Pengaruh Pemberdayaan Aparatur Terhadap Efektivitas Pelayanan Publik ( Studi Pada Kantor Camat Merbau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau )

(1)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENGARUH PEMBERDAYAAN APARATUR TERHADAP EFEKTIVITAS PELAYANAN PUBLIK

( Studi Pada Kantor Camat Merbau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau )

SKRIPSI DISUSUN OLEH:

H E R M A N

030903113

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA SOSIAL (S-1) FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pelaksanaan otonomi daerah yang digulirkan oleh pemerintah sejak tahun 2001 membawa perubahan dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah.salah satu perubahan itu adalah pemberian wewenang yang lebih luas dalam penyelenggaraan beberapa bidang pemerintahan.seiring dengan bertambah luasnya kewenangan ini, maka aparat birokrasi pemerintahan di daerah dapat mengelola dan menyelenggarakan pelayanan publik dengan lebih baik sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya.

Otonomi daerah menurut Undang-Undang No 32 Tahun 2004 adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan perundang-undangan. Dengan otonomi daerah berarti telah dipindahkan sebagian besar kewenangan yang tadinya berada di pemerintah pusat kepada daerah otonom, sehingga pemerintah otonom dapat lebih cepat dalam merespon tuntutan masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Karena kewenangan membuat (perda) sepenuhnya sepenuhnya menjadi wewenang daerah otonom, maka dengan otonomi daerah pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan diharapkan.

Hoesin dalam Sudrajat (2007:01) Otonomi daerah merupakan wewenang mengatur urusan pemerintahan yang bersifat lokalitas menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Dengan demikian desentralisasi sebenarnya menjelmakan otonomi masyarakat setempat untuk memecahkan masalah berbagai masalah dan pemberian pelayanan yang bersifat lokalitas demi kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan. Desentralisasi dapat pula disebut otonomisasi,


(3)

otonomi daerah diberikan kepada masyarakat dan bukan kepada daerah atau kepada pemerintah daerah.

Menurut Gatot Yan.S ( LANSKAP: 2008) ada beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian serius dalam pelaksanaan otonomi daerah antara lain pelayanan publik, formasi jabatan, pengawasan keuangan daerah dan pengawasan independen. yang perlu dikembangkan oleh pemerintah daerah adalah bagaimana pemerintah daerah mampu membangun kelembagaan daerah yang kondusif, sehingga dapat mendesain standar pelayanan publik yang mudah, murah dan cepat. Pelayanan publik merupakan bagian dari pemerintahan yang baik (good governance) yang salah satu para meternaya adalah cara aparatur pemerintah memberikan pelayanan kepada daerah. Prinsip good governance bisa terwujud jika pemerintahan diselenggarakan secara transparan, responsive, partisipatif, taat hukum, sesuai consensus, nondiskriminasi, akuntabel, serta memiliki visi yang strategis.

Menurut Mustopadijaja dalam Sudrajat (2007:02) seharusnya, dalam era demokratisasi dan desentralisasi saat inih, seluruh perangkat birokrasi menyadari bahwa pelayanan berarti pula semangat pengabdian yang mengutamakan efisiensi dan keberhasilan bangsa dalam pembangunan, yang dimanifestasikan antara lain dalam perilaku melayani dan bukan dilayani, mendorong dan bukan menghambat, mempermudah dan bukan mempersulit, sederhana dan berbelit-belit. Terbuka untuk setiap orang dan bukan hanya segelintir orang. Dan agar pelayanan publik berkualitas, sudah sepatutnya pemerintah mereformasi paradigma pelayanan publik tersebut. Reformasi paradigma pelayanan publik ini adalah pergeseran pola penyelenggaraan pelayanan publik dari yang semula berorintasi pemerintah sebagai penyedia menjadi pelayanan yang berorientasi kepada kebutuhan masyarakat sebagi pengguna. Dengan begitu, tidak ada pintu masuk alternatif untuk memulai perbaikan pelayanan publik selain sesegera mungkin


(4)

mendengarkan suara publik itu sendiri dan inilah yang menjadi jalan bagi peningkatan partispasi masyarakat di bidang pelayanan publik.

Menurut Kurniawan (2005:91) meskipun dewasa ini arus revitalisasi birokrasi dan demokratisasi yang menasbihkan terbukanya partisipasi publik, tetapi diskusi pelayanan publik akan sulit menggambarkan wajah aparatnya, apabila tidak diikuti dengan kebijakan pembangunan SDM aparat. Hal ini disebabkan aparat pelayanan publik merupakan sumberdaya manusia yang menempati kedudukan yang lebih tinggi dan merupakan faktor yang sangat menentukan untuk tingkat keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi. Selain dari itu juga, pembangunan sumberdaya birokrat yang selama ini ada di daerah, yang diawali dengan perencanaan kebutuhan yang kurang sempurna, rekrutmen yang tertutup dan jauh dari nilai-nilai yang berkeadilan, kompensasi termasuk system karier yang lebih berorientasi kepada kepentingan pimpinan dengan instrumen DP3 yang justru menimbulkan kecemburuan dan rasa frustasi, pendidikan dan pelatihan yang berorientasi proyek dan ketidakjelasan pemanfaatan pegawai yang selesai menempuh pendidikan dan pelatihan, harus dirubah sebagaimana yang diprasyaratkan diatas khususnya dalam era otonomi daerah ini agar pelayanan publik yang menjadi tujuan dapat dilaksanakan dengan baik.

Dan menurut Yudoyono (2003:64) kondisi aparatur pemeritah daerah beberapa waktu yang lalu pernah diamati atau dipantau oleh suatu lembaga yang hasilnya cukup memprihatinkan. Ketika jam kerja, banyak dijumpai PNS yang hanya baca koran, ada yang main catur, tidak berada di tempat kerja dan sebagainya. Hal ini menunjukkan terabaikannya aspek efisiensi dan sudah tentu juga tidak efektif. Aktivitas yang menunjukkan nuansa kesibukan kerja tampak di unit-unit kerja yang “ada proyeknya”. sehingga tidaklah salah jika ada sementara pengamat yang


(5)

Kecamatan Merbau yang berada wilayah Kabupaten Bengkalis yang terdiri dari 2 pulau besar yaitu pulau Padang dan pulau Merbau yang mana ibu kota kecamatan terletak di Teluk Belitung. di daerah pesisir seperti ini pelayanan publik hendaknya terus dilakukan secara optimal. hal ini terkait dengan banyaknya masyarakat yang selalu berurusan ke kantor kecamatan yang datang dari kampung yang jauh dan menyeberang lautan bahkan harus bermalam terlebih dahulu jika urusan yang dibuat belum selesai serta memakai biaya yang banyak pula. Jadi, kesiapan dari aparatur sebagai abdi negara yang bertanggung jawab dengan pekerjaannya sangat dibutuhkan sekali dalam pelayanan agar pelayanan yang memuaskan dan tidak mengecewakan dapat tercapai sesuai dengan harapan semua pihak.

Berdasarkan dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberdayaan Aparatur Terhadap Efektivitas Pelayan Publik” ( Studi Pada Kantor Camat Merbau )

B. Perumusan Masalah

Untuk memudahkan peneliti nantinya, dan agar peneliti memiliki arah yang jelas dalam menginterprestasikan hasil penelitian dalam skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan masalahnya.

Berdasarkan dari hal diatas, serta berpedoman pada perumusan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti merumuskan permasalahan dalam penelitian sebagai berikut :

“Adakah Pengaruh yang Signifikan Antara Pemberdayaan Aparatur Terhadap Efektivitas Pelayanan Publik pada Kantor Camat Merbau Kabupaten Bengkalis”


(6)

C. Tujuan Penelitian.

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hubungan Pemberdayaan Aparatur terhadap Efektivitas Pelayanan Publik pada kantor Camat Merbau Kabupaten Bengkalis.

2. Untuk mengetahui adakah pengaruh Antara pemberdayaan aparatur dengan Efektivitas Pelayanan Publik pada kantor Camat Merbau Kabupaten Bengkalis.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dilaksanakan ini adalah sebagai berikut :

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan karya ilmiah di bidang administrasi, khususnya administrasi negara (Publik).

2. Secara praktis :

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi pemberdayaan aparatur pada kantor camat merbau kabupaten bengkalis.

b. Bahan masukan bagi evaluasi pemberdayaan aparatur pada kantor camat merbau kabupaten bengkalis

c. Dapat dijadikan dasar penelitian yang lebih mendalam terhadap pemberdayaan aparatur pada kantor camat merbau kabupaten bengkalis


(7)

E. Kerangka Teori

Berdasarkan rumusan diatas, maka dalam bagian ini penulis akan mengemukakan teori, pendapat, gagasan yang akan menjadi titik tolak landasan berfikir dalam penelitian ini

1. Pemberdayaan Aparatur.

Konsep tentang pemberdayaan telah diterima dan digunakan, mungkin dengan pengertian dan persepsi yang berbeda satu dengan lainnya.pemakaian konsep tersebut secara kritikal meminta adanya telaah yang sifatnya mendasar dan jernih

Menurut Webster dalam Oxford English Dictionary (Sedarmayanti, 2003:144) kata “Empower” mengandung dua arti. Pengertian pertama adalah to give or authority to, dan pengertian kedua to give ability to or enable. Dalam pengertian pertama, diartikan sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuasaan, atau mendelegasikan otoritas kepada pihak lain.sedangkan dalam pengertian kedua, diartikan sebagai upaya untuk memberi kemampuan atau keberdayaan.

Paul (dalam Sedarmayanti, 2003:145) menjelaskan bahwa pemberdayaan berarti menghilangkan batasan birokratis yang mengkotak-kotakkan orang dan membuat mereka menggunakan seefektif mungkin keterampilan, pengalaman, energi dan ambisinya. Ini berarti memperkenankan mereka untuk mengembangkan suatu perasaan memiliki bagian-bagian dari proses, khususnya yang menjadi tanggung jawab mereka. Sementara pada waktu yang sama menuntut mereka menerima suatu bagian tanggung jawab dan kepemilikan yang lebih luas dari keseluruhan proses.

Sedangkan Nisjar (dalam Sedarmayanti 2003:146) menyatakan bahwa pemberdayaan organisasi dapat dilakukan melalui pendelegasian wewenang (pemberian wewenang, sehingga diharapkan organisasi lebih fleksibel, efektif, inovatif, kreatif, etos kerja tinggi, yang pada akhirnya produktivitas organisasi menjadi meningkat.


(8)

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan itu adalah pemberian otonomi dan kewenangan kepada seorang pegawai untuk lebih mandiri dan fleksibel dalam mengerjakan tanggung jawab yang diberikan dan tidak merasa terkekang dari apa yang mereka yang seharusnya mereka dapatkan serta menumbuhkan sikap memiliki dan menjadi bagian dari apa yang mereka kerjakan.

