Keterbacaan Bahan Ajar Hasil Belajar Kognitif

Penentuan bahan ajar yang sesuai dengan tingkat kematangan siswa, memungkinkan kegiatan belajar mengajar lebih produktif dan efisien Karuna, 2006. Bahan ajar juga didukung dengan ilustrasi yang menarik dalam menjelaskan konsep. Kalimat yang digunakan merupakan kalimat yang sederhana, disusun dengan bahasa yang baik dan benar, sehingga dapat meningkatkan kualitas bahan ajar.

4.2.1 Keterbacaan Bahan Ajar

Tingkat keterbacaan bahan ajar fisika berbasis inkuiri masuk dalam kriteria mudah dipahami. Tingkat keterbacaan mengukur tingkat pemahaman peserta didik dari segi bahan ajar. Tingkat keterbacaan bahan ajar dipengaruhi oleh beberapa hal. Menurut Johnson 2000: 1 yang mempengaruhi tingkat keterbacaan buku diantaranya yaitu 1 keakuratan ilustrasi dan cetakan, 2 tingkat ketertarikan dan motivasi dari peserta didik, dan 3 kemampuan membaca dari peserta didik. Kriteria keterbacaan bahan ajar yang diperoleh menunjukkan bahwa bahan ajar fisika berbasis inkuiri mempunyai ilustrasi yang akurat dalam menjelaskan materi, dan kualitas cetakan bahan ajar juga sudah baik. Bahan ajar menyajikan pertanyaan-pertanyaan dan gambar-gambar yang menarik, sehingga mampu menarik motivasi peserta didik untuk membaca dan memecahkan permasalahan yang disajikan. Kemampuan membaca peserta didik dalam memahami sajian materi bahan ajar sudah baik. Salah satu faktor pendukung kemampuan membaca peserta didik dalam memahami bahan ajar adalah penggunaan bahasa Inggris yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, komunikatif, serta cara penyusunan gagasan antar kalimat dan paragraf yang runtut. Widodo 1995: 24 menyatakan bahwa bahan ajar dengan kriteria tingkat keterbacaan mudah dipahami, dapat digunakan peserta didik untuk belajar mandiri. Berdasarkan pendapat tersebut, maka bahan ajar fisika berbasis inkuiri juga dapat berfungsi sebagai alat yang membimbing peserta didik dalam belajar mandiri.

4.2.3 Hasil Belajar Kognitif

Nilai post test menunjukkan kemampuan kognitif siswa mengalami peningkatan pada kelompok eksperimen maupun kontrol. Kelompok eksperimen mengalami peningkatan hasil belajar kognitif yang lebih signifikan daripada kelompok kontrol. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa dan persentase ketuntasan klasikal kelas. Kelompok eksperimen mempunyai hasil lebih baik, karena penggunaan bahan ajar fisika berbasis inkuiri, melatih siswa untuk tidak hanya menerima tetapi menemukan sendiri konsep-konsep fisika. Selama ini pembelajaran fisika di kelas menggunakan buku yang hanya menyajikan hafalan konsep saja dan kurang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Bahan ajar berbasis inkuiri disusun sesuai dengan orientasi pembelajaran KTSP yang menekankan pembelajaran berpusat pada siswa. Penerapan bahan ajar fisika berbasis inkuiri, melatih siswa untuk menemukan sendiri makna dari segala sesuatu yang dipelajari melalui pertanyaan-pertanyaan dan kegiatan percobaan yang disajikan. Cara menemukan sendiri membuat kemampuan kognitif siswa menjadi lebih baik, karena siswa menjadi lebih aktif dalam memperoleh pengetahuan. Hal ini sesuai pendapat Barrow dalam Khan 2009 pembelajaran inkuiri dimaksudkan agar siswa memperoleh keterampilan dan mampu mengembangkan sikap dalam mencari penyelesaian soal dan masalah dengan jawaban yang logis melalui pembelajaran yang penuh makna. Bahan ajar berbasis inkuiri ini banyak menyajikan permasalahan yang berkaitan dengan materi pemantulan cahaya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menarik keingintahuan siswa dan upaya pemecahan masalahnya sehingga mereka aktif dalam pembelajaran. Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dengan cara inkuiri, membuat pengetahuan tentang pemantulan cahaya mudah diingat dan bertahan lama. Hal ini sesuai dengan pendapat Sund dan Townbridge dalam Rapi 2008 yang menyatakan bahwa pendekatan inkuiri meningkatkan proses intelektual siswa. Siswa memperoleh suatu kepuasan intelektual karena melalui pembelajaran berbasis inkuiri, terjadi proses belajar sejati.

4.2.3 Hasil Belajar Psikomotor