidik remaja binaannya, antara lain adalah bimbingan motivasi, dinamika kelompok, olahraga, seni tari dan pembinaan rohani. Semuanya itu dilakukan dengan tujuan untuk mendukung penguasaan keterampilan baik salon/tata rias ataupun bordir, sehingga mereka bukan hanya menjadi remaja yang terampil, akan tetapi juga menjadi remaja yang berakhlak, berbudi, dan bersemangat dalam menjalani kehidupannya.

Setiap keterampilan hanya memiliki satu instruktur yang harus mengajar dan melatih mereka.Jumlah setiap remaja binaan peserta pelatihan ini adalah 39 orang untuk keterampilan bordir dan 45 orang untuk keterampilan salon. Dalam pelaksanaan


(9)

kegiatan, sarana dan prasarana yang ada sebenarnya belum begitu memadai. Hal ini dilihat dari kurangnya bahan dan alat untuk kegiatan pelatihan seperti, adanya mesin yang rusak untuk keterampilan bordir dan kurangnya fasilitas dalam keterampilan salon.Masih banyak juga kekurangan fasilitas yang lainnya dan hal ini memang sangat mengganggu proses kelancaran pelaksanaan kegiatan itu sendiri. Dalam pengisian waktu luang, pihak panti juga tidak terlibat bersama mereka, sehingga kegiatan yang dilakukan dalam pengisian waktu luang sepertinya tidak terprogram.Kemudian, bentuk – bentuk pelatihan yang cenderung sama untuk beberapa waktu lamanya akan menggangu motivasi dan semangat mereka.Bahkan mungkin bentuk perhatian yang sangat kurang dari pegawai juga akan berpengaruh terhadap mereka.Dan masih banyak kekurangan panti dalam memberikan pelayanan sosial terhadap mereka.

Dalam hal pembiayaan, mereka memang tidak dikenai biaya sedikitpun selama pelatihan karena program panti ini memang dibiayai langsung oleh Dinas Sosial. Mereka juga disediakan asrama dan memiliki Bapak dan Ibu asuh yang senantiasa membimbing mereka. Di satu sisi panti ini memang sangat membantu mereka. Di sisi lain, mungkin juga tidak bagi sebagian peserta yang merasa tidak betah tinggal di asrama. Apalagi bagi siswi yang memiliki motivasi seperti yang dikemukakan oleh salah satu siswi yang menyatakan “ Daripada nganggur di rumah bang, lebih baik disini ajalah walau hanya begini – begini aja “


(10)

Dengan berbagai kondisi yang ada di dalam panti, tentu akan menimbulkan kesan yang berbeda – beda dari setiap remaja binaan peserta pelatihan ini. Hal inilah yang akan menimbulkan respon yang beraneka ragam dari mereka. Respon ini dapat dilihat dari segi sikap, pengetahuan dan partisipasi mereka. Untuk itulah penulis sangat tertarik untuk meneliti respon dari remaja binaan ini yang penulis angkat melalui judul “

Respon Remaja Binaan Terhadap Program Pelatihan Keterampilan yang Diberikan oleh Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Nusa Putera, Tanjung Morawa”.


(11)

I.2. Perumusan Masalah

Masalah merupakan bagian pokok dari kegiatan penelitian. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

“ Bagaimanakah respon remaja binaan terhadap program pelatihan ketrampilan yang diberikan oleh Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putera, Tanjung Morawa”.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana respon remaja binaan terhadap program pelatihan ketrampilan yang diberikan oleh Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putera, Tanjung Morawa.

1.3.2 Manfaat Penelitian

• Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khasanah penelitian khususnya bagi Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

• Secara Teoritis, dapat melatih diri dan mengembangkan pemahaman serta kemampuan berfikir melalui penulisan ilmiah dengan menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama belajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

• Secara Praktis, memberi masukan kepada Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putera, Tanjung Morawa dalam melaksanakan program pelatihan ketrampilan terhadap remaja binaannya.


(12)

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan uraian teoritis tentang hal – hal yang berhubungan dengan obyek penelitian, kerangka pemikiran, definisi konsep, dan definisi operasional.

BAB III Metode Penelitian

Dalam bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, tehnik pengumpulan data serta tehnik analisa data

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Berisikan gambaran umum lokasi penelitian BAB V ANALISA PENELITIAN

Berisikan mengenai uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta hasilnya.

BAB VI Penutup


(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Kesejahteraan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial 2.1.1 Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan Sosial adalah mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik.Sedagkan menurut rumusan Undang – Undang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974 tentang Ketentuan – Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial pasal 2 ayat 1, Kesejahteraan Sosial adalah :

“Kesejahteraan Sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun sprituil yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan – kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik – baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak – hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila”.

Salah satu ciri ilmu kesejahteraan sosial adalah upaya pengembangan metodologi untuk menangani berbagai macam masalah sosial, baik tingkat individu, kelompok, keluarga maupun masyarakat.(Adi,1994:3-5)

Pengertian dan konsep kesejahteraan sosial menurut beberapa ahli (T.Sumarnonugroho,1987:28-35) :

1.Arthur Dunham

“Kesejahteraan Sosial dapat didefinisikan sebagai kegiatan – kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan di dalam beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar – standar kehidupan dan hubungan – hubungan sosial. Pelayanan kesejahteran sosial memberi perhatian utama terhadap individu – individu, kelompok – kelompok, komunitas – komunitas dan kesatuan – kesatuan penduduk yang lebih luas; pelayanan ini mencakup pemeliharaan atau perawatan, penyembuhan dan pencegahan”.


(14)

2.Harold L.Wilensky dan Charles N.Lebeaux

“Kesejahteraan Sosial adalah suatu sistem yang terorganisasi daripada usaha – usaha pelayanan sosial dan lembaga – lembaga sosial, untuk membantu individu – individu dan kelompok dalam mencapai tingkat hidup serta kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar individu dan relasi – relasi sosialnya memperoleh kesempatan yang seluas – luasnya untuk mengembangkan kemampuan – kemampuannya serta meningkatkan atau menyempurnakan kesejahteraan sebagai manusia sesuai dengan kebutuhan masyarakat”

3.Walter A.Friedlander

“Kesejahteraan Sosial adalah suatu sistem yang terorganisasi daripada pelayanan- pelayanan sosial dan lembaga - lembaga yang bermaksud untuk membantu individu – individu dan kelompok – kelompok agar mencapai standar – standar kehidupan dan kesehatan yang memuaskan, serta hubungan – hubungan perorangan dan sosial yang memungkinka mereka memperkembangkan segenap kemampuan dan meningkatkan kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan – kebutuhan keluarga maupun masyarakat”.

4.Perserikatan Bangsa – Bangsa

“Kesejahteraan Sosial adalah suatu kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara individu – individu dengan lingkungan sosial mereka.Tujuan ini dicapai secara seksama melalui tehnik – tehnik dan metode – metode dengan maksud agar memungkinkan individu – individu, kelompok – kelompok maupun komunitas - komunitas memenuhi kebutuhan – kebutuhan dan memecahkan masalah – masalah penyesuaian diri mereka terhadap perubahan pola - pola masyarakat, serta melalui tindakan kerjasama untuk memperbaiki kondisi – kondisi ekonomi dan sosial”.

Kesejahteraan sosial sebagai fungsi terorganisasi adalah kumpulan kegiatan yang bermaksud untuk memungkinkan individu – individu, keluarga – keluarga, kelompok – kelompok dan komunitas – komunitas menanggulangi masalah sosial yang diakibatkan oleh perubahan kondisi – kondisi. Tetapi disamping itu, secara luas, kecuali bertanggung jawab terhadap pelayanan – pelayanan khusus, kesejahteraan sosial berfungsi lebih lanjut ke bidang yang lebih luas di dalam pembangunan sosial suatu Negara.


(15)

Pada pengertian yang lebih luas, kesejahteraan sosial dapat memainkan peranan penting dalam memberikan sumbangan untuk secara efektif menggali dan menggerakkan sumber – sumber daya manusia serta sumber – sumber material yang ada di suatu negara agar dapat berhasil menanggulangi kebutuhan – kebutuhan sosial yang ditimbulkan oleh perubahan, dengan demikian berperan serta dalam pembinaan bangsa. 5.Alfred J.Kahn

“Kesejahteraa sosial terdiri dari program – program yang tersedia selain yang tercakup dalam kriteria pasar untuk menjamin suatu tindakan kebutuhan dasar seperti kesehatan, pendidikan kesejahteraan, dengan tujuan meningkatkan derajat kehidupan komunal dan berfungsinya individual, agar dapat mudah menggunakan pelayanan – pelayanan maupun lembaga – lembaga yang ada pada umumnya serta membantu mereka yang mengalami kesulitan dan dalam pemenuhan kebutuhan mereka”.

2.1.2Usaha Kesejahteran Sosial

Menurut Undang – Undang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974, Usaha – Usaha Kesejahteraan Sosial adalah semua upaya, program, dan kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan dan mengembangkan kesejahteraan sosial.(Sumarnonugroho,1987:39)

Usaha Kesejahteraan Sosial mengacu pada program, pelayanan, dan berbagai kegiatan yang secara konkret berusaha menjawab kebutuhan ataupun masalah – masalah yang dihadapi anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial dapat diarahkan pada individu, keluarga, kelompok atau komunitas

Beberapa contoh dari usaha kesejahteraan sosial yng searah dengan tujuan pembangunan ekonomi adalah :

A. Beberapa tipe unit usaha kesejahteraan sosial yang secara langsung memberikan sumbangan terhadap peningkatan produktifitas individu, kelompok ataupun masyarakat contohnya adalah pelayanan konseling pada generasi muda dan lain – lain


(16)

B. Jenis Usaha Kesejahteraan Sosial yang berupaya untuk mencegah atau meminimalisir hambatan ( beban ) yang dapat dihadapi oleh para pekerja ( yang masih produktif ).