Dalam Undang-Undang No 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Di Indonesia dinyatakan bahwa pegawai negeri sipil adalah unsur aparatur negara dan abdi masyarakat yang berfungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat secara professional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan negara, pemerintahan dan pembangunan. Dan didalam pengertian ini dapat dilihat bahwa tugas utama aparatur itu adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat sebagaimana yang telah diamanatkan oleh undang-undang dengan secara sadar dan bertanggung jawab dan tidak menyalahgunakan kewenangan yang diberikan untuk kepentingan diri sendiri, kelompok maupun golongan tertentu.

Pegawai Negeri Sipil menurut Salam (2004:175) adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selanjutnya Tayibnapsis (dalam Kurniawan, 2005:96), aparatur pemerintah adalah kumpulan manusia yang mengabdikan pada kepentingan negara dan pemerintahan dan berkedudukan sebagai pegawai negeri. Sedangkan menurut Moerdiono (dalam Kurniawan, 2005:96) aparatur pemerintah adalah seluruh jajaran pelaksana pemerintah yang memperoleh kewenangannya berdasarkan pendelegasian dari Presiden Republik Indonesia


(9)

pembangunan. Aparatur harus menjadi saluran pengabdian dan pelayanan kepentingan umum dan bukan penyalahgunaan kekuasaan dan golongan tertentu.

Dari aparat negara dan atau aparatur pemerintah, diharapkan atau dituntut adanya kemampuan baik berupa pengetahuan, keterampilan, serta perilaku yang memadai, sesuai dengan tuntutan pelayanan dan pembangunan sekarang ini, Handayaningrat (dalam Kurniawan,2005:96).

Dan pengertian yang lengkap tentang pemberdayaan aparatur di jelaskan oleh Tjiptono (http://www.pascaunhas.net/jurnal-pdf) dimana pemberdayaan aparatur adalah upaya memberikan otonomi, wewenang dan kepercayaan kepada setiap individu dalam suatu organisasi, serta mendorong mereka untuk kreatif agar dapat merampungkan tugasnya sebaik mungkin. Dan untuk mewujudkan pemberdayaan yang dimaksud, maka telah dibuat undang - undang yang mengatur mengenai kepegawaian yang meliputi pengadaan, pengembangan, pembinaan, penggajian dan pengawasan.

1. Rekrutmen dan Pengadaan

Rekrutmen atau pengadaan adalah merupakan fungsi administrasi kepegawaian. rekrutmen pegawai merupakan follow up dari fungsi analisis jabatan. Dan hasil analisis jabatan yang diperoleh tentang informasi pekerjaan/jabatan dan syarat-syarat pekerjaan /jabatan yang menjadi dasar untuk melakukan rekrutmen dan pengadaan pegawai.

Rekrutmen adalah suatu proses mencari pegawai yang berkualitas untukmengisi

jabatan/pekerjaan yang lowong.Proses rekrutmen dimulai dari mencari pelamar dan diakhiri ketika pelamar mengirimkan/masukkan lamarannya dalam suatu organisasi.

Pengadaan pegawai negeri sipil adalah mengisi formasi lowongan dalam suatu satuan organisasi negara. Pengadaan PNS dilakukan berdasarkan kebutuhan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Pada umumnya pengadaan disebabkan oleh dua hal yaitu adanya pegawai negeri sipil yang berhenti dan adanya perluasan organisasi.


(10)

Pengadaan pegawai negeri sipil menggunakan pendekatan “Zero Growth” yaitu pengadaan yang dilakukan hanya untuk menggantikan pegawai yang telah berhenti atau pensiun. Dengan demikian pengadaan PNS tidak harus dilakukan setiap tahun.dan lembaga yang wewenang untuk merekrut pegawai sipil adalah Badan Kepegawaian Negara, Badan Kepegawaian Daerah dan MENPAN.

Setiap warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan mempunyai kesempatan untuk sama melamar dan diangkat menjadi PNS. Dan pengadaan PNS semata-mata didasarkan atas syarat-syarat objektif yang telah ditentukan dan dan tidak boleh didasarakan atas diskriminasi jenis kelamin, golongan, agama, suku dan lain sebagainya. Untuk menjamin objektifitas dan keseragaman dalam pelaksanaan, maka dikeluarkan Peraturan Pemerintah No 11 tahun 2002 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil.

2. Pengembangan ( Pendidikan dan Latihan )

Hasil penelitian menunjukkan pendidikan pegawai berkorelasi positif dengan kinerja pegawai. Oleh karena itu, oleh karena itu setiap organisasi tidak boleh mengabaikan tingkat pendididikan pegawainya (Revida, 2008:83).

Pendidikan berupaya meningkatkan pengetahuan umum, teori-teori yang berkaitan dengan pekerjaan serta menumbuhkan sikap yang positif terhadap pekerjaan para pegawai. Dengan tingkat pendidikan yang baik, maka pegawai dapat menjawab bagaimana dan mengapa terhadap suatu pekerjaan.

Pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan kerja pegawai dalam melakukan pekerjaan. Pelatihan pegawai lebih mengarah pada peningkatan teknis operasional pekerjaan. Dengan demikian, pelatihan lebih bersifat praktek tehadap pekerjaan yang akan dilakukan agar


(11)

Pendidikan dan pelatihan PNS adalah suatu proses meningkatkan pengetahuan, teori-teori yang berkaitan dengan pekerjaan dan keterampilan seorang PNS agar tujuan pemerintahan dapat tercapai dengan maksimal. Untuk meningkatkan kualitas kerja PNS sebagai abdi masyarakat, dan bangsa perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan (diklat). Pendidikan dan Pelatihan kepemimpinan PNS dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000 dengan tujuan sebagai berikut :

a. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan sikap PNS untuk dapat melaksanakan tugas jabatan struktural eselon I, II, III dan IV secara profesional dengan dilandasi kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi.

b. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai inovator dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa.

c. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat.

d. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya good governace.

Jika dilihat dari tujuan Pendidikan dan Pelatihan diatas, tampak bahwa Pendidikan dan Pelatihan PNS untuk meningkatkan kompetensi PNS. Kompetensi adalah kemampuan dam karakteristik yang dimiliki oleh seorang PNS, berupa wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya.

Sasaran diklat kepemimpinan adalah terwujudnya pegawai negeri sipil yang memiliki yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan jabatan struktural eselonnya. Kompetensi jabatan PNS adalah kemampuan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelayan masyarakat.


(12)

3. Pembinaan

Menurut Podo dan Sullivan (dalam Revida, 2008) kata “bina dan membina” merupakan sinonim dari kata inggris to build up (membangun, mendirikan), to develop (mengembangkan) dan to cultivate (memelihara). Kata pembinaan dianggap memiliki arti yang hampir sama dengan kata membimbing atau mengarahkan.

Pembinaan menginginkan adanya kemajuan, peningkatan, perubahan, evolusi atas berbagai kemungkinan, berkembang, atau peningkatan atas sesuatu yang diharapkan. Pengertian diatas mengandung dua hal, yaitu pertama, bahwa pembinaan itu sendiri bisa berupa tindakan, proses yang dilakukan dan kedua, pembinaan bisa menunjukkan pada perbaikan atas sesuatu kearah yang lebih baik (Revida, 2008:43).

Menurut Raharjo (dalam Revida, 2008:44) dipandang dari sisi manajemen sumber daya manusia, pembinaan adalah upaya untuk menaikkan potensi dan kompetensi individu melalui pendidikan formal maupun informal. Pembinaan menurut pengertian ini bertujuan untuk menggali potensi dan kompetensi pegawai. Potensi dan kompetensi pegawai perlu terus dibina agar dapat meningkatkan kualitas kerja.

Dalam konteks pembahasan administrasi kepegawaian, pembinaan pegawai diartikan sebagai proses pembentukan sosok pegawai yang dinginkan organisasi. Kegiatannya menurut Tayibnapis (dalam Revida, 2008:46) meliputi sikap mental yang loyal dan setia pada pemerintah dan Negara yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945. serta peningkatan keterampilan dan kecakapan melaksanakan tugas oganisasi. Dan menurut Tayibnapis (dalam Revida, 2008:46) mengakui bahwa langkah tersulit dalam pembinaan PNS adalah mengubah sikap mental dan meningkatkan kemampuannya. Maka jelaslah bahwa pembinaan, pada dasarnya


(13)

Thoha mengutip pendapat Pigors (dalam Revida,2008:47) yang meyatakan bahwa pembinaan pegawai bisa dilakukan dengan memperhatikan tiga prinsip dasar kepegawaian, yaitu : penggunaan kepegawaian secara efektif, dijamin pengembangan karier semaksimal mungkin, dan diperoleh jaminan kesejahteraan hidup yang layak.dan pembinaan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk sosok pegawai yang memiliki sikap dan perilaku, serta kemampuan sesuai yang diharapkan organisasi.

Pembinaan pegawai secara efektif memerlukan perencanaan kebutuhan pegawai yang matang. Formasi pegawai harus ditetapkan secara matang, terencana dan sesuai dengan kebutuhan riil di lapangan. Setiap tahun harus dilakukan evaluasi baik melalui penelitian maupun pengawasan terhadap kebutuhan dan efektivitas kerja pegawai negeri sipil. Jaminan pengembangan harus dilaksanakan secara baik. Yang tejadi hingga saat ini adalah seorang pegawai negeri sipl mengetahui masuk PNS dan kapan pensiunnnya. Tetapi tidak mengetahui secara pasti nasib pengembangan dirinya setelah menjadi PNS (Revida, 2008:48)

Sastrohadiwiryo (dalam Revida,2008:48) menguraikan dua jenis pembinaan, yaitu pembinaan moral kerja dan pembinaan disiplin kerja. Sedangkan, Saydam (dalam Revida,200:48) menjelaskan bahwa bentuk pembinaan yang harus dilakukan terhadap pegawai antara lain, yaitu pembinaan mental dan spiritual, pembinaan loyalitas, pembinaan hubungan kerja, pembinaan moril dan semangat kerja, pembinaan disiplin kerja, pembinaan kesejahteraan dan pembinaan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi dimasa yang akan datang.

4. Penggajian dan Kesejahteraan Pegawai.

Sistem penggajian pegawai negeri sipil dapat dibedakan kedalam dua sistem, yaitu sistem skala tunggal dan sistem skala ganda

Sistem skala tunggal adalah sistem penggajian yang memberikan gaji yang sama kepada pegawai yang berpangkat sama dengan tidak atau kurang memperhatikan sifat pekerjaan yang


(14)

dilakukan dan beratnya tanggung jawab yang dipikul dalam melaksanakan pekerjaan itu. Sedangkan skala ganda adalah sistem penggajian yang menentukan besarnya gajibukan didasarkan pada pangkat saja tetapi juga didasarkan kepada sifat pekerjaan yang dilakukan, prestasi kerja ynag dicapai dan beratnya tanggung jawab yang dipikul dalam melaksanakan pekerjaan itu ( Revida, 2008:147).

