commit to user
lxxii
2. Analisis Rasio Kekemandirian Daerah
Rasio kemandirian daerah menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan,
dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah, yang dapat
diformulasikan Widodo, 2001 sebagai berikut: Rasio kemandirian :
Ekstern Pihak
dari Pendapatan
Sumber Daerah
Asli Pendapatan
x 100 ……..4.2
Hasil perhitungan rasio kemandirian daerah dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini :
Tabel 4.7 Perhitungan Rasio Kemandirian Daerah Kabupaten Wonogiri Tahun Anggaran
2000-2009 Dalam Juta Rupiah
Tahun PAD
Sumber Pendapatan dari
Pihak Ekstern Rasio
Kemandirian Keterangan
2000 10,366.00
98,811.00 10.49
Instruktif 2001
14,224.00 251,906.00
5.65 Instruktif
2002 23,108.00
325,064.00 7.11
Instruktif 2003
26,119.00 351,779.00
7.42 Instruktif
2004 29,486.00
370,668.00 7.95
Instruktif 2005
35,201.00 378,874.00
9.29 Instruktif
2006 47,864.00
608,530.00 7.87
Instruktif 2007
50,329.00 664,855.00
7.57 Instruktif
2008 54,129.00
705,842.00 7.67
Instruktif 2009
57,093.00 775,648.00
7.36 Instruktif
Rata-rata 7.84
Instruktif
commit to user
lxxiii
Sumber : BPS Kab. Wonogiri, Wonogiri Dalam Angka, data diolah.
Menurut uraian dan perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa rasio kemandirian selama sepuluh tahun pada Kabupaten Wonogiri
memiliki rata-rata tingkat kemandirian masih rendah yaitu sebesar 7,84 dan dalam kategori kemampuan keuangan kurang dengan pola hubungan
instruktif yaitu peranan pemerintah pusat sangat dominan dari pada daerah, hal ini dapat dilihat dari rasio kemandirian yang dihasilkan masih
antara 0-25 . Rasio kemandirian yang masih rendah mengakibatkan kemampuan keuangan daerah Kabupaten Wonogiri dalam membiayai
pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan masih sangat terrgantung pada penerimaan dari pemerintah pusat.
Rasio kemandirian yang masih rendah dapat disebabkan pada sumber penerimaan daerah dan dasar pengenaan biaya, tampaknya
Pendapatan Asli Daerah masih belum dapat diandalkan bagi daerah untuk otonomi daerah, karena relatif rendahnya basis pajak retribusi yang ada
di daerah dan kurangnya pendapatan asli daerah yang dapat digali oleh pemerintah daerah. Hai ini dikarenakan sumber-sumber potensial untuk
menambah Pendapatan Asli Daerah masih dikuasai oleh pemerintah pusat. Sedangkan untuk basis pajak yang cukup besar masih dikelola oleh
pemerintah pusat, yang di dalam pemungutanpengenaannya berdasarkan undang-undangperaturan pemerintah, dan daerah hanya menjalankan
serta akan menerima bagian dalam bentuk dana perimbangan. Dana
commit to user
lxxiv perimbangan itu sendiri terdiri dari : Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil Bukan
PajakSDA, DAU, DAK, penerimaan lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah daerah harus mampu
mengoptimalkan penerimaan dari potensi pendapatannya yang telah ada. Inisiatif dan kemauan pemerintah daerah sangat diperlukan dalam upaya
meningkatkan PAD. Pemerintah daerah harus mencari alternatif- alternatif yang memungkinkan untuk dapat mengatasi kekurangan
pembiayaannya, dan hal ini memerlukan kreaitifitas dari aparat pelaksana keuangan daerah untuk mencari sumber-sumber pembiayaan baru baik
melalui program kerjasama pembiayaan dengan pihak swasta dan juga program peningkatan PAD misalnya pendirian BUMD sektor potensial.
3. Analisis Hubungan Kemampuan Keuangan Daerah Dan