C. Jenis Usaha Kesejahteraan sosial yang memfokuskan pada pencegahan dampak negatif urbanisasi dan industrialisasi pada kehidupan keluarga dan masyarakat atau membantu mereka agar dapat mengidentifikasi dan mengembangkan “ pemimpin “ dari suatu komunitas lokal.

Beberapa karakteristik usaha kesejahteraan sosial masa kini : 1. Menanggapi kebutuhan manusia

2. Usaha Kesejahteraan Sosial diorganisir guna menanggapi kompleksitas masyarakat perkotaan yang modern

3. Kesejahteraan sosial mengarah ke spesialisasi, sehingga lembaga kesejahteraan sosialnya juga menjadi terspesialisasi

4. Usaha Kesejahteraan sosial menjadi sangat luas ( Adi,1994:6-10)

2.2 Pengertian Respon

Dalam Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia, respon didefinisikan sebagai suatu tanggapan, reaksi, maupun jawaban. Menurut the great encyclopedic dictionary adalah menjawab, membalas, menyambut, menanggapi dan mengadakan reaksi. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan yaitu berfikir, berpendapat, bersikap) maupun bersifat aktif yaitu melalui tindakan.(Gerungan,1986:97)

Respon atau tanggapan akan timbul setelah seseorang atau sekelompok orang terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu obyek. Dan dilaksanakan maka akan menginterprestasikan obyek yang dirasakan tadi. Berarti dalam hal ini, respon pada


(17)

dasarnya merupakan proses pemahaman terhadap apa yang terjadi di lingkungan orang yang sedang menanggapi atau memberikan respon antara lingkungan dengan manusia, dan tingkah lakunya adalah hubungan timbal balik, saling terkait dan saling mempengaruhi.

Secara umum, terdapat 3 faktor yang mempengaruhi respon seseorang :

1. Diri orang yang bersangkutan apalagi seseorang melihat dan berusaha memberikan interprestasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut terpengaruh seperti sikap, motif, kepentingan, melihat penyaluran dan harapannya.

2. Sasaran respon tersebut, sasaran itu berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat – sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang yang melihatnya. Dengan kata lain, gerakan, suara, ukuran, tindak – tanduk dan ciri – ciri lain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang.

3. Faktor situasi, respon dapat dilihat secara karteksual yang berarti dalam situasi mana respon itu timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan factor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang.(Siagian,dalam Sarlito,1991:35)

Menurut Scheerer, Respon adalah proses pengorganisasian rangsang. Rangsang – rangsang proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsang – rangsang proksimal itu. Proses inilah yang disebut respon.Menurut Hunt (1962) orang dewasa telah mempunyai sejumlah besar unit untuk memproses informasi – informasi. Unit – unit ini dibuat khusus untuk menangani representasi fenomenal dari keadaan diluar yang ada dalam diri seorang individu. Lingkungan internal ini dapat digunakan untuk memperkirakan peristiwa -peristiwa


(18)

yang terjadi diluar. Proses yang berlangsung secara rutin inilah yang oleh Hunt dinamakan respon.(Sarlito,1983:93)

Teori rangsang balas (stimulus response theory) yang sering juga disebut sebagai teori penguat dapat digunakan untuk menerangkan berbagai gejala tingkah laku sosial. Teori penguat dapat juga untuk menerangkan sikap. Yang dimaksud sikap di sini adalah kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia mengalami suatu rangsang tertentu. Sikap ini biasa terjadi terhadap benda, situasi, orang, kelompok, nilai – nilai dan semua hal yang terdapat disekitar manusia.

Menurut Beum. Ada 4 asumsi dasar untuk menerangkan sikap :

1. Setiap tingakh laku, baik yang verbal maupun sosial adalah suatu hal yang bebas dan berdiri sendiri, bukan merupakan refleksi sikap, sistem kepercayaan, dorongan, kehendak ataupun keadaan – keadaan tersembunyi lainnya dalam diri individu.

2. Rangsang dan tingkah laku balas adalah konsep – konsep dasar untuk menerangkan suatu gejala tingkah laku.

3. Prinsip – prinsip hubungan rangsang - balas sebetulnya hanya sedikit. Ia nampak sangat bervariasi karena bervariasinya lingkungan di mana hubungan rangsang balas itu berlaku.

4. Dalam analisa tingkah laku itu timbal balik yang bersifat fisiologik ataupun konseptual.


(19)

Beum mengemukakan teori tentang hubungan fungsional dalam interaksi sosial. Ia menyatakan bahwa ada dua macam hubungan fungsional dalam interaksi social :

1. Hubungan fungsional dimana terdapat kontrol penguat yaitu tingkah laku balas ternyata menimbulkan penguat yang bersifat ganjaran. Dalam hal ini, ada tidaknya atau banyak sedikitnya rangsang penguat akan mengontrol tingkah laku balas.

2. Hubungan fungsional yang terjadi jika tingkah laku balas hanya mendapat ganjaran pada keadaan – keadaan tertentu, hubungan fungsional seperti ini disebut hubungan fungsional dimana terdapat kontrol diskriminatif dan tingkah laku balas yang terjadi hanya jika ada rangsang diskriminatif.(Beum dalam Sarlito,1983:19-21)

Sedangkan pandangan – pandangan teori respon kolektif lebih menekankan pandangannya pada kenyataan bahwa penerimaan informasi mampu menggeneralisasikan pemikiran mengenai informasi yang masuk dalam pikiran mereka, dan bukan sekedar memberikan reaksi semata terhadap informasi – informasi eksternal. Pilihan seseorang dapat menetralisir atau bahkan membalikkan informasi yang masuk.(Adi,1994:192)

Pada dasarnya ada 3 macam bentuk respon yaitu :

1. Respon masa lalu, yang disebut sebagai respon (tanggapan) ingatan. 2. Respon masa sekarang yang disebut respon (tanggapan) imajinatif. 3. Respon masa mendatang yang disebut respon (tanggapan) antisipatif.


(20)

Berarti dalam hal ini respon atau tanggapan dinyatakan sebagai reaksi dengan membangun kesan pribadi yang berorientasi pada pengamatan masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Respon tidak lahir begitu saja tetapi melalui proses pengambilan keputusan, terhadap 4 tahapan proses pengambilan keputusan dalam respon yaitu :

1. Kategori primitif yakni obyek atau peristiwa yang diamati dan diisolasi berdasarkan ciri – ciri khusus.

2. Mencari tanda, si pengamat secara tepat memeriksa lingkungan untuk mencapai informasi – informasi tambahan yang mungkin hanya melakukan kategorisasi yang tepat

3. Konfirmasi, yakni terjadinya setelah obyek mendapatkan penggolongan sementara

4. Konfirmasi tuntas dimana pencarian tanda – tanda diakhiri dan respon mulai muncul.

Respon seseorang terhadap suatu obyek akan dipengaruhi juga oleh sejauh mana pemahaman terhadap obyek respon tersebut sedangkan respon remaja binaan yakni suatu tanggapan yang diberikan oleh remaja binaan terhadap program pelatihan ketrampilan yang diberikan oleh Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putera Tanjung Morawa, yang dapat kita lihat dalam bentuk pengetahuan mereka tentang keberadaan dan keadaan lembaga, sikap (Penilaian dan tanggapan terhadap lembaga), Partisipasi (Keterlibatan dan pemanfaatan serta penerapan ketrampilan) oleh remaja yang mengikuti pelatihan ketrampilan tersebut.


(21)

2.3. Remaja dan Remaja Binaan 2.3.1. Remaja

Sebagaimana diketahui bahwa manusia itu mempunyai masa – masa / periode perkembangan atau “ life stadium “, yang pokok sudah dibawa sejak lahir, yaitu :

1. Masa kanak – kanak 2. Masa remaja

3. Masa dewasa pertama 4. Masa dewasa penuh

5. Masa tua/lanjut usia ( Ridwan,1994:6 )

Sedangkan Hurlock membagi tahap perkembangan menjadi : 1. Tahap sebelum bayi lahir : 0 – 2 minggu

2. Tahap infancy : 2 minggu – 2 tahun 3. Tahap bayi : 2 – 6 tahu

4. Tahap anak – anak awal : 6 – 12 tahun 5. Tahap anak – anak akhir : 12 – 14 tahun 6. Tahap pubertas : 12 – 14 tahun 7. Tahap remaja awal : 14 – 17 tahun 8. Tahap remaja akhir : 17 - 21 tahun 9. Tahap dewasa awal : 21 – 40 tahun 10.Tahap setengah baya : 40 – 60 tahun


(22)

Sedangkan Hall membagi perkembangan manusia dalam 4 tahap : 1. masa kanak – kanak ( Infancy ) : 0 – 4 tahun

2. Masa anak – anak ( Childhood ) : 4 – 8 tahun 3. Masa muda ( Youth ) : 8 – 12 tahun

4. Masa Remaja ( adolescence ) : 12 – 25 tahun ( Sarlito,1989:22-23 )

Remaja menurut bahasa adalah mulai dewasa, sudah cukup umur untuk menikah. Menurut Zakiah Drajat remaja adalah anak yang ada pada masa peralihan diantara masa anak – anak dan masa dewasa, dimana anak – anak mengalami sikap dan cara berfikir dan bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang, masa ini mulai kira – kira umur 13 tahun dan berakhir kira – kira umur 21 tahun.

Remaja ditinjau dari sudut perkembangan fisik adalah suatu tahap perkembangan fisik dimana alat – alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti alat – alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna.

