5.2.3. Hubungan Masa Kerja Karyawan dengan Tindakan Pelaksanaan CPPB
di Industri Mie Basah
Berdasarkan hasil penelitian untuk mengetahui hubungan masa kerja dengan tindakan pelaksanaan menunjukkan adanya hubungan antara masa kerja dengan
tindakan pelaksanaan CPPB di industri mie basah. Meskipun masih banyak karyawan industri mie basah yang dijadikan
responden dalam penelitian ini yang masa kerjanya masih baru, tetapi pada umumnya sudah 1 tahun, dan hal tersebut memungkinkan bagi mereka untuk memperoleh
pengetahuan yang intensif dan terus- menerus tentang pelaksanaan CPPB yang akhirnya berpengaruh terhadap tindakan dalam pelaksanaan CPPB. Disamping itu
pelatihan tentang CPPB juga sudah dilakukan sejak awal mereka diterima sebagai karyawan di industri mie basah.
Masa kerja yang lebih lama tentunya melahirkan pengalaman yang lebih, pengalaman menghadapi suatu objek yang dijumpai dalam waktu berulang-ulang,
dapat menjadi stimulus dalam membentuk keyakinan seseorang terhadap suatu objek karena perilaku merupakan penafsiran pengalaman dan bukan sekedar penginderaan.
Berbeda dengan yang dinyatakan Leila 2002, pekerjaan yang menyebabkan kejenuhan, kelelahan, pekerjaan yang monoton, situasi dimana tidak ada perubahan
sama sekali tidak adanya peningkatan jabatan dan peningkatan pengahasilan dan pekerjaan ini dilakukan dalam masa kerja yang lama maka akan memperbesar
kecenderungan terjadinya stres dan pelanggaran terhadap peraturan yang ada.
Yanti Agustini : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Karyawan Dalam Pelaksanaan Cara…, 2008 USU e-Repository © 2008
5.2.4. Hubungan Pengetahuan Karyawan dengan Tindakan Pelaksanaan CPPB
di Industri Mie Basah
Berdasarkan hasil penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan karyawan dengan tindakan ada hubungan antara pengetahuan karyawan dengan
tindakan pelaksanaan CPPB di industri mie basah. Menurut Grenn LW, perubahan perilaku sebagai suatu konsep dapat terjadi
secara terencana dan menetap melalui kerangka perubahan dimensinya secara bertahap, yaitu dimulai dari perubahan pengetahuan sebagai immediate impact, upaya
mengubah sikap sebagai intermediate impact dan kemudian mengubah tindakan sebagai long term impact. Sebagai suatu proses setiap tahap mempunyai pengaruh
perubahan terhadap tahap berikutnya dan setiap tahap memerlukan stategi komunikasi khusus.
Secara umum seseorang memiliki dua jenis pengetahuan yakni : 1 pengetahuan umum tentang lingkungan dan perilaku, yang mengacu pada interpretasi
seseorang terhadap informasi yang relevan di lingkungannya, dan 2 pengetahuan prosedural tentang bagaimana melakukan sesuatu, yang disimpan dalam ingatan
sebagai suatu produksi. Ke dua jenis pengetahuan tersebut, baik pengetahuan umum maupun pengetahuan prosedural memiliki pengaruh terhadap perilaku Peter dan
Olson, 2000. Hal senada dikemukakan oleh Notoatmojo 1993 yang mengatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang.
Yanti Agustini : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Karyawan Dalam Pelaksanaan Cara…, 2008 USU e-Repository © 2008
Menurut penelitian yang dilakukan Syafrizal 2002 tentang perilaku hidup bersih dan sehat menyatakan bahwa pengetahuan yang paling erat hubungannya
dengan perilaku hidup bersih dan sehat PHBS pada keluarga, dimana ibu yang mempunyai pengetahuan tinggi tentang perilaku hidup bersih dan sehat PHBS
berpeluang bagi keluarganya untuk berperilaku hidup bersih dan sehat sebesar 6,4 kali dibandingkan dengan pengetahuan rendah
5.2.5. Hubungan Sikap Karyawan dengan Tindakan Pelaksanaan CPPB di