Kebijaksanaan penggajian Pegawai Negeri Sipil yang berlaku hingga saat ini adalah mengarah pada sistem skala gabungan. Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2003 telah ditetapkan gaji pokok PNS menganut sistem skala tunggal.

Hal lain yang penting menyangkut masalah kesejahteraan pegawai disamping kepangkatan dan penggajian adalah masalah cuti. Dimana masalah cuti pegawai ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1976 yang mana pihak yang berwenang memberikan cuti kepada Pegawai Negeri Sipil adalah Gubernur, Bupati/Walikota terhadap PNS yang berada di lingkungannya masing-masing.adapun jenis-jenis cuti adalah sbb:

1. Cuti tahunan, yaitu cuti yang diberikan kepada setiap PNS yang bekerja sekurang-kurangnya satu tahun secara terus menerus.lamanya cuti tahunan adalah 12 hari kerja dan tidak dapat dipecah-pecah hingga jangka waktu yang kurang dari 3 hari kerja.

2. Cuti besar, perhitungan atas hak cuti besar bagi PNS yang telah selesai menjalan cuti diluar cuti tanggungan negara, dihitung mulai tanggal PNS aktif kembali menjalan tugasnya sebagai PNS

3. Cuti sakit, setiap PNS yang menderita sakit berhak atas cuti sakit. 4. Cuti bersalin, Pegawai Negeri Sipil wanita berhah atas cuti bersalin.


(15)

6. Cuti diluar tanggungan Negara. 5. Pengawasan Pegawai Negeri Sipil.

Setiap kegiatan dalam unit kerja selalu diperlukan fungsi manajemen. Salah satu fungsi manajemen yang sangat menetukan pencapaian tujuan adalah pengawasan, untuk mengadakan penilaian, pengendalian sekaligus mengadakan tindakan koreksi. Didalam arti pengawasan bukan merupakan alat untuk mencari kesalahan tetapi merupakan prasarana untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan penyelewengan yang mungkin terjadi.pengawasan yang dimaksudkan adalah untuk memonitor, mencegah secara dini agar pelaksanaan kerja yang dibebankan kepada pegawai dapat dipertanggung jawabkan.

Dan berbicara mengenai pengawasan dalam administrasi kepegawaian terdapat dua hal pokok yang mennjadi barometer kearah terwujud aparatur yang cakap dan berwibawa dalam tugasnya sebagai abdi negara yaitu penegakan disiplin pegawai dan memberikan penilaian dalam pelaksanaan pekerjaan.

Disiplin berangkat dari pandangan bahwa tidak ada manusia yang sempurna, luput dari kesalahan dan kekhilafan. Demikian halnya dengan pegawai bahwa tidak ada pegawai yang sempurna. Menurut Saydam (dalam Revida,2008:102) disipilin adalah kemampuan untuk menguasai diri sendiri dan melaksanakan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bersama. Ahli lain menggunakan istilah lain, yaitu kesadaran dan kesediaan sesorang menaati semua peraturan organisasi dan norma sosial yang berlaku Hasibuan (dalam Revida,2008:102). Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi, seseorang akan mematuhi /mengerjakan tugasnya dengan baik tanpa paksaan.

Dalam praktek kerja sehari-hari, disiplin pegawai negeri sipil tampak pada kepatuhan PNS dalam yaitu:


(16)

1. mentaati jam kerja masuk dan jam kerja pulang 2. mematuhi segala peraturan/prosedur yang ada

3. mematuhi pemakaian pakaian seragam lengkap dengan atribut dan tanda pengenalnya setiap hari

4. mengikuti kegiatan upacara seremonial yang diwajibkan misalnya apel pagi dan pulang kerja.

5. bersikap dan bertingkah laku sopan dan ramah terhadap semua orang baik sesama pegawai, pimpinannya maupun anggota masyarakat yang menerima layanan.

Menurut Hasibuan (dalam Revida, 2008:105) indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi, diantaranya: tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, pengawasan melekat, sanksi hukuman, ketegasan dan hubungan kemanusiaan. Dan beberapa ahli umumnya membagi disiplin dalam organisasi kedalam dua jenis, yaitu disiplin preventif dan disiplin korektif

1. Disiplin preventif adalah tindakan disiplin yang dilakukan untuk mendorong pegawai mentaati berbagai peraturan yang berlaku dan memenuhi standar yang telah ditetapkan 2. Disiplin korektif adalah suatu tindakan yang dilakukan setelah terjadinya terjadinya

pelanggaran peraturan atau ketentuan yang berlaku. Tindakan ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya pelanggaran lebih lanjut sehingga tindakan dimasa datang sesuai dengan standar.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 telah diatur dengan jelas kewajiban yang harus ditaati dan larangan yang tidak boleh dilanggar oleh setiap PNS yang melakukan pelanggaran disiplin.


(17)

Selain dari itu juga dalam usaha untuk lebih menjamin objektifitas dalam pembinaan PNS berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja, maka telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil.

Penilaian pelaksanaan pekerjaan PNS adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan pegawai negeri sipil. Penilaian tersebut dituangkan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3). Yang berwenang membuat penilaian pelaksanaan pekerjaan PNS adalah Pejabat Penilai yaitu atasan lansung dari pegawai Negeri sipil yang bersangkutan (Revida 2008:70)

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penilaian kinerja pegawai bagi organisasi adalah penyesuaian kompensasi, perbaikan kinerja, kebutuhan latihan dan pengembangan, pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan, pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja, dan untuk kepentingan penelitian kepegawaian dan membantu diagnosis terhadap kesalahan disain pegawai.Sulistiyani dan Rosidah (dalam Revida, 2008:71)

Tujuan DP3 pegawai negeri sipil adalah untuk memperoleh untuk memperoleh bahan-bahan pertimbangan yang objektif dalam pembinaan PNS berdasarka sistem karir dan sistem prestasi kerja. Secara umum penilaian pelaksanaan pekerjaan diukur dengan kriteria: 1) kualitas, 2) kuantitas, 3) ketepatan, 4) penghematan biaya, dan 5) kemandirian atau otonom dalam bekerja.

Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan PNS kemudian dituangkan dalam suatu daftar yang disebut DP3 Pegawai Negeri Sipil. Dan DP3 PNS harus dibuat seobjektif mungkin oleh atasan lansung PNS berdasarkan data dan buku catatan yang menyangkut perilaku PNS. Untuk itu, setiap pejabat yang berwenang membuat Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan berkewajiban membuat dan memelihara catatan mengenai PNS yang berada di lingkungannya masing-masing. Revida (2008:72)


(18)

2. Efektivitas Pelayanan Publik

Dilihat dari segi keberhasilan bahwa organisasi yang berhasil mencapainya tujuannnya, namun belum tentu terlaksana dengan efektivitas kerja yang baik.

Kata efektivitas berarti tercipta sasaran atau tujuan sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya. Putra dan Arif (2001:18) mendefenisikan efektivitas secara sederhana yaitu kemampuan melakukan sesuatu secara tepat pada sasaran ( doing the right things )

Argris (dalam Tangkilisan,2005:139) mendefenisikan efektivitas sebagai keseimbangan atau pendekatan secara optimal pada pencapaian tujuan, kemampuan dan pemanfaatan tenaga manusia.

Stoner (dalam Kurniawan,2005:106) menekankan pentingnya efektivitas organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi dan efektivitas adalah kunci dari kesuksesan suatu organisasi.

Disimpulkan bahwa tingkat efektivitas organisasi menunjukkan pada tingkat jauh organisasi melaksanakan kegiatan atau fungsi-fungsi sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan menggunakan secara optimal alat-alat dan sumber-sumber yang ada. Berarti bicara mengenai efektivitas organisasi ada dua aspek di dalamnya yaitu 1) tujuan organisasi dan 2) pelaksanaan fungsi atau cara untuk mencapai tujuan tersebut. Kurniawan (2005:106)

3. Pelayanan Publik.

a. Pengertian Pelayanan Publik

Dalam konteks pelayanan umum, dikemukakan bahwa pelayanan umum adalah mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan publik, mempersingkat waktu pelaksanaan urusan publik dan memberikan kepuasan kepada publik.Kurniawan (2005:7). Senada dengan itu, Moenir ( dalam kurniawan,2005:7) mengemukakan bahwa pelayanan publik adalah


(19)

melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya.

Pengertian yang lebih lengkap dapat dikutip dari Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa pelayanan publik adalah segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, daerah dan lingkungan badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah dalam bentuk barang dan jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dari beberapa pengertian dan uraian diatas dapat dilihat bahwa pelayanan publik dilaksanakan oleh pemerintah, dalam arti barang publik dan jasa publik adalah tanggungjawab pemerintah melalui instansinya dari pusat ke daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau pelaksanaan peraturan tertentu. Pelayanan publik berupa barang atau jasa tidak berorientasi profit. Artinya pelayanan publik dilaksanakan bukan untuk meningkatkan margin keuntungan tetapi untuk kepuasan dari masyarakat sebagai pelanggan. Pelayanan publik diusahakan dengan biaya terendah supaya dapat dijangkau oleh golongan paling tidak mampu. Karena perlu diingat bahwa pelayanan publik harus dapat dinikmati secara keseluruhan.

Penyelenggaraan pelayanan publik menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003 tentang pedoman umum pelayanan publik yang kemudian dikembangkan menjadi 14 unsur yang relevan, valid dan reliabel sebagaimana tertuang didalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No 25 tahun 2004 tentang indeks kepuasan masyarakat mengatur beberapa hal penting menyangkut pelayanan publik yang mengandung sendi-sendi :


(20)

a. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.

b. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya.

c. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaaan dan kepastian petugas yang memberikan pelayanan

d. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

e. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan.

f. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan / menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat.

g. Kecepatan pelayanan,yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyeleggara pelayanan.

h. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan masyarakat yang dilayani.

i. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati.

j. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang di tetapkan oleh unit pelayanan

k. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan.

l. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

m. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana yang bersih, rapi, teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman bagi penerima pelayanan.

n. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan. adapun penjelasannya adalah sbb:

Sebagaimana diketahui bahwa aparatur pemerintah merupakan pelayanan bagi masyarakat. Jadi aparatur pemerintah dalam hal ini adalah PNS dituntut untuk lebih bersungguh-sungguh untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang telah diamanatkan kepadanya dengan baik, sehingga apa yang menjadi tujuan dan sasaran akan terlaksana dengan maksimal yakni sebagai pelayan bagi masyarakatnya dan bukan untuk dilayani. Didalam keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur negara No 25 Tahun 2004 telah dijelaskan beberapa hal penting yang


(21)

pelayanan yang sederhana dan tidak berbelit adalah idaman setiap orang. Karena dengan adanya prosedur yang jelas akan memudahkan bagi setiap penerima pelayanan dan tentunya akan berdampak bagi kelancaran pelaksanaan pelayanan itu sendiri. Oleh itu karena itu, setiap pemberi pelayanan hendaknya bersikap jujur dan terbuka terhadap prosedur yang semestinya harus dilewati tanpa menutup-nutupi.