Menurut WHO, remaja adalah suatu masa dimana :

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda – tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual

2. Individu – individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak – kanak menjadi dewasa

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang relatif lebih mandiri ( Sarlito,1989:9)


(23)

Ciri – ciri remaja :

1. Kegelisahan : Keadaan yang tidak tenang yang menguasai diri si remaja

2. Pertentangan : Pertentangan – pertentangan yang terjadi di dalam diri mereka juga menimbulkan kebingungan baik bagi diri mereka sendiri maupun orang lain 3. Berkeinginan besar mencoba segala hal yang belum diketahuinya

4. Keinginan mencoba sering pula diarahkan pada diri sendiri maupun orang lain 5. Keinginan menjelajah ke alam sekitar pada remaja lebih luas

6. Berkhayal dan berfantasi

7. Adanya aktivitas kelompok ( Gunarsa,2003:67-71 )

Masa Remaja adalah adalah masa peralihan dari anak – anak ke dewasa, bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahan – perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan – perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan – perubahan fisik itu.Perubahan fisik pada anak perempuan :

1. Pertumbuhan tulang – tulang 2. Pertumbuhan payudara

3. Tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan

4. Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap tahunnya 5. Bulu kemaluan menjadi keriting

6. Haid

7. Tumbuh bulu – bulu ketiak

Perubahan fisik pada anak laki – laki : 1. Pertumbuhan tulang – tulang

2. Testis membesar


(24)

4. Awal perubahan suara 5. Ejakulasi

6. Bulu kemaluan menjadi keriting

7. Pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimal setiap tahunnya 8. Tumbuh rambut – rambut halus di wajah

9. Tumbuh bulu ketiak 10.Akhir perubahan suara

11.Rambut – rambut di wajah bertambah tebal dan gelap

12.Tumbuh bulu di dada ( Sarlito,1988:39-40 )

Mendefinisikan remaja untuk masyarakat Indonesia sangatlah sulit karena Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat, tingkatan sosial – ekonomi maupun pendidikan. Walaupun demikian, kita dapat menggunakan batasan usia 11 – 24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan pertimbangan – pertimbangan sebagai berikut :

1. Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda – tanda seksual sekunder mulai nampak ( criteria fisik )

2. Di banyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil balik, baik menurut adat ataupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak – anak ( criteria sosial )

3. Pada usia tersebut mulai ada tanda – tanda penyempurnaan perkembangan jiwa 4. Batas usia 24 tahun merupaka batas maksimal yaitu untuk memberi peluang bagi

mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua, belum mempunyai hak – hak penuh sebagai orang dewasa dan belum bisa memberi pendapat sendiri


(25)

5. Status perkawinan sangat menentukan karena arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat kita secara menyeluruh.

Selanjutnya dalam batasan di atas ada 6 penyesuaian diri yang harus dilakukan remaja yaitu :

1. Menerima dan mengintegrasikan pertambahan badannya dalam kepribadiannya 2. Menentukan peran dan fungsi seksualnya dalam kebudayaan dimana ia berada 3. Mencapai kedewasaan dengan kemandirian, kepercayaan diri dan kemampuan

untuk menghadapi kehidupan

4. Mencapai posisi yang diterima oleh masyarakat

5. Mengembangkan hati nurani, tanggung jawab, moralitas dan nilai – nilai yang sesuai dengan lingkungan dan kebudayaan

6. Memecahkan problem – problem nyata dalam pengalaman sendiri dan dalam kaitannya dengan lingkungan ( Sarlito,1988:14-15)

Beberapa pendekatan mengenai remaja adalah :

1. Masa anak sebagai masa sebelum remaja merupakan suatu masa dimana masih kurang terlihat adanya nilai – nilai moral dan etik. Bahkan dikatakan bahwa anak pada usia tersebut memperlihatkan sifat – sifat dari orang yang berkebudayaan rendah, yang sehat dan kuat akan tetapi hanya memikirkan diri sendiri dan sama sekali tidak berperasaan sentimental. Sebaliknya pada masa remaja harus dialami suatu perubahan yang menyeluruh. Si remaja seolah – olah harus lahir kembali, karena harus tumbuh dan terbentuk sifat – sifat manusiawi yang lebih tinggi dan lebih sempurna. Pada masa ini terlihat pula adanya keadaan labil dan kegoncangan emosionalitas. Juga kepekaan terhadap pengaruh lingkungan yang terlepas dari pandangan fisiologisnya.


(26)

Pendapat lain juga mengatakan bahwa tingkah laku pada masa remaja sulit diperinci dan dikategorikan dalam pola – pola tingkah laku yang terlihat pada umur – umur tertentu disebabkan oleh terlalu banyaknya pengaruh faktor perorangan yang turut menentukan pola tingkah laku setiap remaja

2. Pendekatan Kebudayaan

Masa remaja merupakan peralihan sebelum memasuki dewasanya. Justru pada masa peralihan ini, ia akan mengalami proses melepaskan ikatannya dengan orang tua dan orang lain akan menunjukkan perbedaan – perbedaaan sesuai dengan kebudayaan, dimana remaja itu hidup dan dibesarkan. Situasi sosial sangat mempengaruhi proses masa remaja. Hal mana menentukan timbulnya bentuk masalah remaja dan cara penyelesaian kebudayaan terhadap masalah – masalah tersebut.

3. Pendekatan Psikoanalitis

Aliran ini menganggap masa remaja sebagai suatu masa dimana kebutuhan dan aktivitas seksual timbul lagi setelah mengalami masa laten dengan penekanan terhadap segala aktivitas seksual. Tugas utama dalam masa remaja ini adalah memperoleh kembali keseimbangan – keseimbangan antara ekspresi dan kebutuhan seksual, antara pembatasan lingkungan terhadap ekspresi ini dan kemungkinan yang diberikan oleh realitas dan hati nurani seseorang (

Gunarsa,2003:10-16 ).

Menurut Havighurst, tugas perkembangan remaja adalah :

1. memperluas hubungan antara pribadi dan komunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik pria maupun wanita


(27)

3. Menerima ketubuhannya dan menggunakannya dengan efektif

4. Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. 5. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri

6. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan 7. Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga

8. Membentuk sistem nilai – nilai moral dn falsafah hidup( Gunarsa,2003:35 )

2.3.2. Remaja Binaan

Remaja Binaan adalah mereka yang sudah menginjak usia remaja dan mengalami permasalahan sosial yaitu putus sekolah. Untuk mengatasi segala permasalahannya, mereka dibina di Panti Sosial Bina Remaja dengan berbagai bentuk pelayanan sosial yang diberikan oleh panti, sehingga nantinya mereka dapat menjadi remaja – remaja yang dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan lebih baik.

2.4. Program Pelatihan Ketrampilan

Suatu program adalah kumpulan proyek – proyek yang berhubungan telah dirancang untuk melaksanakan aktifitas secara harmonis dan secara integratif untuk mencapai sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan. Sedangkan menurut Charles.O.Jones’(1991:26) pengertian program adalah cara yang disyahkan untuk mencapai tujuan.

Dengan program ini maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisasi dan lebih mudah untuk dioperasionalkan. Program pada dasarnya merupakan kumpulan proyek – proyek yang bertujuan untuk mancapai keseluruhan sasaran kebijaksanaan.Hal ini sesuai dengan pengertian program yang diuraikan cheema ( 1991:8)


(28)

Pada dasarnya remaja binaan memiliki kemampuan dan kemampuan itulah yang perlu dirangsang agar mereka mampu menampilkan diri bila nantinya berada di tengah – tengah masyarakat.untuk merangsang kemampuan tersebut dilakukan pembinaan dengan berbagai bentuk ketrampilan.

Adapun pengertian pembinaan dalam uraian di atas adalah meningkatkan kemampuan dengan pengetahuan – pengetahuan, pengalaman – pengalaman, latihan – latihan dan sebagainya sehingga dengan hasil pembinaan itu diharapkan anak dapat memiliki tugasnya di kemudian hari ( Sujanto,1972:24 )

Selanjutnya, Crow and Crow mengatakan bahwa “ Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang untuk menolongnya mengemudikan kegiatan – kegiatan hidupnya sendiri, membuat pilihannya sendiri dan memikul bebannya sendiri (

Ahmad,1980:41 ).

Sedangkan A.Mangunhardjana memberi pengertian lain yaitu “ Program dimana para peserta berkumpul untuk memberi, menerima, dan mengolah informasi, pengetahuan dan kecakapan, entah memperkembangkan yang sudah ada/entah menambah yang baru ( Mangunhardjana,1986:12 )

Peningkatan pengetahuan ialah peningkatan dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap obyek pengetahuan tertentu, yang tujuannya agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya (

Muhibbinsyah,1995 )

Peningkatan ketrampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat – urat syaraf dan otot – otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmani seperti manusia mengetik, olahraga dan sebagainya Meskipun sifatnya motorik, namun ketrampilan itu merupakan koordinasi gerak yang diteliti dan kesadaran yang tinggi. Dengan demikian


(29)

siswa yang melakukan gerakan motorik dengan koordinasi dan kesadaran yang rendah dapat dianggap kurang atau tidak terampil.

Peningkatan ketrampilan bagi remaja :

1. Terampil menggunakan ketentuan – ketentuan beribadah sesuai dengan agama atau kepercayaan yang dianutnya

2. Keterampilan menggunakan bahas sebagai alat komunikasi

3. Terampil melakukan cara – cara belajar atau terlatih yang baik sendiri atau berkelompok

4. Terampil melakukan kegiatan olahraga sesuai dengan kemampuan fisiknya 5. Terampil dalam kegiatan beberapa segi kesejahteraan keluarga dan usaha

kesehatan

6. Terampil dalam satu atau beberapa cabang kesenian

7. Terampil dalam beberapa keterampilan, kejujuran khusus sesuai dengan minat kemampuan dan kebutuhan lingkungannya

Sehingga program pelatihan ketrampilan adalah suatu program yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan ketrampilan seseorang dengan menerima dan mengelola informasi, pengetahuan, dan kecakapan yang sudah ada atau menambah yang baru.

