Tanggung Jawab Para Pihak dalam Pengiriman Tebu

Pihak kedua harus dapat memenuhi target harian pengiriman tebu yang telah ditentukan dan disepakati dalam perjanjian dalam melaksanakan pengiriman tebu dari Kebun Sei Semayang ke pabrik gula.

B. Tanggung Jawab Para Pihak dalam Pengiriman Tebu

Dengan adanya suatu perjanjian pengangkutan maka akan lahir hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak, yaitu pihak pengangkut maupun pihak penumpang danatau pengirim barang. Dari kewajiban yang harus dipenuhi tersebut akan muncul tanggung jawab bagi para pihak. Tanggung jawab pada hakikatnya terdiri dari dua aspek, yaitu tanggung jawab yang bersifat kewajiban yang harus dilaksanakan sebaik-baiknya responsibility dan tanggung jawab ganti rugi liability, yaitu kewajiban untuk memberi ganti rugi kepada pihak yang dirugikan. 85 Dengan adanya kewajiban dari pihak pengirim barang, yakni membayar biaya pengangkutan dan memberi informasi tentang barang yang dikirim, maka akan timbul tanggung jawab pengirim barang terhadap macam, sifat, dan bentuk dari barang yang akan dikirim. Dengan adanya kewajiban pihak pengangkut, maka timbul tanggung jawab pengangkut, yakni karena kewajiban pengangkut adalah menjaga keselamatan barang atau orang yang diangkutnya, maka segala hal yang mengganggu keselamatan barang atau orang itu, yang merugikan pengirim atau 85 Hasim Purba, Op. Cit., hlm. 101. Universitas Sumatera Utara penerima, menjadi tanggung jawab pengangkut. Tanggung jawab ini timbul atas barangorang yang diangkutnya selama dalam jangka waktu pengangkutan. 86 Terhadap tanggung jawab ganti rugi liability oleh pengangkut, hukum pengangkutan mengenal tiga prinsip tanggung jawab yaitu tanggung jawab karena kesalahan fault liability, tanggung jawab karena praduga presumption liability, dan tanggung jawab mutlak absolute liability. a Tanggung jawab karena kesalahan fault liability Tanggung jawab berdasarkan kesalahan diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata yang menyebutkan “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian te rsebut.” Menurut prinsip ini, setiap pengangkut yang melakukan kesalahan dalam penyelenggaraan pengangkutan harus bertanggung jawab membayar segala kerugian yang timbul akibat kesalahannya itu. Pihak yang dirugikan wajib membuktikan kesalahan pengangkut. Beban pembuktian ada pada pihak yang dirugikan bukan pada pengangkut. b Tanggung jawab karena praduga presumption of liability Menurut prinsip ini, pengangkut dianggap bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul dari pengangkutan yang diselenggarakannya. Akan tetapi, jika pengangkut dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah, ia dibebaskan dari tanggung jawab membayar ganti kerugian. Tidak bersalah artinya tidak melakukan kelalaian, telah berupaya melakukan tindakan untuk menghindari kerugian, atau peristiwa yang menimbulkan kerugian 86 Ibid., hlm. 102. Universitas Sumatera Utara itu tidak mungkin dihindari. Beban pembuktian ada pada pihak pengangkut, bukan pada pihak yang dirugikan. KUH Dagang juga menganut prinsip tanggung jawab karena praduga. Apabila barang yang diangkut itu tidak diserahkan sebagian atau seluruhnya atau rusak, pengangkut bertanggung jawab mengganti kerugian kepada pengirim, kecuali jika dia dapat membuktikan bahwa tidak diserahkan sebagian atau seluruh atau rusaknya barang itu karena peristiwa yang tidak dapat dicegah atau tidak dapat digindari terjadinya Pasal 468 ayat 2 KUHD. 87 c Tanggung jawab mutlak absolute liability Menurut prinsip ini, bahwa secara yuridis, pengangkut harus bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul dalam pengangkutan yang diselenggarakannya tanpa keharusan pembuktian ada tidaknya kesalahan pengangkut. Prinsip ini tidak mengenal beban pembuktian, unsur kesalahan tak perlu dipersoalkan. Tanggung jawab yuridis merupakan tanggung jawab yang lahir karena adanya suatu perjanjian yang sah dan telah memiliki kekuatan hukum, sehingga apabila tanggung jawab tersebut tidak dilaksanakan maka pihak yang tidak melaksanakan tanggung jawab akan dikenakan sanksi sesuai dengan pasal-pasal dalam surat perjanjian dan ketentuan hukum yang berlaku. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 mengatur tentang tanggung jawab pihak pengangkut sebagai berikut : 87 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hlm. 48. Universitas Sumatera Utara 1. Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerugian yang diakibatkan oleh segala perbuatan orang yang dipekerjakan dalam kegiatan penyelenggaraan angkutan. 88 2. Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang yang meninggal dunia atau luka akibat penyelenggaraan angkutan, kecuali disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari atau karena kesalahan penumpang. 89 3. Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh pengirim barang karena barang musnah, hilang, atau rusak akibat penyelenggaraan angkutan, kecuali terbukti bahwa musnah, hilang atau rusaknya barang disebabkan oleh kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari atau kesalahan pengirim. 90 Surat Perjanjian Pekerjaan Pemborong SPPP Nomor SUTBSPPPX45SMT-I2014 merupakan perjanjian yang sah dan menjadi hukum yang berlaku bagi Kebun Sei Semayang dan CV. Sari Persada, dalam perjanjian tersebut terdapat tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh para pihak. Para pihak yaitu Kebun Sei Semayang dengan CV. Sari Persada memiliki tanggung jawabnya masing-masing, baik tanggung jawab yang bersifat kewajiban harus dilaksanakan sebaik-baiknya maupun tanggung jawab ganti rugi. Sebagai pihak pengirim, kebun Sei Semayang bertanggung jawab untuk menyediakan tebu yang cukup umur dan layak dikirim ke pabrik sebagai tebu 88 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 191. 89 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 192 ayat 1. 90 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 193 ayat 1. Universitas Sumatera Utara giling untuk diproduksi menjadi gula, mengawasi saat tebu dimuat ke dalam truk, serta bertanggung jawab terhadap pembayaran ongkos angkut. Sedangkan sebagai pihak pengangkut, CV. Sari Persada akan bertanggung jawab atas tebu yang telah dimuat ke dalam truk dan akan dikirim ke pabrik gula. 91 Selain bertanggung jawab untuk melaksanakan kewajiban tersebut, para pihak juga memiliki tanggung jawab untuk melakukan pengawasan. Kebun Sei Semayang dan CV. Sari Persada akan melakukan pengawasan terhadap tebu yang akan dikirim ke pabrik, apakah tebu tersebut sudah cukup umur dan layak dikirim ke pabrik. Apabila tebu yang masuk ke dalam pabrik tidak sesuai dengan persyaratan tebu layak giling maka pabrik dapat menolak dan mengembalikan tebu tersebut ke kebun dan biaya yang timbul untuk itu menjadi tanggung jawab Kebun Sei Semayang. Selain bertanggung jawab untuk mengawasi tebu yang akan dikirim, kedua belah pihak juga melakukan pengawasan terhadap alat angkut tebu atau truk yang digunakan. Truk yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan dan dalam keadaan layak dioperasikan agar proses pengiriman tebu dari kebun ke pabrik berjalan dengan lancar. Apabila truk yang digunakan dalam keadaan rusak maka CV. Sari Persada bertanggung jawab untuk memperbaikinya ataupun mencari alat angkut tebu lain sebagai penggantinya. Pengawasan ini dilakukan agar tebu yang dikirim dapat diterima oleh pabrik gula sebagai tebu giling dan sesuai dengan Surat Pengantar Barang SPB dari Asisten DP Kebun Sei Semayang serta proses pengiriman tebu dari kebun ke pabrik berjalan dengan lancar. 91 Hasil wawancara dengan Anton Tambunan, S.E., legal staff PT. Perkebunan Nusantara II, tanggal 22 April 2015. Universitas Sumatera Utara Apabila dalam pelaksanaan pengiriman tebu dari kebun ke pabrik terdapat suatu risiko yang mengakibatkan proses pengiriman tebu terkendala ataupun mengakibatkan tebu rusak dan hilang sebagian karena jatuh selama perjalanan, maka segala kerugian akan menjadi tanggung jawab CV. Sari Persada sebagai pihak pengangkut. 92 Tanggung jawab ganti rugi yang diberikan oleh CV. Sari Persada atas kerugian yang terjadi akan disesuaikan dengan kerugian itu sendiri. Ganti rugi yang diberikan biasanya berupa sanksi denda sesuai dengan kerugian yang timbul.

C. Wanprestasi dan Akibatnya Bagi Pihak yang Melakukan