Disamping itu juga, hal lain yang berkaitan dengan prosedur pelayanan adalah mengenai persyaratan pelayanan. Syarat merupakan hal penting yang harus diperhatikan, karena syarat menentukan pelayanan jenis apa yang harus diberikan dan kejelasan persyaratan tentunya akan memudahkan petugas dan penerima pelayanan itu sendiri. Misalnya syarat untuk membuat KTP seperti pas foto, kartu keluarga dan syarat seperti ini harus dijelaskan oleh petugas yang bersangkutan kepada setiap orang yang akan membuat KTP agar mereka mengerti dan menyiapkan sebagaimana mestinya.

Setiap urusan dalam masalah birokrasi tentunya telah ada petugas-petugas yang diangkat dan diberikan wewenang sesuai dengan pangkat dan golongannya. Tujuannya tidak lain adalah agar ada kejelasan dan kepastian dalam pemberian pelayanan nantinya misalnya menyangkut nama, jabatan serta tanggung jawab. Jadi ini penting untuk memudahkan penerima pelayanan untuk menuju kepada petugas mana ia harus berurusan dan tidak perlu menunggu-nunggu lagi yang akan membuat waktu terbuang hanya untuk menanyakan kepada pegawai mana ia harus berurusan.

Setiap orang tentunya telah mengetahui bahwa kesungguhan adalah kunci keberhasilan dan tanpa kesungguhan tentunya segala sesuatu yang dilakukan tidak akan berhasil sebagaimana yang diharapkan. Dalam pelayanan publik, kesungguhan itu tercermin dari kedisiplinan petugas pelayanan terhadap konsistensi waktu sudah ditetapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Petugas yang sadar bahwa disiplin itu penting tentunya tidak menyia-nyiakan waktu yang ada


(22)

untuk melakukan tugas yang diemban kepadanya. Hal ini tidak lain karena jika ia mengulur-ulur waktu dalam pelaksanaan pelayanan tentunya akan berakibat buruk bagi dirinya sendiri dan menjadi beban yang harus ditanggung khususnya dalam penyelesaian pekerjaan yang lainnya.

Dalam setiap aktivitas yang dilakukan tentunya akan mengakibatkan sebuah konsekwensi yang harus diterima dan harus dipertanggung jawabkan tidak mengira baik ataupun buruk. PNS sebagai abdi negara dan abdi masyarakat hendaknya menanamkan nilai kesadaran yang tinggi akan pentingnya tanggung jawab itu. Karena dengan adanya rasa tanggung jawab setiap kesalahan yang dilakukan dalam proses pelayanan tidak akan pernah dilemparkan kepada orang lain yang memang bukan hak dia untuk menanggungnya.

Hal lain yang berhubungan dengan tanggung jawab ini adalah kemampuan petugas pelayanan. karena tanggung jawab itu hadir apabila ada pekerjaan yang dilakukan yang memang membutuhkan keahlian dan keterampilan sebagaimana mestinya. Petugas yang terampil dan mampu melaksanakan tugas dengan baik akan memberikan dampak yang positif dengan hasil pekerjaan yang dilakukan dan membuat penerima pelayanan merasa puas terhadap layanan yang diberikan dan sesuai target waktu penyelesaian yang sudah dijanjikan oleh unit penyelenggara pelayanan.

Kecepatan dalam pelayanan adalah hal yang sangat penting mengingat dengan pelayanan yang cepat akan memperoleh dan sesuai dengan waktu akan membuat penerima layanan merasa senang dan tentunya ini akan menimbulkan rasa saling percaya antara yang melayani dengan yang dilayani.

Keadilan dalam memberi dan mendapatkan layanan adalah hal mutlak yang harus dilakukan . dengan memberikan rasa keadilan kepada semua orang yang akan dilayani tentunya


(23)

memberi rasa keadilan adalah sebuah nilai yang harus selalu dipertahankan dan selalu dijunjung tinggi oleh para aparatur negara.

Bersikap sopan dan ramah serta saling menghormati dalam pelayanan tentunya akan menimbulkan rasa kekerabatan diantaranya pemberi dan penerima layanan. Misalnya jika ada masyarakat yang datang berurusan maka petugas hendaknya mengucapkan salam dan memberikan senyuman serta menanyakan keperluannya apa sudah tentu ini menunjukkan sikap bahwa kami siap melayani anda. Setiap petugas pelayanan hendanya menyadari bahwa ini harus dibiasakan. Karena, bersikap sopan dan ramah membuat penerima layanan senang dan terhibur dengan prilaku yang telah ditunjuk oleh petugas tersebut.

Didalam pelayanan memang membutuhkan biaya yang dibebankan kepada penerima layanan dan biasanya disebut dengan biaya administrasi. Akan tetapi,perlu diperhatikan juga bahwa tidak semua orang yang berurusan itu memiliki tingkat ekonomi yang sama misalnya antara orang mampu membayar dengan orang yang tidak mampu membayar. Jadi, didalam memberikan pelayanan penetapan biaya itu hendaknya harus bisa dijangkau oleh semua kalangan baik kalangan atas, sedang maupun bawah.

Kepastian biaya dalam pelayanan publik adalah hal penting. Karena dengan biaya yang pasti dan dan sesuai dengan apa yang telah ditentukan maka akan memudahkan bagi penerima layananan untuk membayar sejumlah uang bagi suatu jenis layanan misalnya layanan untuk pengurusan akte kelahiran tanpa harus memikirkan berapa biaya yang akan dibayar nantinya. Kepastian biaya pelayanan ini hendaknya harus dijelaskan oleh petugas pelayanan sebelum melakukan tugas pelayanan secara transparan.

Kepastian waktu dalam pelayanan harus selalu menjadi ukuran dalam pelaksanaan kerja. Sebab, waktu yang pasti dan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan akan membuat kerja menjadi lebih efektif. Pelayanan yang diberikan secara tepat waktu akan membuat penerima


(24)

layanan tidak perlu bertanya lagi kapan urusan ini akan selesai bila ada kepastian waktu yang jelas dari petugas pelayanan. oleh karena itu, aparat dituntut untuk bisa memanfaatkan waktu dengan baik dalam penyelesaian tugas dan sewaktu penerima layanan datang untuk mengambil apa yang yang menjadi kebutuhannya sudah selesai sebagaimana yang dijanjikan.

Lingkungan yang nyaman dan bersih merupakan idaman setiap orang. Aspek kenyamanan dalam pelaksanaan pelayanan harus selalu menjadi prioritas oleh petugas pemberi layanan kepada penerima layanan misalnya penyediaan ruang tunggu dan tempat duduk yang memadai bagi masyarakat yang berurusan. Tempat yang nyaman ditambah lagi dengan keramahan petugas akan menjadikan suasana lebih harmonis berdampak kepada kelancaran suatu urusan.

Keamanan dalam layanan adalah tugas wajib pemberi layanan. Dengan memberi rasa aman penerima layanan tentunya akan mengurangi resiko-resiko yang ditimbulkan dalam proses layanan tersebut. Hal ini bisa dicontohkan terjaminnya kendaraaan bermotor dari pencuri dan untuk menjaga ini agar tetap aman, maka petugas pelayanan menyediakan tempat parkir yang memadai serta di jaga oleh pegawai yang di tunjuk.

Dan dapat disimpulkan bahwa efektivitas Pelayanan Publik adalah proses pelaksanaan pelayanan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat dengan segala kemampuan yang dimiliki dan bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat secara keseluruhan berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku

4. Bentuk-Bentuk Pelayanan Publik

Pemerintah melalui lembaga dan segenap aparaturnya bertugas menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kepada mereka. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah terdiri dari berbagai macam bentuk.


(25)

Menurut Moenir (1992 : 190 -196) bentuk pelayanan ada tiga macam yaitu : 1. Pelayanan dengan lisan

Pelayanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas bidang hubungan masyarakat (humas), bidang layanan informasi dan bidang-bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada masyarakat mengenai berbagai fasilitas layanan yang tersedia.

Agar layanan lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku pelayanan, yaitu :

a) Memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam bidang tugasnya.

b) Mampu memberikan penjelasan apa-apa saja yang perlu dengan lancar, singkat tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh kejelasan mengenai sesuatu c) Bertingkah laku sopan dan ramah.

d) Meski dalam keadaan sepi tidak berbincang dan bercanda dengaa sesama pegawai, karena menimbulkan kesan tidak disiplin dan melalaikan tugas.

2. Pelayanan dengan tulisan.

Dalam bentuk tulisan, layanan yang diberikan dapat berupa pemberian penjelasan kepada masyarakat dengan penerangannya berupa tulisan suatu informasi mengenai hal atau masalah yang sedang terjadi. Pelayanan melalui tulisan terdiri dari dua macam, yaitu :

a) Layanan yang berupa petunjuk, informasi dan sjenis yang ditujukan pada orang-orang yang berkepentingan agar memudahkan mereka dalam berurusan dengan insatansi atau lembaga. b) Pelayanan yang berupa reaksi tertulis ata permohonan, laporan, keluhan, pemberitahuan dan

lain sebagainya.

3. Pelayanan berbentuk perbuatan.

Pelayanan dalam bentuk perbuatan adalah pelayanan yang diberikan dalam bentuk perbuatan atau hasil perbuatan, bukan sekadar kesanggupan dan penjelasan secara lisan.


(26)

Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.63 Tahun 2003, pelayanan publik dibagi berdasarkan 3 kelompok, yaitu :

a) Kelompok pelayanan Administratif, yaitu bentuk pelayanan yang menghasilkan berbagai macam dokumen resmi yang dibutuhkan oleh masyarakat atau publik. Misalnya status kewarganegaraan, sertifikat, kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang, dan lain-lain.Dokumen-dokumen ini antara lain KTP, Akte kelahiran, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor, Surat Tanda Nomor Kendaraan, dan lain-lain.

b) Kelompok pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang yang digunakan public. Misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga listrik, air bersih, dan lain-lain.

c) Kelompok pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan publik. Misalnya pendidikan, pelayanan kesehatan, penyelenggaraan transportasi, dan lain-lain

Dalam konteks ini pelayanan yang dimaksudkan adalah pelayanan masyarakat yang merupakan bantuan atau pertolongan yang diberikan pemerintah atau organisasi publik kepada masyarakat secara materi maupun non materi.