2.5. Panti Sosial Bina Remaja

Panti Sosial Bina Remaja merupakan suatu lembaga sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak terlantar, putus sekolah guna penumbuhan dan pengembangan keterampilan sosial dan keterampilan kerja sehingga mereka dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat yang terampil dan aktif berpartisipasi secara produktif dalam pembangunan ( Depsos RI:1995


(30)

).Selanjutnya pelayanan kesejahteraan sosial atau ( Social Welfare Services ).Menurut Arthur Dunken seperti dikutip T.Sumarnonugroho, pelayanan kesejahteraaan sosial yaitu memberikan perhatian utama terhadap individu – individu, kelompok – kelompok, komunitas – komunitas dan kesatuan – kesatuan penduduk yang lebih luas.Pelayanan ini mencakup pemeliharaaan atau perawatan, penyembuhan dan pencegahan.

Pembinaan melalui panti sosial bina remaja pada hakikatnya adalah suatu pembinaan bagi remaja putus sekolah terutama bagi mereka yang putus sekolah ditingkat SLTP/SLTA ( Umur 16 – 21 tahun ) dan dalam keadaan terlantar melalui penampungan atau asrama dalam panti. Dengan demikian, diharapkan anak mempunyai tujuan yang jelas dan bersemangat dalam mengikuti program kegiatannya untuk kehidupannya di masa depan. Sebagai gelombang sosial, fungsi panti sosial bina remaja adalah sebagai berikut :

1. Sebagai salah satu sumber pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak putus sekolah yang terlantar

2. Sebagai salah satu sumber informasi dan konsultasi kesejahteraan sosial terutama yang berkaitan dengan kebutuhan – kebutuhan, masalah – masalah, kemampuan – kemampuan dan peranan – peranan sarana layanan

3. Sebagai salah satu sumber pengembangan usaha kesejahteraan sosial dalam arti melaksanakan fungsi – fungsi pengembangan, penyembuhan dan pencegahan masalah dengan penciptaaan kondisi sosial dan kemampuan menghindarkan timbulnya sikap tingkah laku, sasaran pelayanan yang menyimpang dari nilai – nilai sosial( Jurnal PKS Vol.V No.16 Juni 2006;68 )


(31)

2.6. Kerangka Pemikiran

Kehidupan yang sejahtera adalah dambaan setiap manusia. Demikian pula remaja binaan yang dibina di Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putera, Tanjung Morawa. Ada beberapa program kegiatan yang dilaksanakan oleh panti ini dan salah satunya adalah program pelatihan ketrampilan yang memiliki dua bidang ketrampilan yaitu salon/tata rias dan bordir. Kedua bidang ketrampilan ini dalam prosesnya saat ini sedang melakukan magang atau job training. Ketrampilan salon magang ke luar panti, sedangkan ketrampilan bordir magang di dalam panti.

Kedua program ketrampilan ini memang dikhususkan bagi remaja – remaja putus sekolah yang berasal dari berbagai daerah di Sumatera Utara. Mereka dibina, diasuh, dan diberi ketrampilan. Dengan harapan nantinya memiliki bekal untuk tetap dapat melanjutkan hidupnya dengan lebih baik di hari – hari mendatang.

Dalam setiap pelaksanaan program pelatihan ketrampilan ini tentu akan menimbulkan rasa dan kesan yang berbeda dari setiap peserta pelatihan. Dengan berbagai bentuk pelayanan yang diberikan oleh panti, dan pelaksanaan programnya maka akan menimbulkan respon yang berbeda dari setiap remja binaan. Respon ini dapat dilihat dari pengetahuan mereka tentang keberadaan dan keadaan lembaga, sikap (Penilaian dan tanggapan terhadap lembaga), Partisipasi (Keterlibatan dan pemanfaatan serta penerapan ketrampilan) oleh remaja yang mengikuti pelatihan ketrampilan tersebut. Untuk lebih jelasnya, penulis menggambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut :


(32)

Bagan Kerangka Pemikiran

Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)

Program Pelatihan Ketrampilan (Salon/tata

rias dan Bordir)

Remaja Binaan

Respon

Sikap (Penilaian dan tanggapan terhadap lembaga)

Partisipasi (Keterlibatan dan pemanfaatan serta penerapan ketrampilan yang telah di terima Pengetahuan (Pemahaman


(33)

2.7. Definisi Konsep

Konsep adalah suatu abstraksi mengenai suatu gejala atau realita atau suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan suatu gejala (Amirin,2000:63). Untuk mengetahui konsep yang digunakan, penulis membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut :

1. Respon adalah suatu tanggapan, reaksi maupun jawaban

2. Remaja binaan adalah mereka yang sudah menginjak usia remaja dan mengalami permasalahan sosial yaitu putus sekolah. Untuk mengatasi segala permasalahannya, mereka dibina di Panti Sosial Bina Remaja dengan berbagai bentuk pelayanan sosial yang diberikan oleh panti, sehingga nantinya mereka dapat menjadi remaja – remaja yang dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan lebih baik.

3. Respon remaja binaan adalah tanggapan atau reaksi remaja binaan terhadap program pelatihan ketrampilan yang diberikan oleh Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putera, Tanjung Morawa yang dapat dilihat dari pengetahuan tentang keberadaan dan keadaan lembaga, sikap ( penilaian dan tanggapan terhadap lembaga), dan partisipasi (keterlibatan dan pemanfaatan serta penerapan ketrampilan baik salon/tata rias dan bordir).

4. Program pelatihan ketrampilan adalah suatu program yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan ketrampilan seseorang dengan menerima dan mengolah informasi, pengetahuan, dan kecakapan yang sudah atau menambah yang baru.

5. Panti Sosial Bina Remaja adalah suatu lembaga sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak terlantar putus sekolah guna penumbuhan dan pengembangan ketrampilan sosial


(34)

dan ketrampilan kerja sehingga mereka dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat yang terampil dan aktif berpartisipasi secara produktif dalam pembangunan.

2.8. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menunjukkan indikator – indikator suatu gejala sehingga memudahkan pengukurannya.(Amirin,2000:63) untuk melihat variabel dan indikator – indikator dalam penelitian ini adalah :

1. Pengetahuan remaja binaan terhadap Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Nusa Putera, Tanjung Morawa :

a. Kejelasan informasi akan maksud dan tujuan PSBR

b. Kejelasan informasi akan tujuan pelaksanaan kegiatan – kegiatan di PSBR

c. Kejelasan informasi akan tujuan pelaksanaan program pelatihan ketrampilan salon/ tata rias dan bordir.

2. Sikap remaja binaan terhadap kehadiran PSBR : a. Suka, tidak suka terhadap kehadiran PSBR

b. Suka, tidak suka terhadap pelaksanaan program pelatihan ketrampilan salon/tata rias dan bordir.

c. Sesuai, tidak sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan d. Bermanfaat, tidak bermanfaat


(35)

3. Partisipasi Remaja Binaan terhadap program pelatihan ketrampilan yang diberikan oleh PSBR :

a. Frekuensi mengikuti pertemuan kelompok

b. Saran yang pernah mereka berikan dalam pelaksanaan kegiatan di PSBR c. Penerapan ketrampilan salon/tata rias dan bordir yang telah diterima d. Sumbangan dana atau lainnya yang pernah mereka berikan untuk


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah deskriptif, yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan suatu keadaan subyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain – lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta – fakta yang tampak atau sebagaimana adanya(Nawawi,1990:63). Usaha mendiskripsikan fakta – fakta itu pada tahap permulaan tertuju pada usaha mengemukakan gejala – gejala secara lengkap di dalam aspek yang diselidiki agar jelas keadaan atau kondisinya.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putera yang beralamat di Jalan Industri No.47 Tanjung Morawa. Alasan pemilihan tempat ini adalah karena panti ini merupakan salah satu panti yang menampung remaja – remaja putus sekolah untuk diberikan pelatihan ketrampilan salon/tata rias dan bordir untuk bekal mereka kelak selepas dari panti tersebut.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuh – tumbuhan, gejala, nilai – nilai atau peristiwa sebagai sumber – sumber data yang memiliki karakter tertentu dalam suatu penelitian(Nawawi,1991:141). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan remaja binaan Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putera yang berjumlah 84 orang yang mengikuti 2 bidang ketrampilan yaitu salon/tata rias dan bordir.


(37)

3.3.2 Sampel

Menurut Prof.DR.Suharsimi Arikunto, sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti(Arikunto,1997:109). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Dalam teknik ini, siapa yang akan diambil sebagai anggota sampel diserahkan pada pertimbangan – pertimbangan pengumpul data yang menurut dia sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.(Soehartono,2004:63)

Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh remaja yang mengikuti ketrampilan bordir sebanyak 39 orang dan sebagian remaja yang mengikuti ketrampilan salon/tata rias sebanyak 15 orang, sehingga total sampel adalah 54 orang. Mereka inilah yang menurut peneliti dapat dijadikan sampel penelitian untuk mencapai tujuan penelitian. Khusus untuk ketrampilan salon/tata rias, peneliti hanya mengambil sebagian saja sebagai sampel karena pertimbangan waktu dan biaya serta pada saat penelitian mereka sedang magang atau job training di luar panti sehingga tidak semua dapat terjangkau oleh peneliti.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

• Studi Kepustakaan

Yaitu dengan cara mengumpulkan data – data, informasi yang ada baik yang diperoleh dari buku – buku, artikel, bulletin, majalah, surat kabar, internet dan lain sebagainya sesuai dengan masalah yang diteliti.

