commit to user
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perubahan politik nasional yang sejalan dengan pergantian penguasa telah memicu
perubahan-perubahan penting
disuatu pemerintahan,
termasuk pemerintah daerah. Perubahan yang dimaksud tertuang dalam kebijakan otonomi
daerah, khususnya dalam Undang-Undang No 32 Tahun 2004. Otonomi daerah menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dari sistem pemerintahan yang
bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem pemerintahan yang desentralisasi, yaitu dengan memberikan keleluasaan kepada daerah dalam mewujudkan daerah
otonom yang luas dan bertanggung jawab, untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat sesuai kondisi dan potensi wilayahnya. Dengan
adanya perubahan tersebut diharapkan kesejahteraan umum dapat terwujud. Oleh karena itu dalam rangka mensejahterakan rakyat di daerahnya,
pemerintah daerah mengadakan pembangunan melalui sarana maupun prasarananya. Pemberian otonomi kepada daerah pada dasarnya bertujuan
meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah daerah, terutama dalam pelaksanakan pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat
serta untuk meningkatkan pembinaan kesatuan politik dan kesatuan bangsa Halim, 2001.
Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi yang seluas-luasnya bagi pemerintah kabupaten merupakan peluang dan sekaligus
commit to user
xv tantangan. Peluang disini bagi pemerintahan daerah yang memiliki potensi
sumber daya alam yang memadai untuk mengelola sendiri potensi tersebut, sedangkan bagi pemerintah daerah yang mempunyai sumber daya alam yang
kurang memadai justru merupakan tantangan. Masalah yang sering muncul dalam melaksanakan otonomi daerah adalah prospek kemampuan pembiayaan
pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan fungsinya sebagai penyelenggara pembangunan, penyelenggara pemerintah serta melayani masyarakat setempat
sejalan dengan dinamika kehidupan masyarakat. Oleh karena itu penyelenggaraan kegiatan pemerintahan daerah harus terus meningkat sehingga biaya yang
dibutuhkan juga akan bertambah. Peningkatan penerimaan daerah harus selalu diupayakan secara periodik oleh setiap daerah otonom melalui penataan
administrasi pendapatan daerah yang efisien dan efektif sesuai dengan pola yang telah ditetapkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan dan petunjuk
pelaksanaan Wulandari, 2001. Tujuan otonomi daerah pada dasarnya diarahkan untuk memacu pemerataan
pembangunan dan
hasil-hasilnya, meningkatkan
kesejahteraan rakyat,
menggalakkan prakarsa dan peran serta masyarakat, serta meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara nyata, optimal, terpadu, dan dinamis, serta
bertanggung jawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangan terhadap daerah dan
memberikan peluang untuk koordinasi tingkat lokal atau daerah Bastian, 2001. Dalam rangka memenuhi pembiayaan pembangunan dan penyelenggaraan
daerah, sumber penerimaan dapat diperoleh dari penerimaan daerah sendiri atau
commit to user
xvi dapat pula dari luar daerah. Sumber-sumber pendapatan yang dapat dilaksanakan
oleh pemerintah daerah dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah PAD adalah dengan cara meningkatkan pendapatan dari hasil Pajak Daerah,
Retribusi Daerah, hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan serta lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Upaya-upaya
peningkatan Pendapatan Asli Daerah ini tidak terlepas dari mekanisme sistem pemerintahan daerah yaitu kerjasama antar Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah DPRD dengan cara pendekatan terpadu dan tidak menghilangkan identitas, tugas serta fungsi masing-masing Fajar, 2007.