Berbicara tentang pelayanan yang diberikan pemerintah tentunya tidak telepas dari pelayanan pada sektor publik karena umumnya pelayanan yang diberikan pemerintah itu dalam bidang/sektor yang menyangkut kepentingan umum misalnya, KTP. Kartu keluarga dan lain sebagainya.


(27)

E. Standar Pelayanan Publik.

Setiap penyelengaraan pelayanan publik harus mempunyai standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan publik merupakan ukuran yang dilakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi ataiu penerima pelayanan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003 tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik, standar pelayanan publik sekurang-kurangnya meliputi :

a. Prosedur pelayanan

Prosedur pelayanan yang dilakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan

b. Waktu penyelesaian

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.

c. Biaya pelayanan

Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.

d. Produk pelayanan

Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. e. Sarana dan prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik.

f. Kompetensi petugas pemberi pelayanan publik.

Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan publik.

Ada beberapa masalah pokok dari pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, Menurut Sofyan Assauri (1999: 178) dimana faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan tersebut adalah :

1. Tingkah laku yang sopan 2. Cara penyampaian


(28)

4. Keramah-tamahan

Sementara itu suatu pelayanan yang komprehensif yang diberikan oleh aparatur pemerintah dapat dilakukan dengan memperhatikan unsur-unsur dari pelayan tersebut yaitu saat terjadinya interaksi antara aparatur pemerintah sebagai pemberi pelayanan dengan masyarakat sebagai penerima pelayanan.

Menurut Moenir (1992 : 88 -119) terdapat faktor-faktor yang mendukung pelayanan, antara lain sebagai berikut :

1. Faktor kesadaran

Yaitu kesadaran para pejabat serta petugas yang berkecimpung dalam kegiatan pelayanan. Kesadaran para pegawai pada segala tingkatan terhadap tugas yang menjadi tanggung jawabnya dapat membawa dampak yang sangat positif terhadap organisasi. Ini kan menjadi kesungguhan dan disiplin dalam melaksanakan tugasnya, sehingga hasilnya dapat diharapkan memenuhi standar yang ditetapkan.

2. Faktor aturan

Yaitu aturan dalam organisasi yang menjadi landasan kerja pelayanan. Aturan ini mutlak kebenarannya agar organisasi dan pekerjaan dapat berjalan teratur dan terarah. Oleh karena itu, harus dipahami oleh organisasi yang berkepentingan.

3. Faktor organisasi

Merupakan alat serta sistem yang memungkinkan berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan dalam usaha pencapaian tujuan

4. Faktor pendapatan

Yaitu pendapatan pegawai yang berfungsi sebagai pendukung pelaksanaan pelayanan. Pendapatan yang cukup akan memotivasi pegawai dalam melaksanakan pekerjaan yang baik. 5. Faktor keterampilan tugas.

Yaitu kemampuan dan keterampilan petugas dalam melaksanakan pekerjaan. Ada tiga yang harus dimiliki yaitu kemampuan manajerial, kemampuan teknis dan kemampuan untuk membuat konsep.

6. Faktor sarana

Yaitu sarana yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas atau pekerjaan layanan. Sarana ini meliputi peralatan, perlengkapan, alat bantu dan fasilitas lain yang melengkapi seperti fasilitas komunikasi.


(29)

7. Hubungan Pemberdayaan Aparatur dengan Efektivitas Pelayanan publik.

Kesiapan aparatur Pemerintah Daerah dalam melaksanakan otonomi daerah merupakan fase dari aktivitas di masa transisi yang mempunyai dimensi peran yang amat penting. Karena sukses tidaknaya suatu daerah dalam memasuki era pelaksanaan otonomi daerah sangat bergantung dari kualitas dan kesiapan yang telah dilakukan.

Penyerahan wewenang yang demikian besar dari Pemerintah kepada Pemerintah daerah dan masyarakat di daerah (desentralisasi) sebenarnya dimaksudkan untuk mendorong peningkatan kemampuan aparatur Pemerintah Daerah. Sebab, secara teoritik dengan penyerahan wewenang yang besar itu aparatur Pemerintah Daerah memiliki kesempatan yang luas untuk mengambil inisiatif dan mengembangkan kreativitasnya, mencari solusi terbaik atas masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugas sehari-hari khususnya dalam memberikan pelayanan masyarakat. Yudoyono (2003:119)

Selain dari itu juga, era otonomi daerah yang ditandai yang ditandai dengan pemberian yang lebih besar untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Salah satu tujuannya adalah untuk lebih mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Dan yang paling penting dalam pelayanan itu adalah memberikan pelayanan yang terbaik dan pelayanan yang terbaik baik tentunya didukung oleh kesiapan sumber daya manusia aparatur itu sendirinya.

Pemberdayaaan aparatur yang berarti memberikan memberikan kesempatan kepada seorang PNS untuk melakukan suatu aktivitas dengan kewenangan dan tanggungjawab yang dimilikinya. Menurut Tjiptono (http://www.pascaunhas.net/jurnal-pdf) pemberdayaan adalah upaya memberikan otonomi, wewenang dan kepercayaan kepada setiap individu dalam suatu organisasi serta mendorong mereka untuk lebih kreatif agar dapat merampungkan tugasnya sebaik mungkin. Dan pemberdayaan mengenai bidang kepegawaian ini meliputi pengadaan, pengembangan, pembinaan, penggajian, dan pengawasan.


(30)

Putra dan Arif (2001:18) mendefenisikan efektivitas secara sederhana yaitu kemampuan melakukan sesuatu secara tepat pada sasaran ( doing the right things)

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa pelayanan publik adalah segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, daerah dan lingkungan badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah dalam bentuk barang dan jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pada prinsipnya segala sesuatu itu dilakukan tentulah mempunyai tujuan yang akan dicapai dan mempunyai hasil sebagaimana yang diharapkan sebelumnya. Pemberdayaan aparatur yang diartikan sebagai pemberian kewenangan dan otonomi kepada seorang PNS dengan berbagai tahapan yang dilalui mulai dari pengadaan sampai pengawasan diharapkan mampu membentuk pribadi seorang abdi negara yang bisa melayani masyarakat secara maksimal. Membentuk sosok aparatur melalui proses pemberdayaan yang dilaksanakan tentunya memiliki hubungan yang erat dengan tujuan pelayanan publik itu sendiri yaitu memberikan kemampuan serta kewenangan kepada aparatur sebagai abdi negara dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang pelayanan secara keseluruhan dan bukan untuk satu golongan berdasarkan peraturan yang berlaku.

Pelayanan publik merupakan tugas dan kewajiban utama pemerintah yang merupakan wujud tanggung jawab pemerintah terhadap masyarakatnya. Dalam konstitusi Republik Indonesia hal tersebut tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alenia keempat, yang meliputi 4 (empat) aspek pelayanan pokok pemerintah terhadap masyarakat, yaitu melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan


(31)

aparatur pemerintah diharap terus berbenah diri kearah yang lebih baik. Sebab pemerintahan pada hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat

Menurut Napitupulu (2007:153) pelayanan bidang sipil dapat memuaskan masyarakat manakala civil servant atau aparatnya juga berkualitas yag didukung oleh budaya pemerintahan yang transparan, responsif, sensitif, akomodatif, akuntabel responsibel. Budaya pemerintah yang demikian, akan tercapai manakala secara sistemik diupayakan pemberdayaan SDM dan pengembangan organisasi birokrasi yang

diarahkan pada budaya pelayanan dengan prinsip total quality management F. Hipotesa

Hipotesa adalah jawaban sementara yang masih diuji kebenarannya. Berdasarkan konsep dan teori sebagaimana penulis kemukakan di atas, maka penulis akan mengemukakan hipotesis penelitian yakni “Ada Pengaruh Yang Signifikan Antara Pemberdayaan Aparatur Terhadap Efektivitas Pelayanan Publik.”

Jika :

Ha : ρ ≠ 0, “tidak sama dengan nol” berarti lebih besar dari nol atau (-) dari nol berarti ada pengaruhnya dan hipotesa ini dapat diterima.

Ho : ρ = 0, 0 berarti ini tidak ada pengaruhnya dan hipotesa ini ditolak G. Defenisi Konsep

1. Pemberdayaan Aparatur adalah upaya memberikan otonomi, wewenang dan kepercayaan kepada setiap aparatur dalam suatu organisasi pemerintah , serta mendorong mereka untuk kreatif agar dapat merampungkan tugasnya sebaik mungkin. Dan untuk mewujudkan pemberdayaan yang dimaksud, maka telah dibuat undang-undang yang mengatur mengenai kepegawaian yang meliputi pengadaan, pengembangan, pembinaan, penggajian dan pengawasan


(32)

2. Efektivitas Pelayanan Publik adalah proses pelaksanaan pelayanan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat dengan segala kemampuan yang dimiliki dan bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat secara keseluruhan berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

H. Defenisi Operasional

Kemungkinan lainnya suatu defenisi operasional merupakan spesifikasi kegiatan penelitian dalam mengukur suatu variabel. Maka penulis mengoperasionalkan konsep dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Pemberdayaan Aparatur dengan indikator :

a. Pengadaan pegawai negeri sipil adalah mengisi formasi lowongan dalam suatu satuan organisasi negara. Pengadaan PNS dilakukan berdasarkan kebutuhan baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

b. Pendidikan berupaya meningkatkan pengetahuan umum, teori-teori yang berkaitan dengan pekerjaan serta menumbuhkan sikap yang positif terhadap pekerjaan para pegawai.

Pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan kerja pegawai dalam melakukan pekerjaan. Pelatihan pegawai lebih mengarah pada peningkatan teknis operasional pekerjaan.

c. pembinaan pegawai diartikan sebagai proses pembentukan sosok pegawai yang dinginkan organisasi.dan kegiatannya meliputi sikap mental yang loyal dan setia pada pemerintah dan negara yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945.

d. Kebijaksanaan Penggajian Pegawai Negeri Sipil yang berlaku hingga saat ini adalah mengarah pada sistem skala gabungan. Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun


(33)

2003 telah ditetapkan gaji pokok PNS menganut sistem skala tunggal. Hal lain yang penting menyangkut masalah kesejahteraan dan penggajian adalah masalah cuti.

e. Pengawasan dalam administrasi kepegawaian terdapat dua hal pokok yang menjadi barometer kearah terwujud aparatur yang cakap dan berwibawa dalam tugasnya sebagai abdi negara yaitu penegakan disiplin pegawai dan memberikan penilaian dalam pelaksanaan pekerjaan. Disiplin berangkat dari pandangan bahwa tidak ada manusia yang sempurna, luput dari kesalahan dan kekhilafan.