• Studi Lapangan

Pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian berkaitan dengan masalah yang diteliti :


(38)

a. Angket (kuesioner) yaitu alat untuk pengumpulan data dengan menyebarkan angket yang berisi pertanyaan – pertanyaan atau angket yang secara tertulis yang harus diisi oleh responden

b. Wawancara yaitu berdialog langsung dengan responden guna melengkapi data yang diperoleh melalui kuesioner yang mungkin belum jelas

3.5 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana pengolahan data dilakukan dengan manual. Data dikumpulkan dari hasil kuesioner dan wawancara, kemudian ditabulasikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan kemudian dianalisa. Dimana analisa data yang dilakukan melalui tahapan – tahapan sebagai berikut :

a. Editing yaitu meneliti data – data yang diperoleh dari penelitian

b. Koding yaitu mengklasifikasikan jawaban. Hal ini dapat dipakai sebagai data yang mudah dianalisa dan disimpulkan serta untuk menjawab masalah yang dikemukakan dalam penelitian sehingga jawaban yang beraneka ragam dapat dipersingkat

c. Menghitung frekuensi yaitu dengan menghitung besar frekuensi data pada masing – masing kategori yang telah ditentukan sebelumnya.

d. Tabulasi yaitu dalam keadaan yang diringkas dan tersusun dalam suatu tabel tunggal sehingga data dapat dibaca dengan mudah untuk mengetahui jawaban dari masalah yang diteliti.(Singarimbun,1989:9)


(39)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Panti Sosial Bina Remaja

4.1.1. Sejarah Singkat Berdirinya UPTD Panti Sosial Bina Remaja “NUSA PUTRA”

Banyaknya anak putus sekolah yang disebabkan oleh faktor kemiskinan di Indonesia pada umumnya, Sumatera Utara pada khususnya merupakan sebuah permasalahan yang harus segera diselesaikan. Masalah sosial ini akhirnya ditanggapi langsung oleh Dinas Sosial Sumatera Utara (dulunya Departemen Sosial Provinsi Sumatera Utara). Dinas Sosial kemudian mendirikan unit pelayanan teknis yang khusus menangani permasalahan anak putus sekolah ini. Unit ini disebut dengan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang bernama Panti Sosial Bina Remaja “NUSA PUTRA”.

Panti Sosial Bina Remaja “NUSA PUTRA” berdiri pada tahun 1975. Panti ini didirikan dengan maksud untuk menggali, mengembangkan, meningkatkan dan memantapkan potensi dan sumber-sumber yang dimiliki oleh anak putus sekolah terlantar dengan cara memberikan bimbingan fisik, mental, sosial dan bimbingan keterampilan.

Pada awal pendirianya, panti ini membuka banyak jenis ketrampilan yang diajarkan kepada para siswa. Diantaranya adalah keahlian komputer, tata boga, instalasi listrik, monitor mobil (automotif), montir sepeda motor, las listrik/karbit, radio/TV (elektronik), tata rias/salon kecantikan, menjahit, pertukangan kayu/APE, dan bordir. Selama awal berdirinya juga, para siswa yang dilayani cukup banyak yakni mencapai 600 jiwa perpelita. Akan tetapi, setelah memberikan pelayanan selama 30 tahun lebih, kini panti ini hanya memberikan 2 (dua) jenis keahlian yakni salon dan bordir. Menurut


(40)

pemimpin lembaga, Drs.H.Azamris Chanra, pengurangan jenis keterampilan ini telah mempertimbangkan banyak hal. Dan hal yang paling utama adalah penggabungan lokasi antara laki-laki dan perempuan. Banyak kejadian yang menjadi bahan pembelajaran bagi pihak panti dimana banyak para siswa yang akhirnya lebih fokus dalam mencari pasangan hidup. Hal ini cukup mengganggu segala kegiatan panti sehingga akhirnya diputuskan hanya menerima perempuan/wanita saja sebagai siswa.

PSBR Nusa Putra Tanjung Morawa Propinsi Sumatera Utara berdiri berdasarkan :

1) Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah.

2) Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara No.3 tahun 2001 Tentang Dinas Dinas Daerah Propinsi Sumatera Utara.

3) Keputusan Gubernur Sumatera Utara No.061.297/Tahun2002 tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas sosial serta Organisasi dan tata kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Propinsi Sumatera Utara.

4.1.2. Sasaran Garapan

Sasaran Garapan PSBR Nusa Putra Tanjung Morawa adalah :

1. Anak putus sekolah terlantar berumur 15-21 tahun yang belum menikah, terutama :

b. Diutamakan bagi anak putus sekolah tingkat SMP c. Tidak bekerja atau menganggur

d. Anak yang mempunyai masalah sosial seperti anak yang berasal dari keluarga ekonomi lemah, keterlantaran dibidang pendidikan dan lain-lain. 2. Prioritas diberikan kepada anak-anak Panti Asuhan, Karang Taruna Organisasi


(41)

4.1.3. Tujuan Berdirinya UPTD PSBR Nusa Putra Adapun tujuan berdirinya PSBR adalah :

1. Mempersiapkan dan membantu anak putus sekolah, dengan memberikan kesempatan dan kemudahan agar dapat mengembangkan potensi dan kemampuannya baik jasmani, rohani dan sosialnya.

2. Menumbuhkan dan meningkatkan keterampilan kerja dalam memberikan bekal untuk kehidupan dan penghidupan masa depan secara wajar sehingga menguarangi angka pengangguran.

3. Membina remaja agar mampu melakukan peran sosialnya secara aktif di masyarakat dan lingkungannya.

4. Mempersiapkan dan membina remaja sebagai manusia yang mempunyai akhlak mulia sesuai dengan nilai-nilai agama, Adat, Hukum dan Pancasial.

5. Membekali anak remaja dengan keterampilan sehingga dapat diterima di pasaran kerja.

6. Mempersiapkan remaja untuk mendapatkan penghasilan yang layak dan hidup mandiri.

4.2. Visi dan Misi PSBR Nusa Putra 4.2.1. Visi

Visi dari PSBR Nusa Putra adalah Terwujudnya masyarakat Sumatera Utara yang sejahtera dan mandiri.

4.2.2. Misi

1) Mengembangkan kualitas masyarakat dan sumber daya manusia yang mandiri, sejahtera dan berwawasan luas.


(42)

3) Mengembangkan prakarsa dan peran aktif masyarakat dalam pembangunan kesejahteraan sosial.

4) Memelihara dan memperkuat stabilitas dan integritas sosial melalui pembinaan semangat kesetiakawanan sosial.

5) Meningkatkan harkat, martabat dan kualitas hidup manusia.

6) Mencagah dan mengendalikan serta mengatasi permasalahan sosial sebagai dampak yang tidak diharapkan dan industrialisasi, krisis multi dimensi, bencana globalisasi dan arus informasi.

7) Memperkecil kesenjangan sosial dengan memberikan perhatian kepada warga masyarakat rentan penyandang masalah sosial.

8) Mengembangkan upaya system jaringan dan perlindungan sosial.

9) Melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai kejuangan, kerintisan dan kepeloporan.

4.3. Tugas Pokok dan Fungsi PSBR Nusa Putra 4.3.1. Tugas Pokok

1) Melaksanakan pembangunan bidang kesejahteraan sosial sebagai bagian integral pembangunan Propinsi Sumatera Utara.

2) Membantu Pemerintah Propinsi Sumatera Utara untuk melaksanakan tugas pembantuan dan tugas dekonsentrasi dalam bidang pembangunan kesejahteraan sosial

4.3.2 Fungsi

1) Penyusunan konsep, kebijaksanaan tentang ketentuan dan standar perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pembinaan pelayanan usaha kesejahteraan sosial, ketentuan dan standar tentang pelaksanaan kewenangan Kabupaten/Kota


(43)

di bidang Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan standar perizinan sumbangan sosial.

2) Pelaksanaan pembangunan, pengawasan, pengendalian, teknis pembangunan, pemeliharaan sarana dan prasarana, serta kegiatan pemanfaatan dan pengendalian sumber-sumber potensi Kesejahteraan sosial sesuai standar yang ditetapkan

3) Penyelengaraan koordinasi dan kerjasama kemitraan dengan pihak terkait dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial.

4) Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah,dan tahunan dibidang pembangunan kesejahteraan sosial dan pengelolaan sumber potensi kesejahteraan.

5) Pencegahan tumbuh dan berkembangnya penyandang masalah kesejahteraan sosial.

6) Rehabilitasi dan pemantapan masalah kesejahteraan sosial agar penyandang masalah kesjahteraan sosial dapat hidup wajar.

7) Pengembangan dan peningkatan taraf kesejahteraan sosial parapenyandang masalah kesejahteraan sosial berikut lingkungannya agar dapat berperan aktif dalam kehidupan masyarakat.

8) Perlindungan dalam bentuk usaha pemberian jaminan dan perlindungan sosial bagi warga masyarakat dari perlakuan salah sesuai harkat dan martabat manusia. 9) Pertanggung jawaban dan pelaporan tugas pembangunan bidang kesejahteraan


(44)

4.4. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas 4.4.1 Struktur Organisasi

4.4.2 Pembagian Tugas

1. Kepala Panti

Tugas pokok: bertanggungjawab atas terselenggaranya kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial di panti (open sistem) yang meliputi:

• Penyusunan daftar usulan kegiatan rutin (DUKR)

• Penyusunan daftar usulan kegiatan pembangunan (DUKP)

• Mengarahkan dan membimbing para staf sesuai dengan struktur organisasi untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik (pembinaan kinerja dan sumber daya manusia)

• Pendelegasian wewenang kepada bawahan/staf sesuai dengan perundang - undangan yang berlaku

• Melaksanakan pengawasan melekat (waskat) terhadap semua kegiatan pelayanan panti

Pengambilan keputusan (decition making) Kepala

Drs. H. Azamris Chanra

Sub. Bag. Tata usaha

Sie. Asuhan. Sie.