Peranan Pemerintah Kabupaten Pemkab Wonogiri dalam pembangunan ekonomi daerah sangat dipertanyakan keberhasilannya. Keberhasilan otonomi
daerah merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan masing-masing daerah dalam mengembangkan kemajuan pemerintahan, pembangunan sektor fisik,
sektor ekonomi, dan sektor lainnya. Apabila berbicara tentang otonomi daerah menurut UU No. 32 Tahun 2004, maka tidak dapat lepas dari kebijakan
pemerintah melalui UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, yang tentu saja memberikan peluang yang lebih luas
kepada daerah untuk meningkatkan potensinya terutama dalam bidang ekonomi. Sebagai contoh, Pemkab Wonogiri tidak perlu lagi minta izin kepada Pemerintah
Pusat untuk berdagang, bahkan dalam bursa saham sekalipun. Hal ini terkait pula dengan faktor dominan yang mempengaruhi pelaksanaan otonomi daerah itu
sendiri yaitu kemampuan keuangan daerah.
commit to user
xvii Dalam hal ini pemerintah dituntut untuk melakukan perubahan yang
mendasar pada sistem pemerintahan yang ada. Salah satu perubahan mendasar tersebut adalah penyelenggaraan otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung
jawab kepada daerah. Disamping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi, otonomi daerah merupakan tuntutan masyarakat daerah sebagai reaksi
atas ketidakadilan ekonomi yang mereka terima selama ini. Pemberian otonomi secara luas kepada pemerintah daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat.
Dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, kekhususan, serta potensi keanekaragaman daerah, secara nyata
diharapkan bahaya disintegrasi yang selama ini mengancam kehidupan bernegara dan
bermasyarakat dapat
diminimkan. Otonomi
Daerah merupakan
pemberdayaan dalam pengambilan keputusan secara lebih leluasa untuk mengelola sumber daya yang dimiliki sesuai dengan kepentingan, prioritas, dan
potensi daerahnya sendiri. Dengan adanya otonomi daerah kabupaten dan kota, maka pengelolaan keuangan sepenuhnya berada ditangan pemerintah daerah itu
sendiri Mardiasmo, 2000. Di tengah upaya Pemkab Wonogiri dalam perbaikan perekonomian saat ini,
berbagai tantangan dihadapkan pada masing-masing daerah, yang mana ditandai dengan adanya kelesuan dari pelaku pasar ekonomi, pasar modal, dan ditambah
bencana alam yang sering terjadi saat ini. Hal tersebut berdampak kepada para investor, terutama investor asing yang enggan untuk menanamkan investasinya di
commit to user
xviii Indonesia. Mereka menilai kondisi pemerintahan Indonesia yang kian tidak stabil,
yang mana ditandai dengan perginya perusahaan atau investor asing dan beralih ke negara lain. Akibatnya mereka lebih memilih untuk menjual sebagian
sahamnya karena dianggap tidak menguntungkan. Perubahan situasi ini salah satunya mempengaruhi reaksi investor terhadap, pendapatan negara, dan juga
pendapatan daerah yang merupakan hasil dari investasi. Pendapatan Asli Daerah PAD adalah indikator untuk mencapai
pembangunan di masing-masing daerah otonomi. Pada daerah yang tidak memiliki sumber pendapatan, akan sangat merasakan pengaruh dari investasi
yang masuk ke daerahnya tersebut. Kabupaten Wonogiri adalah salah satu daerah yang masih sedikit dalam memiliki PAD. Para investor mungkin belum melihat
potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Wonogiri secara keseluruhan, atau mungkin kurangnya informasi dari pihak Pemkab dalam menarik investor untuk masuk dan
menanamkan ivestasinya ke Kabupaten Wonogiri. Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangannya dituangkan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD yang menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai kegiatan pelaksanaan tugas
pembangunan serta pemerataan dan keadilan dengan mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Dalam menjalankan otonomi
daerah, pemerintah daerah dituntut untuk menjalankan pemerintahan secara efisien dan efektif, mampu mendorong peran serta masyarakat dalam
pembangunan, serta
meningkatkan pemerataan
dan keadilan
dengan mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah.
commit to user
xix Keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah tidak lepas dari kemampuan
dalam bidang keuangan yang merupakan salah satu indikator penting dalam menghadapi otonomi daerah. Oleh karena itu penulis ingin mengkaji masalah
berdasarkan uraian di atas dengan mengambil judul “Analisis Kemampuan Kemandirian Keuangan Daerah dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten Wonogiri Tahun Anggaran 2000-2009.”
B. Rumusan Masalah