Penilaian pelaksanaan pekerjaan PNS adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan pegawai negeri sipil.

2. Efektivitas pelayanan publik dengan indikator :

a. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan

b. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya.

c. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaaan dan kepastian petugas yang memberikan pelayanan

d. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberiakn pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

e. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan.

f. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan dan keterampilanyang dimiliki petugas dalam memberikan / menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat

g. Kecepatan pelayanan,yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyeleggara pelayanan.


(34)

h. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan masyarakat yang dilayani.

i. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati.

j. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang di tetapkan oleh unit pelayanan.

k. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan

l. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai denagn waktu yang telah ditetapkan.

m. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana yang bersih, rapi, teratur sehingga dapat memberikan rasa nayaman bagi penerima pelayanan.

n. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan oleh masyarakat.


(35)

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, karena penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh Pemberdayaan Aparatur terhadap Efektivitas Pelayanan Publik dengan pendekatan korelasional, yaitu menguji hubungan/pengaruh antar variabel.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Camat Merbau Kabupaten Bengkalis.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Sugiyono (2004: 90) memberikan pengertian bahwa : “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu. Maka yang menjadi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pegawai Kantor Camat Merbau yang berjumlah 30 orang dan masyarakat Merbau.

2. Sampel

Sedangkan menurut Sugiyono ( 2004 : 91) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Menurut Arikunto ( 2004: 109) sampel ialah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Untuk Pegawai Kantor Camat yang berjumlah 30 orang dipakai sampel jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sedangkan untuk masyarakat Kecamatan Merbau menggunakan sampling insendental, yakni teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yakni siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti yang dapat digunakan sebagai sampel, dan bila orang itu dipandang cocok sebagai sumber data dan untuk sampel dari masyarakat ini ditetapkan 35 orang.


(36)

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan data yang diperlukan, penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data Primer

Yaitu perolehan data melalui kegiatan penulis langsung kelokasi penelitian untuk mendapatkan data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yangn diteliti, kegiatan ini dilakukan dengan cara :

a. Kuisioner yaitu teknik pengumpulan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan (angket) kepada responden. Pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan tertutup, responden memilih jawaban yang telah disediakan.

b. Observasi yaitu pengumpulan data malalui pengamatan secara langsung kelokasi penelitian 2. Data sekunder Yaitu, cara pengumpulan data melalui studi kepustakaan, dokumentasi, dan bahan lain yang relevan dengan objek penelitian.

E. Teknik Pengukuran Skor

Instrumen penelitian sesuai dengan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini. penelitian ini menggunakan instrumen yang berbentuk quisioner adapun format jawaban dari quisioner menurut skala ordinal dengan Lima alternatif jawaban tiap alternatif itu diberikan skor.

Adapun skor dari setiap pertanyaan yang ditentukan sebagai berikut :

1. Untuk alternatif jawaban a diberi 5 2. Untuk alternatif jawaban b diberi 4


(37)

4. Untuk alternatif jawaban d diberi 2 5. Untuk alternatif jawaban e diberi 1

Kemudian untuk Uji Skoring pada data dan informasi dengan cara memberi skor pada data dan infomasi yang dianalisis dan kemudian dihitung kumulatif yang akhirnya dapat dihitung rata-rata persentasenya, hasilnya dapat digunakan untuk pengambilan kesimpulan yang dapat memberikan arahan terhadap saran atau rekomendasi sebagai upaya pemecah masalahnya. Faried Ali (1997:113)

Untuk mengetahui rata-rata skor dapat di gunakan rumus sebagai berikut:

Rata-rata = Jumlah Skor Jumlah Responden

Untuk mengetahui rata-rata persentase dari skor kita dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Rata-rata Persentase = Rata-rata Skor Jumlah Skala

F. Teknik Analisa Data

Korelasi sederhana digunakan untuk mengukur besarnya hubungan variabel bebas/Indevenden (X) dengan variabel terikat/Devenden (Y) Adalah korelasi Pearson Product Moment.

Penggunaan teknik korelasi seperti ini didasarkan atas sumber data yang diperoleh penulis serta adanya interval data yang berguna untuk melihat apakah jawaban responden tergolong Sangat Tinggi,Tinggi, Sedang, Rendah, Sangat Rendah.

1. Adapun rumus Koefisien Korelasi Pearson Produk Moment (dalam Anas Sudjiono, 1996:193) adalah sebagai berikut :


(38)

xy

r =

( )( )

( )

}

{

( )

{

2 2 2 2

}

. .

. .

y y

N x x

N

y x xy

N

Keterangan :

Rxy = Angka Indeks Korelasi “r” Pearson Product Moment

N = Populasi

xy = Jumlah perkalian antara skor x dan y

∑x = Jumlah skor x

∑y = Jumlah skor y

Untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Nilai r yang positif menunjukkan hubungan kedua variabel positif, artinya kenaikan nilai variabel yang satu diikuti oleh nilai variabel yang lain

b. Nilai r yang negatif menunjukkan hubugan kedua variabel negatif artinya menurunnya nilai variabel yang satu diikuti dengan meningkatnya nilai variabel yang lain

c. Nilai r yang sama dengan nol menunjukkan kedua variabel tidak menunjukkan hubungan, artinya variabel yang satu tetap meskipun yang lainnya berubah.

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi), digunakan penafsiran interprestasi angka yang dikemukakan oleh Sugiyono (2004:214), yaitu


(39)

Tabel 1. Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi Interpretasi Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah

Sedang Tinggi Sangat tinggi

Dengan nilai Rxy yang diperoleh, kita dapat melihat secara langsung melalui tabel

korelasi yang menguji apakah nilai r yang kita peroleh tersebut berarti atau tidak, tabel korelasi ini mencantumkan batas-batas r yang signifikan tertentu, dalam hal ini signifikan, 5 % bila nilai r tersebut signifikan artinya, hipotesis alternatif dapat diterima.

2. Koefesien Determinant

Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh variabel bebas / indevenden (X) terhadap variabel terikat / devenden (Y). Perhitungan dilakukan dengan menguadratkan Nilai Keofesien Pearson Product Moment (Rxy)2 x 100 %.

D = (Rxy)2 x 100 %

D = Koefesien Determinan


(40)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. SEJARAH SINGKAT KECAMATAN MERBAU

Sejarah kecamatan merbau bermula sejak dari pemerintahan kerajaan siak sri indrapura yang beribukota di siak. Dimana pada tahun 1889-1900 kerajaan Siak Sri Indrapura diperintah oleh Sulthan Assaydi Syarif Hasyim Abdul Djalil Syaifuddin, yang membagi Kerajaan Siak Sri Indrapura menjadi 10 Propinsi setelah mendapat tekanan dari Belanda, yaitu

1. Propinsi Siak yang diperintah oleh Tengku besar

2. Propinsi Tebing Tinggi yang diperintah oleh Tengku Temenggung Mudo 3. Propinsi Merbau yang diperintah oleh Orang Kaya Setia Raja

4. Propinsi Bukit Batu yang diperintah oleh Datuk Laksmana 5. Propinsi Bangko yang diperintah oleh Datuk Dewa Pahlawan 6. Propinsi Tanah Putih yang diperintah oleh Setia Maharaja 7. Propinsi Kubu yang diperintah oleh Datuk Jaya Perkasa 8. Propinsi Pekanbaru yang diperintah oleh Datuk Syahbandar 9. Propinsi Tapung Kanan diperintah oleh Datuk Bendahara 10. Propinsi Tapung Kiri diperintah oleh Datuk Syarif Bendahara

Selanjutnya pada tahun 1915 tepatnya tanggal 03 Maret di nobatkanlah Tengku Sulung menjadi Sulthan Siak dengan gelar Assaydis Syarif Qasim Abdul Djalil Syaifuddin (Syarif Qasim II) yang kemudian diperbaharui Belanda dengan politik kontrak, maka dewan Kerajaan Siak yang terdiri dari empat suku yang ada pada waktu itu dihapus. Kemudian membawa perubahan kepala pemerintahan dengan surat keputusan dari Kerajaan Siak Sri Indrapura


(41)

wilayah kerajaan Siak pada waktu itu dibagi kedalam suatu kelompok yang dinamakan district. Pada tiap district dibagi pula beberapa OrderDistrict, kemudian tiap-tiap district dibagi lagi kedalam beberapa desa. Setiap satu district dikepalai oleh Orderdistrictchoofd. Kemudian setiap desa dikepalai oleh seorang penghulu.dan dalam pembagian District ini wilayah kecamatan Merbau yang ada sekarang ini masuk kedalam Wilayah District Selat Panjang yang terdiri dari :

1. Orderdistrict Tebing Tinggi yang beribukota di Selat Panjang 2. Orderdistrict Merbau yang beribukota di Teluk Belitung

Didalam pengangkatan Districthoof, Sulthan harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Assiten residen Belanda. Sedangkan didalam pengangkatan Orderdistrict Hoofd, Sulthan harus mendapat persetujuan dari masing-masing Controliur. Setelah Indonesia merdeka wilayah Orderdistrict Merbau menjadi kecamatan merbau dan tetap beribukota di Teluk Belitung dengan Camat yang pertama yaitu Datuk Abdul Gani.

B. GEOGRAFI WILAYAH KECAMATAN MERBAU

Wilayah Kecamatan Merbau berada didalam wilayah Kabupaten Bengkalis yang terletak di daerah pesisir timur pulau sumatera yang terbagi atas 2 pulau yaitu pulau Padang dan pulau Merbau. . Adapun batas-batas Kecamatan Merbau adalah sebagai berikut :

Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Ransang Barat dan Tebing Tinggi Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Siak Sri Indrapura

Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Bengkalis dan Bukit Batu Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Tebing Tinggi Barat.