Perencanaan dan Program.

Sie. penyaluran

Kelompok Fungsional


(45)

• Pelaksanaan pelaporan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan secara periodik kepada atasan

• Melaksanakna dan mengamankan keputusan, kebijaksanaan dan instruksi-instruksi pihak atasan

• Mengadakan koordinasi vertikal maupun horizontal 2. Kepala Bagian Tata Usaha

Tugas pokok: bertanggung jawab atas terselenggaranya tugas-tugas pokok tata usaha yaitu :

• Urusan umum

• Urusan rumah tangga • Urusan kepegawaian • Urusan keuangan

3. Urusan Perencanaan dan Program

Tugas pokok: bertanggungjawab atas terselenggaranya tugas-tugas pokok perencanaan dan program, yaitu:

• Urusan perencanaan dan program

• Urusan monitoring, evaluasi dan pelaporan 4. Seksi Asuhan

Tugas pokok: bertanggungjawab atas terselenggaranya tugas-tugas pokok seksi asuhan, yaitu:

• Urusan identifikasi

• Urusan pemeliharaan fisik

• Urusan pembinaan mental dan bimbingan sosial • Urusan keterampilan kerja


(46)

5. Seksi penyaluran dan bimbingan lanjut

Tugas pokok: bertanggungjawab atas terselenggaranya tugas-tugas pokok seksi penyaluran dan bimbingan lanjut, yaitu:

• Urusan penetapan, monitoring dan job training kelayan (WBS) • Urusan pembinaan lanjut (BINJUT)

4.4.3. Daftar Nama Pegawai Dan Staf Unit Pelaksana Teknis Daerah Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putra Tanjung Morawa - Sumatera Utara :

1. Kepala UPTD PSBR Nusa Putra : Drs. H. Azamris Chanra (Pembina TK I) 2. Kepala Asuhan : Hj. Rosdiana Lubis

3. Instruktur Salon : Ramina Br Sitepu 4. Instruktur Bordir : Kartini Br Ginting 5. Bimbingan Agama Islam : Drs. Syaiful Azwar 6. Bimbingan Agama Kristen : Wati Naibaho

7. Bimbingan Kelompok : Makmur Napitupulu S.Pd : Dra. Mayam

: Dra. Nofri Yanti : Rosana Saragih

8. Bimbingan Motivasi : Diah Noor Betty. SH : Robinson Barus : Ramona Sijabat : Yetty Ellen .S.Ba 9. Kesenian dan Tari : Syahputra


(47)

: Lismawati, SE : Eldina. S

: Sumihar Nainggolan : Wati Naibaho : Irma Sari : Henry, S.BA : Robinson Barus

4.4.4. Keadaan Pegawai

Jumlah personil di UPTD PSBR Nusa Putera Tanjung Morawa Propinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan Jabatan • Struktural

- Eselon III 1 orang

- Eselon IV 3 orang

• Staff 27 orang

• Tenaga Honor

- Honor Daerah 5 orang

- Honor Lepas 2 orang

• Instruktur

- Instruktur salon/tata rias 1 orang - Instruktur bordir 1 orang 2. Berdasarkan Golongan

• Golongan IV 1 orang

• Golongan III 26 orang


(48)

3. Berdasarkan Pendidikan

• Sarjana Kesejahteraan Sosial 3 orang

• Sarjana Non STKS 7 orang

• Sarjana Muda/ D3 4 orang

• SMPS/SPSA 5 orang

• SMA 11 orang

• SMP 1 orang

4.5. Rencana Program Pelayanan Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putera Tahun 2007

4.5.1. Sub Bagian Tata Usaha

1. Melaksanakan apel pagi dan siang serta apel kesadaran nasional 2. Melaksanakan tertib administrasi surat – menyurat

3. Pengusulan kenaikan pangkat, gaji berkala dan pensiun pegawai 4. Pengiriman pegawai untuk mengikuti pelatihan

5. Pengiriman pegawai mengikuti ujian dinas

4.5.2. Seksi Asuhan

1. Menerima calon warga binaan sosial yang baru 2. Menyiapkan tenaga instruktur yang terampil

3. Kegiatan bimbingan mental, motivasi, fisik dan ketrampilan 4. Membuat laporan kegiatan

4.5.3. Seksi Perencanaan dan Program

1. Mendata ulang warga binaan sosial

2. Menyusun program dan jadual pembelajaran remaja binaan sosial dengan berkoordinir dengan seksi – seksi lainnya


(49)

3. Membuat laporan triwulan dan tahunan

4.5.4. Seksi Penyaluran

1. Mempersiapkan dan melaksanakan penempatan remaja binaan sosial di lapangan kerja atau perusahaan

2. Melaksanakan pemulangan remaja binaan sosial ke daerah asal

3. Melaksanakan pembinaan peran serta masyarakat dalam menerima remaja binaan sosial

4. Melaksanakan pembinaan lanjutan kepada remaja binaan sosial yang telah kembali ke daerah asal

4.6. Pelaksanaan Program Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putera Tahun 2007 4.6.1. Sub Bagian Tata Usaha

1. Melaksanakan apel pagi dan siang serta apel kesadaran nasional

2. Melaksanakan perawatan gedung dan inventaris barang yang meliputi kegiatan diantaranya :

• Pengecekan inventaris barang

• Membuat usulan daftar kebutuhan barang yang sangat mendesak berkaitan akan dilaksanakannya renovasi gedung melalui dana SKPA yang akan dilaksanakan oleh Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara

• Membuat usulan/proposal mengenai pembentukan Kelompok usaha Ekonomi Produktif (UEP)

3. Menerima dan mengeluarkan surat – surat

4. Mengusulkan calon tenaga honor daerah untuk tahun 2007

5. Mengirimkan pegawai untuk mengikuti kegiatan pelatihan/sosialisasi. Pelatihan/sosialisasi yang sudah diikuti :


(50)

• Sosialisasi Diklat BKPPS

• Sosialisasi Program Diklat Fungsional

• Sosialisasi tentang perundang – undangan tentang undian dan barang. 6. Mengusulkan kenaikan pangkat, pegawai atas nama :

• Rosdiana Lubis • Eldina Situmorang • Djumaizar

7. Mengusulkan pegawai mengikuti ujian dinas atas nama : • Robinson Barus

8. Mengajukan cuti bersalin pegawai atas nama Diah Noor Betty, SH

9. Mengajukan usulan pegawai yang akan mendapatkan penghargaan satya lencana

4.6.2. Seksi Asuhan

1. Melaksanakan penerimaan remaja binaan sosial meliputi kegiatan : • Registrasi

• Penempatan Remaja Binaan Sosial ke asrama/wisma

• Mengidentifikasi Warga Binaan Sosial sesuai dengan bakat dan Kemampuannya

2. Melakukan pembinaan mental, sosial, fisik dan ketrampilan • Bimbingan Mental

Bimbingan mental meliputi kegiatan bimbingan agama yang dilaksanakan satu kali seminggu, bimbingan tentang kedisiplinan, mematuhi tata teertib, menghormati pengasuh dan saling menghargai sesama teman, pelatih/instruktur. Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara:


(51)

2. membuat jadual kegiatan

3. Membuat jadual pembagian kerja/tugas • Bimbingan Motivasi

Bimbingan ini dimaksudkan untuk memberikan dorongan motivasi pada remaja binaan sosial untuk dapat berkarya dan memacu mereka untuk bisa mandiri tidak bergantung pada orang lain, ada keinginan untuk maju dan berhasil. Materi yang diberikan dalam hal pendidikan kemasyarakatan, pembinaan tanggung jawab dan kepercayaan diri sendiri. Teknik yang dilaksanakan adalah bimbingan perseorangan dan bimbingan kelompok.

• Bimbingan Fisik

Bimbingan fisik meliputi kegiatan olahraga, kebersihan panti dan lingkungan panti meliputi :

1. Senam pagi dilaksanakan setiap hari Jum’at

2. Sesuai bakat dan minat warga binaan sosial kegiatan olahraga dilaksanakan pada sore hari dan dibagi dalam 2 (dua) kegiatan yakni volley ball dan bulu tangkis

3. Pemeriksaan dan Pembinaan Kesehatan

 Kebersihan ruang asrama yang dilaksanakan setiap hari dengan cara membagi tugas kepada setiap warga binaan sosial meliputi kebersihan kamar mandi, kamar tidur, dan halaman pekarangan asrama

 Kebersihan Lingkungan yang dilaksanakan setiap hari Sabtu pagi dilaksanakan gotong royong kebersihan lingkungan panti


(52)

• Bimbingan Ketrampilan

Bimbingan ketrampilanyang diberikan pada tahun 2007 ini ada 2 (dua) jurusan yaitu :

1. Jurusan tata rias/salon 52 orang 2. Jurusan Bordir 48 orang

Instruktur kedua jurusan ini memakai tenaga dari luar yaitu dari BLK Tenaga Kerja Kabupaten Deli Serdang yaitu :

Instruktur tata rias/salon Ramina Sitepu Instruktur Bordir Kartini Ginting

Kegiatan yang telah dilaksanakan sampai dengan semester I tahun 2007 pada jurusan salon telah diajarkan teori dan praktek pemangkasan, teori dan praktek menyanggul modern dan tradisional, teori crembat, praktek massege pengecatan rambut. Pada jurusan bordir telah diajarkan tentang teknik membordir telekung, taplak meja. Sebagai tambahan, setiap hari Sabtu warga binaan sosial belajar menari

4.6.3. Seksi Perencanaan dan Program

1. Mendata ulang remaja binaan sosial

2. Mempersiapkan program untuk kegiatan tahun 2008 3. Membuat laporan triwulan dan tahunan

4.6.4. Seksi Penyaluran

Pada seksi penyaluran kegiatan akan dilaksanakan pada pertengahan semester II/awal triwulan IV meliputi kegiatan persiapan penempatan, penyaluran remaja binaan sosial ke perusahaan dan bimbingan lanjutan


(53)

4.7. Sumber Dana Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putera

Dalam memberikan pelayanannya, PSBR Nusa Putra sebagai panti milik pemerintah mendapat biaya operasional dari APBD. Akan tetapi, menurut Drs.H.Azamris Chandra sebagai pimpinan panti, dana operasional tersebut tidak lancar karena diberikan sekali dalam tiga bulan bahkan lebih. Untuk menutupi biaya perbulannya, adakalanya beliau mengeluarkan uang pribadinya. Hal ini menyebabkan pelayanan yang diberikan oleh lembaga kurang memadai dan terkesan hanya mengikuti pola-pola yang dilakukan sebelumnya tanpa ada pola pelayanan baru yang diberikan. Penggalangan dana dari pihak lain juga belum pernah dilakukan oleh lembaga dalam upaya peningkatan fasilitas dan kualitas lembaga.

