Kendala Guru dalam Melakukan Pembinaan Etik Multikultural

97 etik multikultural dapat berjalan dengan baik. Siswa-siswa SD Kuncup Melati Semarang begitu senang melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler yang dibimbing oleh guru sesuai dengan bidangnya masing-masing.

b. Kendala Guru dalam Melakukan Pembinaan Etik Multikultural

kepada Siswa SD Kuncup Melati Semarang dalam Kegiatan Belajar Mengajar Dalam memberikan pembinaan etik multikultural di SD Kuncup Melati Semarang memiliki beberapa permasalahan meskipun tidak terlalu banyak. Masalah yang timbul adalah terkadang guru mengalami kerepotan dalam memberikan motivasi kepada siswa apabila masalah siswa yang sedang dihadapi berkenaan dengan teman sebayanya, yaitu terjadi perkelahian yang dilakukan siswa di dalam kelas. Akan tetapi, guru akan segera meluruskan masalah tersebut. Hal demikian serupa dengan pernyataan Bapak Noehoni Harsono selaku guru ekstrakurikuler gambar: “Kalau diantara mereka ada yang istilahnya ekstrim ya kita luruskan bahwa cara-cara begitu tidak tepat, apalagi untuk sekolahan yang multikultural itu kan kita harus lebih memahami ya.” Wawancara tanggal 13 April 2013. Di SD Kuncup Melati Semarang belum tersedia guru yang membidangi mata pelajaran khusus agama Islam, Kristen, dan Katholik. Mata pelajaran khusus untuk agama Islam, Kristen, dan Katholik diampu oleh guru-guru yang memeluk agama yang bersangkutan. Jadi, materi-materi yang akan disampaikan kepada siswa-siswa belum 98 sepenuhnya dikuasai oleh guru tersebut. Guru hanya menyampaikan ilmu yang didapatkan di dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan agama yang dipercayainya. Kendala yang lain adalah karena SD Kuncup Melati Semarang berdiri di tengah-tengah pemukiman warga Tionghoa, jadi guru mengajarkan sedikit budaya dari daerah-daerah yang ada di Indonesia. Di sekolah tersebut hanya didominasi budaya Cina saja, seperti terlihat siswa-siswa menyanyikan lagu Indonesia Pusaka versi bahasa Mandarin, bangunan sekolah dengan pernak-pernik khas budaya Cina, dan pemberian peralatan sekolah dengan warna khas budaya Cina. Sejauh ini, dengan keberagaman karakteristik siswa di SD Kuncup Melati Semarang tidak menjadi penghalang dan tidak menjadi persoalan bagi guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar KBM di sekolah. Bagi Pak Wayan selaku guru tari di SD Kuncup Melati Semarang mengatakan bahwa multikultural tidaklah menjadi kendala dalam mengajarkan tari kepada siswa. Hal tersebut justru akan menambah wawasan dan semangat siswa. Dalam memberikan motivasi kepada siswanya, guru memberikan nasihat atau cara yang berbeda-beda kepada siswa. Bu Agustin Indrawati Dharmawan memotivasi siswa-siswa SD Kuncup Melati Semarang di antara multikultural adalah berdasarkan cita-cita untuk masa depan. Beliau mengatakan: “Karena di awal dikatakan bahwa tidak melihat siapa kamu, ya kita memotivasi siswa bagaimana caranya agar cita-cita atau 99 impian mereka tercapai, tanpa melihat, menengok latar belakang agama, suku, dan sebagainya.” Wawancara tanggal 17 April 2013. Berbeda dengan Pak Wayan, beliau memotivasi siswa-siswa berdasarkan bidang tari yang diajarkannya. Beliau mengatakan: “Kalau motivasi, disini kan biar anak-anak semangat, itu ada pementasan. Nah, disana juga ada penilaian tersendiri. Jadi pas pementasan ada nilai untuk anak kalau memang plus atau bagus, kita berikan sesuai dengan itu. Jadi, otomatis motivasi anak pasti akan lebih semangat.” Wawancara tanggal 13 April 2013. Bu Ipung selaku guru Wali Kelas V memotivasi siswa-siswa di antara multikultural ke arah kebersamaan. Beliau mengatakan: “Emm... kalau memotivasinya begini ya, bahwa kita ini satu keluarga. Meskipun kita dari berbagai macam etnik dan berbagai macam agama bahwa kita ini satu, jadi jangan membeda-bedakan, sehingga dalam segala sesuatu yang kita utamakan adalah kepentingan bersama. Kemudian, kita utamakan juga kebersamaan antara anak-anak di dalam kelas atau dengan kelas yang lainnya. Tidak membedakan yang mana kelas 5 dan kelas 6. Jadi sama kerjasamanya, sama kegiatannya. Contohnya misalkan tentang kebersihan. Jadi di setiap jenjang kelas diutamakan kerjasamanya.” Wawancara tanggal 26 April 2013.

B. Pembahasan

Pembahasan dalam skripsi ini meliputi pembahasan tentang pembinaan etik multikultural dan kendala guru dalam melakukan pembinaan etik multikultural di SD Kuncup Melati Semarang. Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun pembahasan dalam skripsi ini adalah berkaitan dengan deskripsi tentang pembinaan etik multikultural dan kendala guru dalam melakukan pembinaan etik multikultural di SD Kuncup Melati Semarang.