Adapun luas Kecamatan Merbau adalah 1348,92 km2 yang terdiri dari 20 desa dan 1 kelurahan. Berikut pembagian wilayah desa dan kelurahan :


(42)

Tabel 2. Pembagian Wilayah Kecamatan Merbau

Kelurahan Teluk Belitung 52 km2

Desa Meranti Bunting 20 km2

Desa Lukit 218 km2

Desa Bagan Melibur 62,91 km2

Desa Mengkirau 76 km2

Desa Mengkopot 77 km2

Desa Selat Akar 50 km2

Desa Bandul 24 km2

Desa kudap 74 km2

Desa Dedap 110 km2

Desa Tanjung Padang 150 km2

Desa Teluk Ketapang 46 km2

Desa Baran Melintang 56 km2

Desa Renak Dungun 75 km2

Desa Kuala Merbau 13,2 km2

Desa Centai 60 km2

Desa Semukut 85 km2

Desa Pelantai 21 km2

Desa Tanjung Bunga 39.8 km2

Desa Tanjung Kulim Desa Mekar Sari

10 km2 29 km2


(43)

Jarak Kantor Kecamatan dengan

a. Desa / kelurahan terjauh : 40 km dengan jarak tempuh 3 jam b. Ibukota Kabupaten : 68 km dengan jarak tempuh 4 jam c. Ibukota Propinsi : 250 km dengan jarak tempuh 7 jam

C. KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KECAMATAN MERBAU

Masyarakat kecamatan Merbau pada umumnya adala suku melayu yang secara historis merupakan penduduk asli wilayah ini. Dan seiring dengan perubahan waktu daerah ini juga banyak didatangi oleh suku-suku lain misalnya Cina, Jawa, Minang, Tapanuli dan lain sebagainya. Orang Cina dan Minang di wilayah ini berprofesi sebagai pedagang dan suku yang lain kebanyakan bekerja di sektor pertanian misalnya orang jawa. Dilihat segi mata pencaharian penduduk yang paling dominan adalah sektor perkebunan misalnya perkebunan sagu dan karet. Dan disamping itu juga ada yang menjadi nelayan khususnya bagi masyarakat asli wilayah ini. D. KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA SUSUNAN ORGANISASI

KECAMATAN MERBAU

Susunan organisasi kecamatan terdiri dari : a. Camat

b. Sekretaris kecamatan c. Seksi Pemerintahan

d. Seksi Kententraman dan Ketertiban

e. Seksi Pembangunan Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial dan Budaya f. Seksi Pelayanan


(44)

Kecamatan dipimpin oleh seorang Camat yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Dan Camat mempunyai tugas membantu Kepala Daerah dalam menyelenggarakan Pemerintahan, Pembangunan, dan Pembinaan kemasyarakatan dalam wilayah kecamatan. Adapun fungsi Camat adalah :

1. Pelaksanaan pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan dari Kepala Daerah

2. Penyelenggaraan tugas-tugas pemrintahan umum, kependudukan, dan pembinaan keagrariaan serta pendidkan politik dalam negeri.

3. Pembinaan kententraman dan ketertiban wilayah

4. Pembinaan pembangunan yang meliputi pembinaan perekonomian, produksi dan distribusi serta pembinaan sosial budaya dan lingkungan hidup.

- SEKERETARIS KECAMATAN

Sekretaris kecamatan mempunyai tugas melakukan pembinaan administratif kepada seluruh satuan organisasi Kecamatan. adapun fungsi Sekretaris Kecamatan adalah :

1. Penyusunan rencana, pengendalian dan pengevaluasi pelaksanaannya 2. Penyelenggaraan administrasi keuangan

3. Pengelolaan urusan umum meliputi, ketatausahaan, administrasi kepegawaian, perlengkapan dan rumah tangga

- SEKSI PEMERINTAHAN

Seksi pemerintahan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan umum, kependudukan, pembinaan pemerintahan Desa/kelurahan, pembinaan keagrariaan dan pembinaan wilayah kecamatan. Adapun fungsi Seksi Pemerintahan :


(45)

- SEKSI KETENTRAMAN DAN DAN KETERTIBAN

Seksi ketentraman dan ketertiban mempunyai tugas melakukan pembinaan kententraman dan ketertiban wilayah serta membantu pelaksanaan pembinaan polisi pamong praja. Adapun fungsi Seksi Ketentraman dan Ketertiban :

1. penyelenggaraan pembinaan ketentraman dan ketertiban umum. 2. Penyelenggaraan pembinaan polisi pamong praja.

- SEKSI PEMBANGUNAN MASYARAKAT, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN BUDAYA

Seksi pembangunan masyarakat, Kesejahteraan Sosial dan Budaya mempunyai tugas melakukan pembinaan pembangunan yang meliputi pembinaan perekonomian, produksi dan distribusi serta mengkordinasikan program pembinaan kesejahteraan sosial dan lingkungan hidup. Adapun fungsi Seksi Pembangunan Masyarakat, Kesejahteraan Sosial dan Budaya : 1. Penyelenggaraan pembinaan perekonomian masyarakat, produksi dan distribusi.

2. pelaksanaan pembinaan lingkungan hidup.

3. Pelakasanaan pembinaan pelayanan dan bantuan sosial, pembinaan kepemudaan, peranan wanita dan olah raga.

4. Penyelenggaraan pembinaan kehidupan keagamaan, pendidikan, kebudayaan dan kesehatan masyarakat.

- SEKSI PELAYANAN

Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan pelayanan umum meliputi inventarisasi Desa/Kelurahan, kebersihan serta sarana dan prasarana umum. Adapun fungsi Seksi Pelayanan:


(46)

2. Penyelenggaraan pembinaan pelayanan kebersihan, keindahan, pertamanan, dan sanitasi lingkungan

3. penyelenggaraan pembinaan sarana dan prasarana fisik pelayanan umum 1. KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Camat sesuai dengan kebutuhan dan keahliannya masing-masing.

E. BENTUK PEMBERDAYAAN APARATUR DI KANTOR CAMAT MERBAU. 1. Dalam penerimaan ataupun rekrutmen pegawai dikantor camat merbau terdiri dari 2 bentuk

yaitu melalui seleksi pegawai negeri sipil yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten dan rekrutmen tenaga honorer sebagai tenaga pembantu di kantor kecamatan.

2. Dalam proses pengembangan pegawai yaitu melalui proses pendidikan dan latihan pegawai maka pemerintah daerah telah membangun balai pendidikan dan latihan bagi pegawai yang berada di ibukota kabupaten yang mana pegawai di kantor ini selalu dikirim kesana sesuai dengan jabatannya untuk mendapatkan bimbingan dalam meningkatkan kualitas dalam meningkatkan kualitas kerja bagi pegawai dalam memberikan pelayanan publik.

3. Pembinaan bagi pegawai merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan dan untuk itu pegawai kantor kecamatan selalu diberikan pembinaan sikap dan mental serta pembinaan tentang kedisiplinan yang ditempatkan di aula kantor camat sesuai dengan waktu yang ditentukan. Dan pembinaan keagamaan juga dilaksanakan seminggu sekali yaitu pada hari jum’at di musholla.


(47)

per 3 bulan sekali disamping tunjangan lainnya. Sedangkan bagi pegawai yang menduduki jabatan eselon diberikan uang prestasi sesuai dengan pangkat atau golonggannya.

5. mengenai pengawasan pegawai yang mencakup masalah penegakan disiplin dan pemberian nilai tetap mengacu pada peraturan yang berlaku. Hanya ada sedikit perbedaan dimana pada hari jum’at seluruh pegawai diwajibkan memakai pakaian melayu atau yang biasa disebut baju kurung / teluk belange.

F. JENIS – JENIS PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR CAMAT MERBAU.

Berdasarkan Surat Bupati Bengkalis Nomor : 065 / ORG / 985 / 2005 tanggal 16 Desember 2005 perihal Peningkatan Pelayanan Terpadu, maka pelayanan di kantor camat merbau dibagi kedalam 3 bentuk yang terdiri dari :

1. Administrasi Kependudukan, meliputi : a. Kartu Keluarga

b. Kartu Tanda Penduduk

c. Surat Keterangan Kependudukan d. Surat Keterangan Pindah

e. Registrasi Surat Keterangan Tidak Mampu f. Surat Dispensasi Akad Nikah

g. Pengantar Akta Nikah.

h. Registrasi Surat Keterangan Kelakuan Baik. i. Legalisasi Surat / Dokumen.

2. Administrasi Perizinan, meliputi : a. Izin Mendirikan Bangunan. b. Surat Izin Tempat Usaha c. Surat Keterangan Berkantor


(48)

d. Surat Izin Reklame e. Izin Gangguan

f. Surat Izin Usaha Perdagangan g. Tanda Daftar Industri

h. Tanda Daftar Perdagangan 3. Administrasi Pertanahan, meliputi, :

a. Surat Keterangan Riwayat Pemilikan / Penguasaan Tanah b. Surat Pernyataan Ganti Rugi.


(49)

PERATURAN DAERAH KAB.BENGKALIS NOMOR : 06 TAHUN 2001

TANGGAL : 11 MEI 2001

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI KECAMATAN MERBAU

CAMAT

SEKRETARIS KECAMATAN KELOMPOK

JAB. FUNGSIONAL

SEKSI PEMERINTAHAN

SEKSI TRANTIB

SEKSI

BANG.MASY.KESOS DAN BUDAYA

SEKSI PELAYANAN


(50)

BAB IV

DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

A. Identitas Responden

Penyajian data dari bab ini adalah hasil dari penyebaran kuosioner yang diberikan 65 orang sampel yang diambil dalam penelitian ini.yang terdiri 30 orang aparat kecamatan dan 35 orang masyarakat.

1. Jenis Kelamin

Jumlah pegawai dalam suatu organisasi ditentukan oleh badan kerja yang ada, khususnya pegawai di yang tersebar kedalam bagian-bagian kerja yang ada. Jenis kelamin tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel. 3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Responden

(Orang) Persentase (%)

1 Laki-laki 20 66,66 %

2 Perempuan 10 33,33 %

Jumlah 30 100 %

Sumber : Hasil Penelitian, 2008

Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa jumlah pegawai laki-Laki pada Kantor Camat Merbau adalah 20 orang ( 66,66 %), sedangkan jumlah pegawai perempuan berjumlah 10 orang ( 33,33 %)


(51)

2. Umur

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pada Kantor Camat Merbau

No Tingkatan Umur Jumlah Responden

(Orang) Persentase (%) 1

2 3 4

20 – 30 Tahun 31 – 40 Tahun 41 – 50 Tahun 51 – 60 Tahun

7 15 8 - 23,33 % 50 % 26,66 % -

Jumlah 30 100 %

Sumber : Hasil Penelitian, 2008

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pegawai yang berumur 20 – 30 tahun berjumlah 7 orang (23,33 %), pegawai yang berumur 31 – 40 tahun berjumlah 15 orang (50 %), sedang pegawai yang berumur 41 – 50 tahun berjumlah 8 orang (26,66 %)

Tabel. 5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada Kantor Camat Merbau

No Tingkatan Pendidikan Jumlah Responden

(Orang) Persentase (%) 1 2 3 4 SLTA Sarjana Muda/Akademik Sarjana (S-1) Magister (S-2) 20 5 4 1 66,66 % 16,66 % 13,33 % 3,33 %

Jumlah 30 100 %

Sumber : Hasil Penelitian, 2008

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pegawai Kantor Camat Merbau paling banyak menurut tingkat pendidikan adalah berpendidikan SLTA sebanyak 20 orang (66,66 %), di susul


