dapat menjamin keberlanjutan aktivitas CSR dan pengembangan usaha di Indomobil Group.
Dari tabel skenario faktor kunci dalam berbagai keadaan Tabel 45 dan 46, maka disusunlah pengelompokan untuk PT. SIM berikut:
1 Pengembangan usaha tanpa peningkatan kinerja CSR 1A Menurun, kapasitas produksi menurun; 1B Menurun, adanya otomatisasi; 1C
Tetap, tidak ada perubahan kebijakan; 2C Meningkat, terjadi pengelompokan secara eksklusif.
2 Perbaikan kinerja CSR secara konsisten tanpa melihat kinerja usaha 1D Meningkat, kapasitas produksi meningkat; 1C Tetap, tidak ada perubahan
kebijakan; 2A Menurun, terjadi pembauran; 2B Tetap, tidak ada perubahan sikap. 3 Perbaikan kinerja CSR dan kemajuan usaha secara simultan
1D Meningkat, kapasitas produksi meningkat, 2A Menurun, terjadi pembauran
Untuk PT. NMI dan PT. HMMI adalah sebagai berikut. 1 Pengembangan usaha tanpa peningkatan kinerja CSR
1B Tetap; 1C Meningkat; 2B Tetap, tidak ada upaya penanaman pohon; 2D Meningkat karena upaya pemilik lahan; 2D Meningkat karena upaya pemilik lahan;
3A Tetap, tidak ada perubahan; 3C Muncul karena Pemerintah memfasilitasi. 2 Perbaikan kinerja CSR secara konsisten tanpa melihat kinerja usaha
1A Menurun; 2A Lahan sudah ditanami pohon, aktivitas penghijauan menurun; 3B Muncul karena perusahaan memfasilitasi.
3 Perbaikan kinerja CSR dan kemajuan usaha secara simultan 1A Menurun; 2C Meningkat karena upaya perusahaan meningkat; 3B Muncul
karena perusahaan memfasilitasi.
4.4.4 Analisis dengan AHP a. Hasil AHP PT. Suzuki Indomobil Motor PT.SIM
Hasil analisis dari berbagai kelompok unsur dalam sistem kebijakan CSR berkelanjutan berdasarkan hirarki dari masing-masing kelompok yang dibandingkan
secara berpasangan pairwise comparison dengan AHP untuk mendapatkan faktor- faktor apakah yang menjadi prioritas dari setiap level hirarki yang perlu mendapat
perhatian dalam kebijakan CSR berkelanjutan pada PT. SIM sebagaimana dimuat pada Gambar 30.
Gambar 30. Hirarki AHP PT.SIM Dari hasil olah data kuesioner AHP dengan Software Criterium Decision Plus
CDP yang merupakan pendapat dari berbagai pakar dan tokoh yang merupakan stakeholders dalam aktivitas CSR di PT. SIM diperoleh hasil bahwa masyarakat sekitar
menjadi aktor yang menjadi prioritas utama untuk mendapat perhatian untuk mencapai CSR berkelanjutan skor 0,33, diikuti dengan pemerintah daerah skor 0,31, yaitu
Kebijakan CSR Berkelanjutan Dalam Industri Otomotif
Masyarakat sekitar 0,33
Pengusaha 0,23
Pemerintah Daerah 0,31
Pemerintah Pusat 0,13
Ekonomi 0,41
Lingkungan 0,31
Sosial 0,28
Reha- bilitasi
ling- kungan
0,17
Kon- servasi
ling- kungan
0,09
Pengembangan usaha tanpa peningkatan
kinerja CSR 0,19 Perbaikan kinerja CSR
secara konsisten tanpa melihat kinerja usaha 0,26
Perbaikan kinerja CSR dan kemajuan usaha
secara simultan 0,56 Alternatif
Faktor Fokus
Aktor
Kriteria
Peluang kerja di
perusaha- an 0,18
Peluang usaha
0,20
Emisi gas
buang mobil
baru
0,05
Kecen- derungan
konsum- tif 0,08
Kereng- gangan
sosial
0,10
Disinte- grasi
sosial
0,10
Erosi nilai2
sosial
0,07