Sebagai lembaga milik perintah yakni Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara, PSBR Nusa Putra memiliki sumber dana yang tetap dari APBD

4.8. Fasilitas 4.8.1. Sarana

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan. Sehubungan dengan sarana tersebut, dalam upaya pelayanan sosial kepada klien/remaja, PSBR Nusa Putra memiliki sarana berupa peralatan untuk masing-masing jurusan. Walaupun belum lengkap, sarana yang dimiliki panti ini diupayakan untuk mencapai tingkat keterampilan remaja yang maksimal. Selain itu, panti ini juga memiliki peralatan-peralatan yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan pokok seperti peralatan makan, peralatan tidur dan peralatan mandi.


(54)

4.8.2. Prasarana

Prasarana adalah segala yang menunjang terselengaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek, dsb). UPTD PSBR Nusa Putra yang terletak di Jl Industri No.47 dengan luas tanah lebih kurang 20.000m2 dengan Prasarana yang dimiliki berupa gedung, yakni terdiri dari :

 Perkantoran : 1 unit

 ruangan perpustakaan : 1 unit

 mushola : 1 unit

 aula pertemuan : 1 unit

 ruangan latihan keterampilan : 2 unit

 ruang makan dan dapur : 1 unit

 wisma sebagai tempat tinggal remaja dan staff : 12 unit

 wisma bertingkat : 1 unit

 dan lapangan olah raga.

Selain itu masih banyak lagi gedung yang tidak digunakan sehingga rusak dan ditumbuhi rumput liar.

4.9 Keadaan Umum Remaja Binaan Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putera

Remaja Binaan Sosial UPTD PSBR Nusa Putera Tanjung Morawa tahun 2007 berjumlah 100 orang dengan rincian sebagai berikut :

1. Tebing Tinggi 2 orang

2. Tapanuli Selatan 4 orang

3. Deli Serdang 25 orang

4. Rantau Parapat 3 orang


(55)

6. Asahan 17 orang

7. Simalungun 17 orang

8. Samosir 1 orang

9. Serdang Bedagai 4 orang

10.Langkat 6 orang

11.Sibolga 2 orang

12.Humbanghas 2 orang

13.Nias 3 orang


(56)

Dalam bab ini, akan dianalisis data – data yang telah diperoleh melalui wawancara dengan mengunakan kuesioner yang telah disebarkan kepada remaja binaan Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Nusa Putera, Tanjung Morawa dengan jumlah responden sebanyak 55 orang. Disamping itu, dipergunakan juga hasil observasi untuk analisis data. Data – data yang akan dianalisis meliputi : karakteristik responden, analisis pengetahuan responden terhadap kegiatan PSBR, analisis sikap responden terhadap kegiatan PSBR dan analisis partisipasi responden terhadap kegiatan PSBR.

5.1. Karakteristik Responden

Faktor – faktor personal (karakteristik responden) merupakan faktor penting yang mempengaruhi penerimaan dan pemanfaatan responden terhadap kegiatan PSBR Nusa Putera Tanjung Morawa. Berikut ini akan dianalisis tabel – tabel yang berisikan data mengenai identitas responden yang meliputi umur, agama, suku, asal daerah, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua dan tingkat pendidikan terakhir.

Tabel 1

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia (tahun) F Persentase (%)

1 15 – 19 tahun 21 38,18

2 20 – 24 tahun 31 56,36

3 25 – tahun ke atas 3 5,45

Jumlah 55 100,00


(57)

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa mayoritas responden berusia 20 – 24 tahu yaitu sebanyak 31 responden (56,36%). Kemudian diikuti oleh yang berusia 15 – 19 tahun yaitu sebanyak 21 responden (38,18%), sedangkan yang berusia 25 tahun keatas sebanyak 3 responden (5,45%). Data tersebut menunjukkan bahw hampir keseluruhan responden adalah masih dalam usia – usia sekolah yang seharusnya masih menikmati pendididkan baik tingkat SLTP msupun SLTA. Namun, karena faktor ekonomi keluarga, mereka tidak dapat menyelesaikan sekolahnya atau mengalami putus sekolah.

Dari wawancara yang dilakukan bersama siswa, perbedaan usia diantara mereka tidak menjadi penghalang dalam hubungan diantara mereka. Tidak jarang perbedaan usia ini menjadi salah satu faktor pendukung ke arah yang positif, misalnya muncul rasa saling menghargai dan menyayangi serta saling membantu diantara sesama remaja binaan tersebut. Adanya perbedaan usia ini juga membuat hubungan persaudaraan diantara mereka semakin kuat. Hal ini nampak dari adanya panggilan “kakak”, “adik” bahkan“bunda” layaknya dalam sebuah keluarga. Panggilan – panggilan seperti inilah yang membuat suasana kehidupan di panti semakin lebih harmonis.

Tabel 2

Karakteristik Responden Berdasarkan Agama

No Agama F Persentase (%)

1 Islam 39 70,91


(58)

Jumlah 55 100,00 Sumber : Kuesioner 2007

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa mayoritas responden beragama islam yaitu sebanyak 39 responden (70,91%). Beragama Kristen Protestan sebanyak 16 responden (29,09%). Dari penelitian yang dilakukan, perbedaan agama ini bukan menjadi pemecah bagi mereka, akan tetapi menjadi pendorong untuk bersatu melalui sikap saling menghargai. Misalnya, menghargai umat Muslim yang mengadakan sholat dan juga menghargai umat Kristianai yang mengadakan ibadah setiap hari Minggu.

Tabel 3

Karakteristik Responden Berdasarkan Suku

No Suku F Persentase (%)

1 Melayu 2 3,64

2 Mandailing 4 7,27

3 Nias 4 7,27

4 Karo 4 7,27

5 Jawa 21 38,18

6 Banjar 2 3,64

7 Sunda 1 1,82

8 Batak Toba 17 30,91


(59)

Sumber : Kuesioner 2007

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahw mayoritas responden bersuku jawa yaitu sebayak 21 responden (38,18%). Kemudian diikuti oleh suku Batak Toba sebanyak 17 responden (30,91%), diikuti oleh suku Mandailing, Nias, dan Karo yang masing – masing sebanyak 4 responden (7,27%), diikuti oleh suku Melayu dan Banjar yan masing – masing sebanyak 2 responden (3,64%). Responden bersuku Sunda hanya berjumlah 1 responden.

Perbedaan suku ini bukan menjadi faktor pemecah, tetapi sebaliknya menjadi faktor pendukung untuk bersatu diantara sesama remaja binaan. Dalam segala kegiatan di dalam panti, mereka tidak pernah menjadikan masalah kesukuan sebagai tolak ukur untuk menentukan suku mana yang lebih baik. Namun sebaliknya, mereka bangga mempunyai saudara dari suku yang berbeda – beda.

Tabel 4

Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Daerah

No Asal Daerah F Persentase (%)

1 Tebing Tinggi 1 1,82

2 Tapanuli Selatan 5 9,09

3 Deli Serdang 5 9,09

4 Medan 10 18,18

5 Asahan 6 10,91


(60)

7 Serdang Bedagai 2 3,64

8 Langkat 2 3,64

9 Sibolga 1 1,82

10 Humbang Hasuhutan 3 5,45

11 Nias 3 5,45

Jumlah 55 100,00

Sumber : Kuesioner 2007

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa mayoritas responden berasal dari daerah Simalungun yaitu sebanyak 17 responden (30,91%). Kemudian diikuti oleh responden yang berasal dari daerah Medan yaitu sebanyak 10 responden (18,18%), diikuti dari Asahan yaitu sebanyak 6 responden (10,91%), diikuti dari Tapanuli Selatan dan Deli Serdang yaitu masing – masing sebanyak 5 responden (9,09%), diikuti dari Humbang Hasuhutan dan Nias yang masing – masing sebanyak 3 responden (5,45%), diikuti dari Serdang Bedagai dan Langkat yang masing – masing sebanyak 2 responden (3,64%) dan dari daerah Sibolga dan Tebing Tinggi yang masing – masing sebanyak 1 responden (1,82%).