(52)

berpendidikan Sarjana Muda/Akademik sebanyak 5 orang ( 16,66 %),.Sarjana (S-1) sebanyak 4 orang (13,33 %), dan Magister (S-2) sebanyak 1 orang (3,33)

3. Pangkat / Golongan

Tabel. 6 Distribusi Responden Berdasarkan Pangkat/ Golongan pada Kantor Camat Merbau

No Golongan/Kepangkatan Jumlah Responden

(Orang) Persentase (%) 1 2 3 4 Golongan I Golongan II Golongan III Golongan IV - 20 10 - - 66,66 % 33,33 % -

Jumlah 30 100 %

Sumber : Hasil Penelitian, 2008

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pegawai yang berada pada golongan II berjumlah 20 orang ( 66,66 %), sedangkan pegawai yang berada golongan III berjumlah 10 orang ( 33,33 %)

Tabel. 7 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja pada Kantor Camat Merbau

No Masa Kerja Jumlah Responden

(Orang) Persentase (%) 1

2 3 4

6 – 10 11 - 15 16 - 20 21 – 25

5 10 7 8 16,66 % 33,33 % 23,33 % 26,66 %

Jumlah 30 100 %

Sumber : Hasil Penelitian, 2008

Dari tabel diatas diketahui bahwa masa kerja pegawai pada Kantor Camat Merbau 6-10 tahun adalah berjumlah 5 orang pegawai (16,66 %), 11-15 tahun sebanyak 10 orang pegawai (


(53)

33,33 %), 16-20 tahun berjumlah 7 orang pegawai (23,33 %), dan 21-25 tahun berjumlah 8 orang pegawai (26,66 %)

Tabel. 8 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dari Masyarakat

No Jenis Kelamin Jumlah Responden

(Orang) Persentase (%)

1 Laki-laki 17 48,57 %

2 Perempuan 18 51,42 %

Jumlah 35 100 %

Sumber : Hasil Penelitian, 2008

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden laki-laki dari masyarakat berjumlah 17 orang ( 48,57 %), sedangkan responden perempuan dari masyarakat berjumlah 18 orang ( 51,42 %).

Tabel. 9 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Dari Masyarakat

No Tingkatan Umur Jumlah Responden

(Orang) Persentase (%) 1

2 3 4

20 – 30 Tahun 31 – 40 Tahun 41 – 50 Tahun 51 – 60 Tahun

10 15 10 -

28,57 % 42,85 % 28,57 %

-

Jumlah 35 100 %

Sumber : Hasil Penelitian, 2008

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui Masyarakat yang berumur 20 – 30 berjumlah berjumlah ( 28,57 %), yang berumur 31 - 40 berjumlah 15 orang ( 42,85 % ) dan yang berumur 41 – 50 tahun berjumlah 10 orang ( 28,57


(54)

Tabel. 10 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada Masyarakat No Tingkatan Pendidikan Jumlah Responden

(Orang) Persentase (%) 1 2 3 4 SLTA Sarjana Muda/Akademik Sarjana (S-1) Magister (S-2) 25 - 10 - 71,42 % - 28,57 % -

Jumlah 35 100 %

Sumber : Hasil Penelitian, 2008

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kebanyakan responden dari masyarakat berpendidikan SLTA yaitu sebanyak 25 orang ( 71,42 %), sedangkan yang berpendidikan strata 1 ( S-1 ) berjumlah 10 orang ( 28,57 % )

B. Informasi Tentang Jawaban Responden

1. Informasi Jawaban Responden Tentang Pemberdayaan Aparatur (Variabel X)

Berikut ini disajikan data jawaban responden terhadap keseluruhan pertanyaan Pemberdayaan Aparatur(Variabel X ) berdasarkan koesioner yang disebarkan.

Tabel. 11 Jawaban responden tentang keadilan dalam penerimaan pegawai No Jawaban Responden Jumlah Responden

(Orang) Persentase (%) 1 2 3 4 5 Sangat sesuai Sesuai

Kurang sesuai Tidak sesuai Sangat tidak sesuai

10 36 17 2 - 15,38 % 55,38 % 26,15 % 3,07 % -


(1)

pearson product moment dengan taraf (α) 5 % untuk N = 65 diperoleh nilai r tabel sebesar 0.244.

Jika dibandingkan nilai r yang diperoleh melalui perhitungan rumus koefisien korelasi pearson product moment yaitu 0.385 dengan r tabel koefisien korelasi pearson product moment 0.244. maka dapat diketahui bahwa r hitung lebih besar dari r tabel (0,542 > 0.244 ). Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh positif antara Pemberdayaan Aparatur Terhadap Efektivitas Pelayanan Publik Pada Kantor Camat Merbau Kabupaten Bengkalis. Ini berarti semakin baik Pemberdayaan Aparatur maka semakin baik pula Efektivitas Pelayanan Publik Pada Kantor Camat Merbau , Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Dengan kata lain apabila salah satu variabel terjadi peningkatan maka variabel lain yang berkorelasi juga mengalami peningkatan pula. Sebaliknya apa bila salah satu variabel mengalami penurunan maka variabel lain yang berkorelasi juga mengalami penurunan.

Setelah mengetahui adanya pengaruh yang Positif Pemberdayaan Aparatur Terhadap Efektivitas Pelayanan Publik Pada Kantor Camat Merbau Kabupaten Bengkalis, maka akan dapat pula diketahui bahwa besarnya Pengaruh Pemberdayaan Aparatur Terhadap Efektivitas Pelayanan Publik adalah 29,3764 %. dan selebihnya dipengaruhi oleh faktor faktor lain yang belum diperhitungkan dalam penelitian ini.

Selanjutnya untuk mengetahui adanya pengaruh antara dua variabel berdasarkan nilai r koefisien korelasi, digunakan penafsiran / interpretasi angka yang dikemukakan oleh Sugiyono (2004 : 214)


(2)

Tabel 28. Pedoman Untuk Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Interpretasi

0.00 - 0.199 Sangat Rendah

0.20 - 0.399 Rendah

0.40 - 0.599 Sedang

0.60 - 0.799 Tinggi

0.80 - 1.000 Sangat Tinggi

Sumber Data : Penelitian Tahun 2008

Melalui interpretasi di atas diketahui bahwa tingkat Pengaruh Pemberdayaan Aparatur Terhadap Efektivitas Pelayanan Publik Pada Kantor Camat Merbau, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau kategori Sedang. Dari hasil rxy sebesar 0,542 maka menurut interpretasi di atas jelas menunjukan adanya korelasi yang sedang antara 0.40 – 0.599.


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Hubungan Pemberdayaan Aparatur Terhadap Efektivitas Pelayanan Publik Pada Kantor Camat Merbau, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau berada pada kategori Sedang. Dari hasil rxy sebesar 0,542 maka menurut interpretasi di atas jelas menunjukan adanya korelasi yang sedang antara 0.40 – 0.599.

2.

Pengaruh yang Positif Pemberdayaan Aparatur Terhadap Efektivitas Pelayanan Publik Pada Kantor Camat Merbau Kabupaten Bengkalis adalah 29,3764 % dan selebihnya dipengaruhi oleh faktor faktor lain yang belum diperhitungkan dalam penelitian ini

B. Saran - saran

1. Dalam meningkatkan mutu pelayanan publik yang baik supaya dalam penerimaan pegawai agar lebih selektif lagi sehingga akan menghasilkan pegawai yang profesional sesuai dengan peraturan yang berlaku

2. Dalam pelaksanaaan pendidikan dan pelatihan bagi pegawai hendaknya terus ditingkatkan lagi sehingga pegawai yang telah diberikan tugas dan wewenang lebih berdaya dan mampu melaksanakan tugasnya dengan lebih baik kepada masyarakat sebagai penerima layanan.

3. Pola pembinaan yang dilaksanakan bagi pegawai terasa masih kurang agar terus menjadi perhatian dan terus dibenahi sehingga proses pemberdayaan makin baik dan menghasilkan pegawai yang selalu responsif terhadap segala kebutuhan masyarakat 4. Dalam masalah gaji pegawai yang terasa masih kecil dan terasa kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari tidak hendaknya tidak menurunkan semangat


(4)

untuk lebih giat dalam melaksanakan tugas melayani masyarakat dan begitu juga dalam hal mengambil cuti.

5. Budaya kedisiplinan agar terus dijaga sehingga bisa mewujudkan aparatur negara yang menjadi panutan masyarakat dan dalam melaksanakan tugas bisa memperoleh nilai yang baik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, Agung, Transformasi Pelayanan Publik, Pembaruan., Jakarta, 2005. Assauri, Sofyan, Manajemen Pemasaran, Dasar, Konsep dan Strategi, Cetakan

Keenam, Raja Grafindo Persada, Jakarta 1999.

Ali, Faried, Metodologi Penelitian Sosial dalam Bidang Ilmu Administrasi dan Pemerintahan. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1997.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, 2004.

Faadila dkk, Kapitalisme Birokrasi Kritik Reinventing Goverment Osborne-Gaebler, LKIS, Yogyakarta, 2001.

Moenir, Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta,1992 Napitupulu, Paimin, Pelayanan Publik Dan Customer Satisfaction,Alumni, Bandung,

2007

Revida, Erika, Buku Ajar Administrasi Kepegawaian Negeri Sipil, Departemen AN FISIP USU, Medan, 2008

Singarimbun. Masri. Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta, LP3ES, 1995. Salam, Dharma, Setyawan, Manajemen Pemerintahan Indonesia, Djambatan, 2004. Sudijono. Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, PT. Rajawali Grafindo Persada,

Jakarta 1996..

Sugiono. Metodologi Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2004.

Sedarmayanti, Good Governance Dalam Rangka Otonomi Daerah Untuk Membangun Organisasi Efektif Dan Efisien Melalui Restrukturisasi Dan Pemberdayaan, Mandar Maju, Bandung, 2003

Sudrajat, Agus, Direktorat Aparatur Negara Bappenas, Jakarta, 2007. Tangkilisan, Hessel Nogi, Manajemen Publik, PT Grasindo, Jakarta, 2005 Widjaja, A.W, Etika Administrasi Negara, Bumi Aksara, Jakarta, 1994

Yan, Gatot, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Dan Advokasi Kebijakan Publik, Jakarta, 2007


(6)

Yudoyono, Bambang, Otonomi Daerah Desentralisasi dan Pengembangan SDM Aparatur Pemda dan DPRD, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2003.

Peraturan perundang-undangan

Undang-undang No. 32 Tahun 2004, tentang Otonomi Daerah

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2002 Tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 Tentang Pendidikan Dan Latihan PNS

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Gaji Pokok PNS

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.63 tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan pelayanan Publik

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.25 tahun 2004 Tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah