5 normal untuk laki-laki 25-27 cm, untuk perempuan 21-23 cm. TST diukur di tengah
sisi belakang dari lengan atas kanan dengan posisi lurus paralel dengan tubuh, kaliper pengukur dijepitkan ke kulit dan subkutan jangan mengenai otot. Nilai
dicatat dengan pendekatan 0,1 cm. Nilai normal untuk laki-laki 12,5 cm, untuk perempuan 16,5 cm.
18,19
Pengukuran Lingkar Lengan atas dan TST berguna untuk menilai perubahan jaringan lemak subkutan dalam jangka lama, pengukuran bisa
salah pada perubahan akut cadangan glikogen, lemak dan adanya edema.
18
2.2.2. Laboratorium
Pemeriksaan seperti prealbumin, albumin, kreatinin, ferritin dan transferin serum dapat digunakan untuk menilai status nutrisi.
12
Pada studi Fleischmann dkk 1999 nilai prealbumin, albumin, kreatinin dan transferin dijumpai lebih tinggi pada
pasien berat badan lebih overweight dan paling rendah pada berat badan kurang underweight. Hipoalbuminemia pada pasien dialisis tidaklah harus menunjukkan
malnutrisi. Transferin serum merupakan petanda yang lebih sensitif dibanding albumin untuk menilai status nutrisi sehubungan dengan waktu paruhnya yang
singkat, tetapi interpretasi transferin sering sulit karena meningkatnya kebutuhan zat besi yang diinduksi oleh perdarahan kronis dan terapi eritropoetin.
3,20
Feritin serum dijumpai lebih tinggi secara statistik bermakna pada pasien yang memiliki berat
badan kurang dibandingkan dengan berat badan normal.
12
Rendahnya kadar kreatinin serum menunjukkan asupan protein yang rendah dan atau hilangnya massa
otot skletal dan ini berhubungan dengan meningkatnya mortalitas. Tetapi kreatinin serum sebagai indikator malnutrisi belumlah dipastikan.
3
6
2.2.3. Dual Energy X Ray Absorptiometry DEXA
DEXA merupakan metode akurat, non invasif dan sensitif untuk menilai 3 komponen komposisi tubuh yaitu FM, FFM, mineral dan densitas tulang. DEXA
menggunakan sumber sinar x. Keterbatasan alat ini adalah tidak dapat membedakan antara cairan intra dan ekstraseluler
21
, paparan radiasi, mahal dan tidak mudah dilakukan pada bed side sehingga tidak direkomendasikan untuk pemeriksaan rutin.
3, 11
2.2.4. Bioelectrical Impedance Analysis BIA
BIA ditemukan di awal tahun 1960, merupakan metode pengukuran komposisi tubuh yang cocok untuk klinis dan lapangan. BIA bekerja berdasarkan sifat konduksi
jaringan tubuh. BIA telah dipakai secara luas untuk menilai komposisi cairan tubuh dan status nutrisi pada pasien-pasien HD.
3
2.3. BIA PADA PASIEN HEMODIALISIS
BIA adalah metode noninvasif dalam mengevaluasi komposisi cairan tubuh, sederhana, aman, murah, mudah digunakan, hasil segera didapat, dapat dibawa
kemana-mana, dan banyak dipakai di unit HD. BIA menganalisis komposisi cairan tubuh secara tidak langsung dengan mencatat perubahan impedance arus listrik
segmen tubuh.
5,22
Prinsip BIA adalah mengukur perubahan arus listrik jaringan tubuh yang didasarkan pada asumsi bahwa jaringan tubuh adalah merupakan konduktor silinder
ionik dimana lemak bebas ekstraselular dan intraseluler berfungsi sebagai resistor dan kapasitor. Arus listrik dalam tubuh adalah jenis ionik dan berhubungan dengan
jumlah ion bebas dari garam, basa dan asam, juga berhubungan dengan