Tabel 5

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua

No Pekerjaan Orang tua F Persentase (%)

1 Petani 35 63,64


(61)

3 Pedagang 2 3,64

4 Nelayan 2 3,64

5 Pegawai Swasta 3 5,45

Jumlah 55 100,00

Sumber : Kuesioner 2007

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa mayoritas pekerjaan orang tua responden adalah petani yaitu sebanyak 35 responden (63,64%). Kemudian diikuti oleh wiraswasta sebanyak 13 responden (23,63%), diikuti pegawai swasta sebanyak 3 responden (5,45%)dan untuk pedagang dan nelayan, masing – masing sebanyak 2 responden (3,64%).

Tabel 6

Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Orang Tua

No Penghasilan Orang Tua/bulan (Rp)

F Persentase (%)

1 <500.000 23 41,82

2 500.000 – 750.000 24 43,64


(62)

4 >1.000.000 2 3,63

Jumlah 55 100,00

Sumber : Kuesioner 2007

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa mayoritas responden berpenghasilan Rp 500.000 – Rp750.000 tiap bulannya yaitu sebanyak 24 responden (43,64%), sedangkan sebanyak 23 responden (41,82 %) menyatakan bahwa penghasilan orang tua mereka adalah kurang dari Rp 500.000 tiap bulannya dan 6 responden ( 10,91%) menyatakan bahwa penghasilan orang tua mereka tiap bulannya adalah Rp 750.000 – Rp 1.000.000. Hanya 2 responden (3,63%) yang menyatakan penghasilan orang tua mereka diatas Rp 1.000.000. Menurut beberapa remaja binaan ini, kondisi tersebut adalah faktor penyebab mereka akhirnya tidak sanggup untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau mengalami putus sekolah.

Tabel 7

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir

No Tingkat Pendidikan Terakhir F Persentase (%)


(63)

2 Tamat SD 5 9,09

3 SLTP 16 29,09

4 SLTA 32 58,18

5 Perguruan Tinggi 1 1,82

Jumlah 55 100,00

Sumber : Kuesioner 2007

Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa mayoritas responden tingkat pendidikan terakhirnya adalah SLTA yaitu sebanyak 32 responden (58,18%), diikuti oleh SLTP yaitu sebanyak 16 responden (29,09%), Tamat SD sebanyak 5 responden (1,82%) dan Tidak Tamat SD sebanyak 1 responden (1,82%). Dari 55 responden, hanya 1 responden (1,82%) yang tingkat pendidikan terakhirnya Perguruan Tinggi.

Banyak diantara remaja binaan yang menginginkan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi setelah menamatkan ketrampilannya di PSBR Nusa Putera. Sebagian dari mereka yang ingin melanjutkan pendidikan tersebut mengatakan bahwa mereka akan melanjutkan pendidikan dengan mengandalkan ketrampilan yang mereka dapat melalui PSBR atau dengan kata lain mereka melanjutkan pendidikan sambil bekerja.


(1)

Secara lebih rinci, kesimpulannya yaitu :

1. Pada umumnya responden telah mengetahui tujuan kehadiran PSBR dan Kegiatan – kegiatan yang dilakukannya. Hal ini dapat diketahui dari 67,17 % responden yang sudah mengetahui secara jelas tujuan kehadiran PSBR. Hal ini mereka peroleh ketika mengikuti pertemuan melompok, dimana dalam pertemuan ini mereka mendapatkan informasi sejelas mungkin mengenai maksud dan tujuan PSBR.Walaupun ada responden yang jarang mengiktui pertemuan ini, tetapi mereka tetap berusaha mencari tahu tentang tujuan PSBR, seperti diantara responden saling bertukar informasi melalui interaksi sehari – hari

2. Responden memiliki sikap yang positif terhadap kegiatan PSBR. Hal ini di tandai dengan tanggapan responden terhadap kegiatan PSBR yaitu 35% menyatakan suka, 52% meyatakan bermanfaat, 41% menyatakan bagus dan 52% menyatakan setuju untuk dilanjutkan. Dengan adanya kegiatan PSBR, ada peningkatan kemampuan dalam hal salon/tata rias dan bordir. Disamping itu, pengetahuan responden juga meningkat yaitu pengetahuan dalam hal kepemimpinan, kedisiplinan, berorganisasi dan hal yang lainnya. Responden juga setuju kegiatan PSBR dilanjutkan karena sangat bermanfat sekali bagi remaja – remaja yang mengalami putus sekolah. Namun, responden juga beranggapan bahwa kegiatan PSBR kurang sesuai dengan kebutuhan/harapan mereka (50,91%). Hal ini disebabkan karena mereka belum mendapat ilmu mengenai bidang ketrampilan tersebut secara keseluruhan. Disamping itu, bahan – bahan yang disediakan untuk kedua bidang ketrampilan tersebut juga sangat kurang memadai. Ini menunjukkan bahwa suatu pelatihan ketrampilan dianggap


(2)

sesuai bila keseluruhan ilmu mengenai ketrampilan tersebut dapat mereka peroleh dan nantinya akan dapat diterapkan juga di masyarakat.

3. Partisipasi Responden untuk mengikuti pertemuan kelompok sudah menunjukkan adanya keinginan besar mereka untuk mengetahui PSBR yang ditunjukkan melalui data yaitu 76,36%. Ini menunjukkan bahwa mereka memang memiliki minat yang besar untuk mengetahui lebih jauh tentang PSBR tersebut.

4. Namun, dalam hal partisipasi untuk memberikan saran dalam berbagai bidang kegiatan di PSBR, menunjukkan hasil yang masih kurang yaitu sebanyak 54,54% menyatakan tidak pernah memberikan saran dalam pertemuan kelompok, 72,37% dalam pengarahan, 56,36% dalam pembinaan rohani, 67,27% dalam kegiatan olahraga, 63,64% dalam pelaksanaan pelatihan ketrampilan, dan 85,45% dalam penyusunan program pelatihan.

5. Partisipasi responden dalam hal memberi dana masih kurang. Hal ini ditunjukkan dari data sebanyak 67,27% responden tidak pernah memberikan bantuan dana karena panti tidak pernah mengadakan suatu kegiatan yang mengharuskan mereka mengumpulkan dana secara bersama – sama

6. Responden juga menunjukkan partisipasinya melalui kegiatan bersama yang dilakukan dengan pegawai yaitu sebanyak 87,27% responden menyatakan pernah mengikuti kegiatan bersama – sama pegawai yaitu dalam kegiatan memperingati HUT RI dan acara buka puasa bersama.

7. Responden juga mengalami kesulitan dalam mengikuti pelatihan ketrampilan. Hal ini ditunjukkan melalui data yaitu sebanyak 70,91% responden pernah mengalami kesulitan dalam mengiktui pelatihan ketrampilan seperti tidak tahu


(3)

cara memanfaatkan fasilitas ketrampilan, waktu pelatihan yang terlalu singkat dan tidak tahu cara memperbaiki kerusakan fasilitas – fasilitas ketrampilan 8. Dalam hal penerapan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari PSBR

mununjukkan hasil yang baik yaitu melalui data sebanyak 50,91% responden menyatakan sudah pernah menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang diperolehnya.

6.2. Saran - saran

1. Setiap peserta pelatihan harus disadarkan dan dimotivasi untuk memiliki kemauan memajukan kehidupannya melalui keseriusan dalam mengikuti pelatihan ketrampilan ini. Bukan hanya sekedar ikut – ikutan saja. Peranan dari setiap peserta sangat diperlukan untuk memberi informasi dan motivasi kepada peserta yang lainnya demi kemajuan bersama

2. Adanya bimbingan lanjutan bagi peserta pelatihan ketrampilan sangatlah penting untuk mengetahui sampai sejauh manakah keberhasilan dari program pelatihan ketrampilan tersebut.

3. Fasilitas sangat mendukung kesuksesan suatu kegiatan. Untuk itu, PSBR hendaknya semakin memperhatikan fasilitas kegiatan, sehingga pelaksanaan pelatihan ketrampilan dapat mencapai tujuan yang dihrapkan


(4)

4. Dalam upaya pengembangan organisasi dan pencapaian tujuan, diperlukan staff yang profesional dan bertanggung jawab terhadap kerja – kerjanya. Sehubungan dengan itu, penulis berharap agar PSBR Nusa Putera untuk lebih sering menerapkanj proses evaluasi dn monitoring

5. PSBR Nusa Putera merupakan lembaga yang sangat dibutuhkan masyarakat. Kiranya proses seleksi terhadap calon siswa dilakukan denga ketat mengingat panti ini didirikan untuk melayani masyarakat yang kurang mampu.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi.R, 2003. Pemberdayaan Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Adi, Isbandi.R, 1994. Psikologi, Pekerjaan dan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Arikunto, Suharsimi, 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta : Rineka Cipta

Agus, Sujanto, 1972. Psikologi Perkembangan, Aksara Baru No.50 Gerungan, WA, 1986. Psikologi Sosial. Bandung : Ereska

Gunarsa, Singgih, 1996. Pengantar Psikologi. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia

Jones, Charles.O, 1996. Pengantar Kebijakan Publik. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Mangundharjana,A, 1986. Pembinaan, Arti dan Metodenya. Yogyakarta : Kanisius Moekijad, M, 2000. Latihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung :

Mandar Maju

Muhibbin, Syah, 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya

Nawawi, hadari, 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Poerdarminta, WJS, 1987. Kamus Besar Berbahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Ridwan, 1994. Azas – Azas Kriminologi. Medan : USU PRESS

Sarwono, Sarlito Wirawan, 1983. Teori – Teori Psikologi Sosial. Jakarta : CV RAJAWALI


(6)

Singarimbun, Masri, 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES

Syahril, Eiska Ahmad, 1980. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Padang : Angkasa Raya

Undang – Undang No.6 Tahun 1974 Tentang Ketentuan – ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial

Sumber – sumber lain

Jurnal PKS.Vol.V No.16, Juni 2006;60-72