pemerintahan kelurahan Jatimulya hingga pemerintah kabupaten Bekasi, Prioritas selanjutnya adalah pihak pengusaha 0,23 yaitu PT SIM dan terakhir adalah pemerintah
pusat skor 0,13. Untuk level Faktor yang menjadi prioritas utama untuk mendapat perhatian adalah faktor ekonomi skor 0,41 diikuti faktor lingkungan 0,31 dan faktor
sosial 0,28. Ditel untuk faktor mencapai pertumbuhan ekonomi, yang menjadi prioritas utama
adalah peluang usaha yang timbul bagi masyarakat kelurahan Jatimulya skor 0,20, kemudian peluang kerja di perusahaan skor 0,16 dan prioritas terakhir Adalah
kecenderungan konsumtif skor 0,06. Untuk faktor sosial, kriteria yang menjadi prioritas utama untuk mendapat perhatian adalah kerenggangan sosial dan disintegrasi sosial yang
sama-sama memperoleh skor 0,10. Kemudian prioritas selanjutnya adalah erosi nilai-nilai sosial skor 0,07. Untuk faktor lingkungan, maka kriteria yang menjadi prioritas utama
adalah rehabilitasi lingkungan skor 0,17. Selanjutnya adalah konservasi lingkungan skor 0,09 dan prioritas terakhir emisi gas buang mobil baru skor 0,05.
Alternatif kebijakan yang diperoleh dari pendapat para pakar dan tokoh masyarakat adalah meliputi perbaikan kinerja CSR dan kemajuan usaha secara simultan
dengan skor 0,56. Prioritas selanjutnya perbaikan kinerja CSR secara konsisten tanpa melihat kinerja usaha 0,26 dan prioritas terakhir adalah pengembangan usaha tanpa
peningkatan kinerja CSR dengan skor 0,19.
b. Implementasi hasil AHP di PT. SIM
Perbaikan kinerja CSR dan kemajuan usaha secara simultan merupakan hal yang seharusnya menjadi dasar utama aktivitas CSR yang dilaksanakan oleh PT.SIM
sesuai dari hasil rangkuman dari pendapat para stakeholders. Selama ini memang lebih banyak kepada pihak yang berada di luar Kelurahan Jatimulya, sementara
kehadiran perusahaan di kelurahan Jatimulya merupakan faktor utama dalam aktivitas CSR perusahaan yang harus mengedepankan kepentingan masyarakat sekitar dahulu
baru kepada pihak lain yang lebih luas APCSRI, 2009. Dalam hal ini masyarakat sekitar adalah prioritas utama dalam aktivitas CSR
perlu berperan atau mendapat perhatian, terutama dalam aktivitas CSR PT SIM, untuk
itu perlu ditingkatkan peluang usahanya dari faktor ekonomi demi meningkatkan kemakmuran masyarakat sekitar dan membuka lapangan usaha bagi para angkatan
kerja, sehingga ketergantungan akan lapangan pekerjaan sebagai karyawan dapat dikurangi.
Peluang usaha ini perlu diciptakan oleh perusahaan, sehingga dari faktor ekonomi kinerja CSR perusahaan dapat meningkat, dengan tetap memperhatikan kemajuan
usaha secara simultan. Aktivitas penciptaan peluang usaha oleh perusahaan perlu dilakukan dengan tetap menjaga kemajuan usaha secara simultan. Artinya tanpa
kemajuan usaha, maka kinerja peningkatan peluang usaha sulit untuk dilaksanakan. Dalam hal ini perusahaan harus profitable, agar dapat melaksanakan peningkatan
kesempatan peluang usaha. Untuk faktor sosial, kerenggangan sosial dan disintegrasi sosial harus menjadi perhatian utama perusahaan, dengan memperhatikan kemajuan
usaha secara simultan, upaya-upaya dalam meningkatkan integrasi sosial antara perusahaan dan masyarakat sekitar.
