Diagnosis dan Klasifikasi Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita Kusta Di Kabupaten Asahan Tahun 2007

2.4. Diagnosis dan Klasifikasi

Penderita penyakit kusta menimbulkan gejala yang jelas pada stadium lanjut dan cukup didiagnosis hanya pemeriksaan fisik tanpa pemeriksaan bakteriologi. Ada 3 tanda – tanda utama yang dapat menetapkan diagnosis penyakit kusta yaitu: Lesi kelainan kulit yang mati rasa, penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf, adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit. Pemeriksaan kerokan hanya dilakukan pada kasus yang meragukan. Apabila ditemukan pada seseorang salah satu tanda - tanda utama seperti diatas maka orang tersebut dinyatakan menderita kusta Depkes, 2005a. Apabila petugas kesehatan ragu-ragu untuk menegakkan diagnosis, sebaiknya penderita dirujuk ke rumah sakit terdekat untuk terapi anti kusta Multi Drug Therapy MDT agar tidak menjadi sumber penularan, selain menghindari kemungkinan cacat menjadi besar. Namun bila petugas ragu dan sulit merujuk ke rumah sakit karena alasan jauh maka orang tersebut dianggap sebagai suspek. Tanda-tanda tersangka kusta tidak dapat digunakan sebagai dasar diagnosis penyakit kusta. Tanda-tanda pada kulit tersangka penderita kusta adalah sebagai berikut: Bercakkelainan kulit yang merah atau putih di bagian tubuh, kulit mengkilap, bercak yang tidak gatal, adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak berambut, lepuh tidak nyeri dan tanda-tanda pada saraf adalah sebagai berikut: rasa kesemutan, tertusuk- tusuk dan nyeri pada anggota badan atau muka, gangguan gerak anggota badan atau bagian muka, adanya cacat, dan luka yang tidak mau sembuh Depkes RI, 2005a. Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008 Seseorang yang telah didiagnosis menderita kusta selanjutnya akan ditentukan tipeklasifikasi penyakit kusta. Tujuan klasifikasi penyakit kusta adalah untuk menentukan jenis, lamanya pengobatan, waktu penderita dinyatakan sembuh dan perencanaan logistik. Menurut Soebono dan Suhariyanto dalam Djuanda dkk 1997 klasifikasi pada penyakit kusta terdiri dari klasifikasi Madrid klasifikasi Internasional dibuat tahun 1953 terdiri dari : a. Indeterminate I b. Tuberkuloid T c. Borderline B d. Lepromatosa L Klasifikasi Ridley dan Jopling dibuat tahun 1962 terdiri dari : a. Tuberkuloid tuberkuloid TT b. Borderline tuberculoid BT c. Borderline borderline BB d. Borderline lepromatous BL e. Lepromatosa lepromatosa LL dan tahun 1981 World Health Organization WHO mengklasifikasi penyakit kusta yang disebut klasifikasi WHO terdiri dari Pauci Baciler PB dan Multi Baciler MB Menurut Depkes RI 2005a pada tahun 1982 jenis klasifikasi World Health Organization WHO yang dipakai oleh petugas kesehatan di seluruh Indonesia untuk menentukan penderita kusta tipe Pauci Baciler atau Multi Baciler. Pedoman untuk Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008 menentukan penyakit kusta tersebut menurut klasifikasi World Health Organization yaitu : A. Paucibacillary PB Kelainan kulit dan hasil pemeriksaan : 1. Bercak makula mati rasa a. Ukuran kecil dan besar b. Distibusi unilateral atau bilateral asimetis c. Konsistensi kering dan kasar d. Batas tegas e. Kehilangan rasa pada bercak : selalu ada dan jelas f. Kehilangan kemampuan berkeringat, bulu rontok, bercak selalu ada dan jelas 2. Infiltrat a. Kulit b.Membrana mukosa hidung tersumbat, pendarahan di hidung 3. Ciri-ciri : central healing penyembuhan ditengah 4. Tidak ada Nodulus 5. Deformitas terjadi dini 6. Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi Gangguan fungsi ,mati rasa atau kelemahan otot yang dipersarafi oleh saraf yang bersangkutan: hanya satu saraf 7. Sediaan apusan : BTA negatif Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008 B. Multibacillary MB 1. Bercak makula mati rasa a. Ukuran kecil - kecil b. Distibusi bilateral asimetis c. Konsistensi haus dan berkeringat d. Batas kurang tegas e. Kehilangan rasa pada bercak : biasanya tidak jelas, jika ada, terjadi sudah lanjut f. Kehilangan kemampuan berkeringat, bulu rontok pada bercak : Biasanya tidak jelas, jika ada, terjadi yang sudah lanjut 2. Infiltrat a. Kulit : ada, ada kadang-kadang tidak ada b. Membrana mukosa hidung tersumbat, pendarahan di hidung : ada, kadang- kadang ada 3. Ciri-ciri : Punched out lesion lesi bentuk seperti donat, Madarosis, Gine komasti, hidung pelana, suara sengau 4. Kadang-kadang ada Nodulus 5. Deformitas biasanya simetris 6. Penebalan saraf tepi disertai dengan gangguan fungsi Gangguan fungsi ,mati rasa atau kelemahan otot dipersarafi oleh saraf bersangkutan: lebih dari satu saraf 7. Sediaan apusan : BTA positif Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008

2.5. Pencegahan Penyakit Kusta