tinggal sendiri, tetapi pasien ini memiliki tingkat kecacatan fisik dan kognitif yang membatasi mereka dibandingkan tingkat kehidupan
sebelum trauma. Banyak pasien pada kategori ini kembali bekerja, meskipun dalam pekerjaan mereka diberikan kelonggaran khusus dan
asisten untuk mereka, dan mereka tidak dapat memikul perkerjaan sebesar tanggung jawab mereka sebelum sakit.
5. Perbaikan baik : pasien tidak bergantung dimana mereka dapat kembali ke pekerjaan atau aktifitas mereka sebelum sakit tanpa
adanya keterbatasan mayor masuk dalam kategori ini. Pasien ini dapat memiliki defisit neurologi atau kognitif yang menetap sampat tingkat
ringan, tetapi defisit ini tidak mengganggu keseluruhan fungsi mereka. Pasien ini kompeten bersosialisasi dan mampu membawa diri mereka
secara adekuat dan tanpa perubahan kepribadian yang berarti. Tingkatan ini dapat dikelompokkan menjadi outcome jelek GOS 1-
3 dan outcome baik GOS 4-5 Leon-Carrion, 2006.
II.4.5. Neurobehavioral Rating Scale NRS
Neurobehavioral Rating Scale pada awalnya dikembangkan untuk memeriksa perubahan behavior akibat trauma. Berdasarkan ”suatu
wawancara yang berstruktur” yang menitikberatkan pada laporan pasien sendiri terhadap simtom dan gejala, self-appraisal, planning, dan
beberapa aspek tertentu dari fungsi kognitif, meliputi orientasi, memori, reasoning, dan atensi, pemeriksa mengevaluasi respon spesifik dan
penggabungan dengan observasi behavioral untuk menentukan level
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia PTA Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008.
USU e-Repository © 2008
pasien dari tiap-tiap 27 subskala, dengan memilih 1 dari 7 tingkatan, berkisar dari 1 = tidak ada sampai dengan 7 = sangat berat. Total skor
dari NRS merupakan penjumlahan dari skor 27 subskala Desmond, 2000; Masur dkk, 2004.
Suatu studi telah menguji reability dan validity dari NRS, baik pada awal maupun tahap lanjut dari trauma kapitis terhadap 101 penderita
dengan trauma kapitis tertutup. Neurobehavioral Rating Scale telah memperlihatkan interrater reliability yang memuaskan pada studi ini.
Pemeriksaan NRS memiliki korelasi baik terhadap tingkat keparahan trauma maupun tingkat kronisitas dari trauma kapitis. Peneliti
menyebutkan sampai saat ini hanya NRS yang telah divalidasi untuk pemeriksaan neurobehavior pada penderita trauma kapitis tertutup Masur
dkk, 2004.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia PTA Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008.
USU e-Repository © 2008
II.5. KERANGKA KONSEPSIONAL
Trauma Kapitis
Parameter Laboratorium
Cedera otak primer
Cedera otak sekunder
Axonal shearing
Kerusakan komponen kortikal subkortikal
Posttraumatic amnesia PTA
Outcome
Murray dkk 2007 umur, SKG M, respon
pupil, CT, hipotensi, hipoksia glukosa
å prediktor penting
Abraham dkk 2000 potassium darah, pH, KGD
å prognosis signifikan Chiaretti dkk 2001
SKG, tipe trauma lesi otak, koagulasi abnormal
å prediktor GOS
Bayir dkk 2006 SKG ,marker fibrinolitik 3 jam
pertama åprognosis
Paolino Garner 2005 KGD saat masuk
å outcome neurologi buruk
Van Beek dkk 1997 Hb
å outcome jelek
Umur
Naalt dkk 1999 PTA
å outcome Cedera kepala ringan
CT scan
Ellenberg dkk 1996 PTA
å jumlah lesi otak di hemisfer
jumlah daerah otak sentral dengan lesi
Cantu 2001 Memori new learning
å korteks serebral, proyeksi
subkortikal, hippocampal formation diensefalon
Glasgow Outcome Scale Neurobehavioral Rating Scale
sex pendidikan
Machamer dkk 2003 SKG, pendidikan, usia tua, sex, ras
å prediktor signifikan outcome behavior
Feinstein dkk 2002 PTA
å PTSD reaction type
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia PTA Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008.
USU e-Repository © 2008