Berdasarkan uraian teori di atas pembelajaran sejarah adalah salah satu rangkaian kinerja yang melibatkan beberapa komponen secara sinergi dan
fungsional yaitu kinerja guru IPS dan potensi siswa, fasilitas penunjang pembelajaran dan lingkungan belajar secara optimal. Melalui pembelajaran
juga diharapkan dapat berakhir dengan sebuah peningkatan prestasi dan minat belajar siswa terhadap pelajaran IPS materi Sejarah secara komprehensif
mengenai materi yang akan disajikan. Pemahaman siswa dari semua uraian di atas juga bukan hanya
dimaksudkan untuk memenuhi tujuan pembelajaran IPS materi Sejarah secara substantive saja, melainkan juga bisa muncul efek lainya seperti:
1. Lebih tertarik akan pengetahuan mengenai sejarah
2. Lebih meningkatkan keaktifan siswa
3. Memahami sejarah secara lebih jelas dan menyenangkan
4. Lebih kritis dalam menanggapi sebuah masalah
5. Mengikutsertakan peran siswa dalam kelas.
6. Mengembangkan potensi berfikir siswa.
7. Meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran IPS lainnya dengan
penggunaan model STAD berbantu media foto.
E. Kerangka Berfikir
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pelajaran IPS materi Sejarah disekolah masih kurang diminati oleh siswa. Hal ini bisa dilihat dari
keadaan siswa apabila guru sudah masuk kelas suasana kantuk pun mulai menyerang para siswa, hal itu ditambah dengan metode pengajaran guru yang
masih banyak menggunakan metode ceramah dimana guru hanya menjelaskan materi dan informasi sebanyak- banyaknya tanpa melibatkan
siswa di kelas, sehingga siswa tidak berperan aktif dalam kegiatan ini. Ditambah dengan kurangnya pengetahuan guru mengenai model-
model prmbelajaran yang terbaru untuk menciptakan suasana kelas yang nyaman, aktif namum tetap kondusif. Harusnya guru lebih bisa melihat
potensi siswa untuk mengembangkan materi yang ia dapatkan sehingga siswa juga bisa saling berinteraksi satu sama lain, dan disinilah posisi guru hanya
sebagai fasilitator dan mediator. Agar kejenuhan siswa dapat diatasi dan dihindarkan, maka guru harus
pintar dalam memilih model dan media pembelajaran yang mendukung kegiatan pembelajaran. Salah satunya yaitu dengan media Foto di mana
media ini digunakan untuk menampilkan gambar- gambar seputar pelajaran IPS materi Sejarah kelas VII mengenai proses masuknya Islam di Indonesia
serta bagaimana akulturasi dan sebab- akibatnya dari masuknya agama Islam di Indonesia.
Sedangkan untuk menumbuhkan kepercayaan diri siswa dan mengembangkan potensinya maka model yang paling cocok adalah model
pembelajaran STAD. Model ini bertujuan untuk mengembangkan pemikiran siswa dan melatih kepercayaan diri siswa serta melatih siswa untuk saling
bertukar pikiran atau pendapat. Media foto sangat cocok diterapkan dengan model pembelajaran
STAD ini karena saling bersinergi, di mana nantinya setelah guru menjelaskan
materi kemudian siswa mulai menjelaskan gambar atau foto- foto yang sudah dijelaskan oleh guru. Dengan adanya hal ini maka kemandirian siswa terlatih
karena mereka mengerjakan sendiri dengan timnya masing-masing dan guru di sini hanya sebagai mediator dan fasilitator.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untul melakukan penelitian mengenai keefektifan media pembelajaran foto dengan menerapkan model
pembelajaran STAD pada mata pelajaran IPS materi Sejarah kelas VII.
Peneliti menyatakan bahwa jika terdapat dua kelas berbeda, yaitu kelas dengan media pembelajaran foto dengan menerapkan model
pembelajaran STAD dan kelas yang hanya menggunakan pembelajaran STAD media gambar tanpa bantuan media foto maka logikanya hasil belajar siswa
dengan media pembelajaran foto dengan menerapkan model pembelajaran STAD lebih baik dibandingkan siswa dengan pembelajaran STAD dengan
media gambar.
F. Hipotesis