Perhatian yang lebih atas keadaan dan hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat Jatimulya dapat mempererat hubungan tersebut, misal memfasilitasi
penyediaan sarana ibadah, sarana olah raga, perhatian terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, seperti adanya bahaya banjir, dan kebakaran akan dapat
mengurangi disintegrasi dan meningkatkan kerekatan sosial. Demikian pula dengan para karyawan perusahaan, agar dapat lebih berbaur dengan masyarakat sekitar
perusahaan dan tidak membentuk kelompok-kelompok eksklusif tetapi ikut bergabung dengan kelompok-kelompok yang ada dimasyarakat Kelurahan Jatimulya.Untuk aspek
lingkungan, perusahaan harus memperhatikan unsur perbaikan atau rehabilitasi lingkungan sebagai prioritas utama untuk dilaksanakan. Program perbaikan ini perlu
dilakukan dengan tetap memperhatikan kemajuan usaha secara simultan, sehingga upaya perbaikan lingkungan dapat dilaksanakan dengan maksimal. Sebab upaya
perbaikan lingkungan memerlukan pembiayaan yang cukup besar. Upaya perbaikan lingkungan dapat dilakukan dengan melihat lingkungan seperti udara disekitar
Kelurahan Jatimulya, terutama di depan lokasi pabrik PT SIM yaitu di jalan Diponegoro tingkat polusi cukup tinggi. Demikian pula dengan kondisi perairan sungai
atau kali di sekitar perusahaan, yaitu kali Sasak Jarang telah tercemar berat. Memang kondisi kerusakan lingkungan ini bukan karena aktivitas perusahaan semata, karena
begitu banyak pabrik yang berada diwilayah aliran kali Sasak Jarang dan juga polusi udara disekitar jalan Diponegoro disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya
kendaraan bermotor yang melintasi jalan tersebut. Namun upaya perusahaan dalam mengupayakan rehabilitasi lingkungan ini sesuai dengan kemampuan perusahaan dan
dalam bentuk-bentuk yang sesuai akan dapat meningkatkan kinerja CSR berkelanjutan di PT SIM.
Di lingkungan internal PT.SIM, di masa mendatang harus meningkatkan kesempatan atau peluang kerja bagi masyarakat sekitar untuk bekerja diperusahaan
dengan tetap memperhatikan kinerja usaha secara simultan, yaitu merekrut karyawan yang lebih banyak lagi dari masyarakat sekitar perusahaan, khususnya dari kelurahan
Jatimulya yang tentunya dihubungkan dengan kebutuhan pengembangan usaha dan peningkatan kapasitas produksi. Hal ini penting, karena tanpa mempertimbangkan
kebutuhan yang ada akan terjadi over kapasitas tenaga kerja, disamping tenaga kerja yang direkrut harus memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan.
Dalam hubungannya dengan masyarakat sekitar, di kalangan karyawan harus mau minimal mempertahankan keeratan hubungan dengan masyarakat sekitar, dengan
tidak membentuk kelompok-kelompok yang eksklusif tanpa mau bergabung dengan masyarakat sekitar. Sebab tanpa adanya keeratan hubungan dengan masyarakat sekitar
keberadaan perusahaan ditengah-tengah masyarakat menjadi terancam dan kurang mendapat dukungan atau pembelaan dari masyarakat bila terjadi sesuatu yang
merugikan perusahaan. Perusahaan harus menggerakkan karyawannya untuk mencegah disintegrasi sosial tetapi justru berbaur dengan masyarakat Kelurahan Jatimulya.
c. Hasil AHP PT.NMI dan PT HMMI
Hasil analisis dari berbagai kelompok unsur dalam sistem kebijakan CSR berkelanjutan yang dianalisa berdasarkan hirarki dari masing-masing kelompok yang
dibandingkan secara berpasangan pairwise comparison dengan menggunakan AHP, untuk mendapatkan faktor-faktor apakah yang menjadi prioritas dari setiap level hirarki