6
B. Prebiotik
Gibson dan Roberfroid 1995 seperti diacu dalam Fanworth 2001 mendefinisikan prebiotik sebagai bahan pangan yang tidak dapat dicerna
nondigestible yang menguntungkan bagi inang dengan menstimulasi secara selektif pertumbuhan dan atau aktivitas bakteri tertentu dalam
kolon inang. Salminen et al. 2004
a
menyebutkan bahwa suatu ingredien pangan dapat diklasifikasikan sebagai prebiotik jika memenuhi
persyaratan berikut 1 tidak terhidrolisis atau terserap pada saluran pencernaan bagian atas, 2 secara selektif dapat menstimulir
pertumbuhan bakteri yang menguntungkan pada kolon, dan 3 dapat menekan pertumbuhan bakteri patogen, sehingga secara sistemik dapat
meningkatkan kesehatan. Prebiotik merupakan suatu konsep untuk meningkatkan jumlah
bakteri target tertentu yang telah ada dalam kolon. Sasaran peningkatan jumlah bakteri tersebut adalah produksi asam lemak rantai pendek SCFA
- Short Chain Fatty Acid karena pengaruhnya terhadap lingkungan saluran pencernaan bagian bawah, metabolisme, dan pencegahan penyakit
tertentu Fanworth, 2001. Prebiotik pada umumnya merupakan karbohidrat dengan bobot
molekul rendah yang tidak dapat diserap dan dicerna serta umumnya berbentuk oligosakarida dan serat pangan Silalahi dan Hutagalung,
2002. Salminen et al. 2004
a
menyatakan bahwa oligosakarida dalam kacang-kacangan yang terdiri atas rafinosa dan stakiosa ternyata dapat
dicerna oleh Bifidobacterium spp. Konsumsi bahan prebiotik secara signifikan dapat memodulasi komposisi mikroflora kolon yang
menyebabkan Bifidobacteria lebih dominan dan banyak ditemukan dalam feses Gibson dan Robertfroid, 1995.
Pada percobaan pertumbuhan lima jenis bakteri asam laktat laktat Lactobacillus casei galur Shirota, L. casei galur Rhamnosus,
Lactobacillus G3, Bifidobacterium longum dan B. bifidum secara in vitro yang dilakukan oleh Putri 2005 diketahui bahwa kelima jenis BAL
7
tersebut dapat menggunakan ektrak oligosakarida umbi talas sebagai sumber gula untuk mendukung pertumbuhannya.
C. Oligosakarida
Oligosakarida adalah gula yang mengandung 2-20 unit sakarida atau dengan kata lain, oligosakarida adalah suatu polisakarida rantai pendek.
Sebagian terdapat secara alami dalam sayur-sayuran dan buah-buahan sementara sebagian lainnya dapat diproduksi secara sintetis melalui
hidrolisis polisakarida atau melalui penggunaan teknologi enzim Gibson Angus, 2000. Berdasarkan keseragaman monosakarida penyusunnya,
oligosakarida dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu homo- oligosakarida dan hetero-oligosakarida. Homo-oligosakarida adalah
adalah tipe oligosakarida yang tersusun dari satu jenis sakarida saja, sedangkan hetero-oligosakarida adalah tipe oligosakarida yang tersusun
atas dua jenis atau lebih monosakarida. Oligosakarida bersifat sangat mudah larut dalam air atau pelarut polar lainnya Pazur, 1970.
Oligosakarida adalah karbohidrat sederhana, banyak dikonsumsi dalam bentuk minuman ringan, biskuit, gula-gulabonbon, dan produk.
lainnya. Oligosakarida fungsional adalah polisakarida pendek dengan struktur kimia yang unik sehingga tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim
pada percernaan manusia. Jadi oligosakarida fungsional pada akhirnya akan sampai di dalam usus besar. Dengan demikian, oligosakarida
tertentu dapat menjadi media yang baik untuk pertumbuhan bakteri Bifidobacteria yang menguntungkan di dalam usus besar kolon. Dengan
peningkatan jumlah bakteri ini, pertumbuhan bakteri pembusuk yang merugikan dapat ditekan, yakni Escherichia coli dan Streptococcus
faecalis Silalahi dan Hutagalung, 2002. Lebih lanjut Silalahi dan Hutagalung 2002 menyebutkan bahwa
peningkatan jumlah bifidobakteria sesudah mengkonsumsi oligosakarida akan mencegah pertumbuhan bakteri patogen yang masuk dari luar tubuh
dan bakteri saluran pencernaan yang merugikan. Karena konsumsi oligosakarida akan mendukung produksi asam lemak rantai pendek
terutama asam asetat dan asam laktat dengan perbandingan 3:2 dan
8
kemampuan untuk menghasilkan zat yang bersifat antimikroba. Hampir semua zat yang diproduksi oleh bakteri bersifat asam sebagai hasil
fermentasi karbohidrat oligosakarida. Dengan terbentuknya zat-zat antibakteri dan asam maka pertumbuhan bakteri patogen seperti
Salmonella dan E. coli akan dihambat. Tomomatsu 1994 diacu dalam Silalahi dan Hutagalung 2002 menyebutkan bahwa konsumsi
oligosakarida akan mengurangi metabolit toksis dan enzim-enzim yang merugikan. Konsumsi 3-6 g oligosakarida per hari, akan mengurangi
senyawa-senyawa toksis yang ada dalam usus dan enzim-enzim yang merugikan sebanyak 44,6 dan 40,9, masing-masing selama tiga
minggu. Beberapa jenis karbohidrat kandidat prebiotik lainnya selain rafinosa adalah inulin, oligosakarida kedelai, galakto-oligosakarida,
isomalto-oligosakarida, gentio-oligisakarida, xylo-oligosakarida, laktulosa, stakiosa, sorbitol, xylitol, palatinosa dan laktosukrosa
Fanworth, 2001. Fruktooligosakarida merupakan jenis oligosakarida yang tidak dapat
dicerna yang tersusun atas glukosil-fruktosil
n-1
-fruktosa GF
n
dan fruktosil
m
-1-fruktosa F
m
. Inulin GF
n
dan hidrolisat inulin F
m
dikenal dengan nama oligofruktosa terdapat secara alami dalam berbagai tanaman seperti bawang, asparagus, bawang perai, pisang dan
gandum, serta terdapat dalam akar chicory sebagai sediaan energi utamanya. Inulin diproduksi secara komersial dari akar chicory melalui
ekstraksi dengan air panas
a
Salminen et al., 2004. Oligofruktosa selama ini dapat diperoleh dengan dua cara berbeda, yaitu melalui hidrolisis
enzim parsial inulin yang berasal dari chicory, dan melalui sintesis dari sukrosa menggunakan fruktosil transferase Franck, 2000.
Fruktooligosakarida difermentasi secara selektif oleh sebagian besar BAL galur bifidobakteria. Konsumsi fruktooligosakarida 4-20 gramhari secara
selektif menstimulasi pertumbuhan bifidobakteri pada manusia Salminen et al., 2004
a
. Inulin dan oligofruktosa dalam sistem pencernaan manusia tidak
mengalami perubahan signifikan karena struktur spesifik ikatan β
2-1
9
yang dimilikinya tidak dapat dihidrolisis oleh enzim pencernaan manusia. Senyawa ini akan sampai ke dalam usus besar dan difermentasi oleh
mikroba Franck, 2000. Fermentasi FOS secara spesifik dilakukan dengan
β-fruktofuranosidase yang terasosiasi dengan sel bifidobakteri Manning dan Gibson, 2004.
Gambar 2.2
. Struktur kimia a oligofruktosa dan b inulin Anonim, 2007
Rafinosa merupakan salah satu jenis oligosakarida yang dapat dimurnikan dari beberapa tanaman umumnya dari bit putih Salminen et
al., 2004
a
. Oligosakarida jenis ini merupakan trisakarida yang terdiri dari monomer fruktosa, galaktosa dan glukosa dengan titik leleh 78
o
C Pazur, 1970. Menurut penelitian Benno dan rekannya 1984 di dalam Salminen
et al. 2004
a
, pemberian 15 gram rafinosa perhari selama 4 minggu telah meningkatkan jumlah bifidobakteria di feses manusia secara signifikan.
Rafinosa dapat dimetabolisme oleh mikroflora usus sehingga dihasilkan asam laktat, asam asetat, asam butirat, hidrogen peroksida, bakteriosin
dan metabolit lainnya Mishra dan Lambert, 1996. Rafinosa tidak dapat dicerna karena mukosa usus mamalia tidak mempunyai enzim
α- galaktosidase, sehingga oligosakarida tersebut tidak dapat diserap oleh
tubuh. Di dalam usus, oligosakarida ini akan difermentasi oleh bakteri- bakteri yang ada dalam usus, sehingga terbentuk gas karbondioksida,
hidrogen, dan metan. Oligosakarida yang mengandung ikatan α-
fruktosil glukosil
fruktosil n
n
b a
10
galaktosida pada bahan pangan terkait dengan timbulnya flatulensi, yaitu suatu keadaan menumpuknya gas-gas dalam lambung Muchtadi, 1989.
Putri 2005 menyatakan bahwa kandungan maltosa, rafinosa dan sukrosa dalam ekstrak oligosakarida talas mentega masing-masing adalah
sebesar 369.66 ppm, 50.88 ppm dan 103.31 ppm. Pada kromatografi kertas ekstrak oligosakarida talas mentega juga ditemukan spot gula
rafinosa, fruktosa dan oligosakarida lainnya, sedangkan pada hasil kromatografi kertas ekstrak oligosakarida talas ketan tidak ditemukan
spot oligosakarida, tetapi ditemukan spot gula yang mendekati spot
glukosa dan sukrosa. Gambar 2.1 dibawah ini menunjukan struktur kimia rafinosa.
Gambar 2.2 . Struktur kimia rafinosa [
β-D-Fruktofuranosil 0-α-D Galaktopiranosil-1-6-
α-D-Galaktopiranosida] Anonim, 2006
D. Bakteri Asam Laktat
Bakteri asam laktat BAL mempunyai ciri tipikal Gram positif, tidak membentuk spora, katalase negatif, sama sekali tidak mempunyai
sitokrom, nonaerobik tetapi aerotoleran, tahan terhadap asam, menghasilkan asam laktat sebagai produk akhir utama dalam fermentasi
gula. BAL umumnya dihubungkan dengan habitat yang kaya nutrisi seperti berbagai macam produk atau bahan pangan susu, daging,
minuman dan sayur-sayuran, tetapi beberapa juga merupakan anggota flora normal mulut, usus, dan vagina mamalia. Umum terjadi variasi
dalam sifat BAL yang telah disebutkan di atas, hanya sifat Gram positif yang tidak dapat diganggu gugat. Genus yang memiliki ciri-ciri umum
tipikal BAL adalah Aerococcus, Lactobacillus, Leuconostoc, Pediococcus
11
dan Streptococcus. Genus Bifidobacterium dalam Bergeys Manual of Determinative Bacteriology-1957 masuk sebagai kategori Lactobacillus
bifidum, meskipun demikian Bifidobacterium secara filogenetik lebih terhubung dengan grup bakteri Gram positif Actinomycetaceae. Genus
Bifidobacterium memiliki jalur fermentasi gula yang unik dan berbeda, sehingga membedakannya dari grup BAL. Taksonomi BAL selanjutnya
mengalami revisi yang cukup besar pada Bergeys Manual of Determinative Bacteriology-1986, khususnya untuk genus Streptokoki.
Genus Streptococcus pertama-tama dibagi menjadi tiga genus berbeda; Enterococcus, Lactococcus, dan Streptococcus sensu stricto. Selanjutnya
beberapa BAL yang bersifat motil yang serupa Laktokoki, digabung dalam genus lain yang berbeda, yaitu Vagococcus. Genus Lactobacillus,
Leuconostoc dan Pediococcus umumnya tetap tidak berubah, kecuali beberapa BAL yang berbentuk batang yang semula tergabung dalam
genus Lactobacillus, sekarang membentuk genus Carnobacterium, dan spesies Pediococcus halophilus telah menjadi genus baru, yaitu
Tetragenococcus. Klaster BAL yang berbeda secara filogenetik, termasuk beberapa spesies yang sebelumnya digabungkan dalam genus
Lactobacillus atau Leuconostoc, telah disarankan menjadi genus lain yang berbeda, yaitu Weisella. Leuconostoc oenos telah diajukan untuk
ditentukan sebagai genus baru yaitu Oenococcus. Genus baru yaitu Alloiococcus, Dolosicoccus, Dolosigranulum, Eremococcus, Facklamia,
Globicatella, Helcoccus, Ignavigranum dan Lactosphaera, juga mengandung beberapa galur yang bertalian dengan grup BAL, baik secara
filogenetik maupun secara fisiologis Axxelson, 2004. Bakteri asam laktat diklasifikasikan menurut tipe fermentasi asam
laktat yaitu homofermentatif dan heterofermentatif. Bakteri homofermentatif melakukan fermentasi homolaktat karena hanya
menghasilkan asam laktat sebagai produk fermentasinya, sedangkan bakteri heterofermentatif selain memproduksi asam laktat juga
memproduksi asam asetat, etanol dan karbondioksida sebagai hasil fermentasi. Bakteri asam laktat yang tergolong homofermentatif misalnya
12
Leuconostoc dan beberapa species Lactobacillus. Bakteri asam laktat yang tergolong heterofermentatif adalah Streptococcus, Pediacoccus dan
beberapa spesies Lactobacillus Fardiaz, 1989. Organ mulut, lambung dan usus kaya akan mikroflora alami yang
menghuninya, baik dari segi jenis maupun jumlahnya. Esofagus dan lambung memiliki jenis mikroflora yang hampir sama, namun variasi
jumlah dan jenis mikrofloranya meningkat sepanjang saluran pencernaan dengan konsentrasi tertinggi di bagian kolon. Cairan lambung hanya
mengandung sejumlah kecil bakteri dan kamir, yaitu 10
2
-10
3
ml saat mencerna. Namun setelah pencernaan selesai jumlah bakterinya
meningkat 100-1000 kali lipat dari jumlah awalnya. Peningkatan jumlah ini dapat disebabkan adanya mikroflora yang ikut masuk bersama
makanan. Lambert dan Hull, 1996. Lebih lanjut Lambert dan Hull 1996 menyatakan beberapa jenis
BAL yang mendominasi lambung dan usus adalah Lactococcus, Lactobacillus spp., Leuconostoc dan Bifidobacterium. Kemampuan BAL
untuk menempel di permukaan mukosa usus dan bersaing dengan mikroflora lainnya serta produksi senyawa antibakteri menyebabkannya
dapat bersaing dengan patogen lain yang tahan terhadap asam dan cairan empedu.
Beberapa jenis penyakit dan masalah kesehatan yang dapat dibantu dikurangi oleh BAL adalah intoleransi laktosa, infeksi enterik, diare, diare
akibat konsumsi antibiotik, konstipasi dan kanker usus Salminen et al, 2004
b
.
a. Lactobacillus sp.
Lactobacillus adalah genus BAL dengan jumlah anggota terbesar dengan karakteristik yang sangat beragam karakter fenotip, biokimia dan
fisiologis. Karakteristik umum bakteri ini adalah berbentuk batang, dapat memproduksi karbondioksida dari glukosa dapat bersifat
homofermentatif maupun heterofermentatif, dapat tumbuh pada suhu 10
o
C, 6.5 NaCl dan pH 4.4, namun tidak dapat tumbuh pada 18 NaCl
13
dan pH 9.6 Axelsson, 1998. Lactobacillus dapat tahan terhadap asam lambung dan dapat melewatinya sehingga dapat mencapai usus halus dan
kolon. Bakteri jenis ini dapat bertahan pada kondisi dengan pH 4 selama beberapa minggu secara in vitro Lambert dan Hull, 1996.
Lactobacillus casei Shirota yang lebih dikenal sebagai bakteri Yakult, merupakan bakteri yang diisolasi pertama kali oleh Dr. Minoru
Shirota, seorang ahli mikrobiologi dari Jepang. Lactobacillus casei Shirota mempunyai morfologi bentuk batang, berada dalam koloni
tunggal maupun berantai, mempunyai panjang 1.5-5.0 μm dan lebar 0.6-
0.7 μm, bersifat Gram positif, katalase negatif, tidak membentuk
endospora maupun kapsul, tidak mempunyai flagella, anaerobik fakultatif, hidup dengan baik pada suhu optimum15-41
o
C dan pH 3.5 atau lebih Selamat, 1992.
Lactobacillus casei Rhamnosus bersifat homofermentatif, gram positif, katalase negatif, dan tidak membentuk spora Buchanan
Gibbons, 1974. Selain itu bakteri ini termasuk dalam golongan bakteri asam laktat yang bersifat termobakterium karena bakteri ini dapat tumbuh
pada suhu 45
o
C Robinson, 1981. Rastal dan Vatsala 2002 menyebutkan bahwa L. casei Rhamnosus hanya dapat memfermentasi
FOS oligomer trsisakarida dan tetrasakarida, dan tidak memfermentasi pentasakarida.
L. rhamnosus dan L. casei Shirota bermanfaat dalam mencegah dan mengobati infeksi gastrointestinal tertentu, termasuk diare rotavirus pada
anak-anak dan diare yang berhubungan dengan antibiotik dan perawatan radiasi panggul Sandholm-Mattila, 2000.
b. Bifidobacterium sp.
Bakteri dari genus Bifidobakteria berbentuk batang, Gram positif dan tidak membentuk spora. Morfologi selnya biasanya lengkung dan
secara ekstrim dapat membengkak dan dapat membentuk percabangan, namun biasa pula ditemukan bentuk bulat maupun bentuk batang dengan
panjang yang bervariasi. Berbagai macam bentuk tersebut bentuk V, Y,
14
atau X lebih dipengaruhi komposisi medium kultur. Pertumbuhan optimum bakteri ini adalah pada kisaran pH 6.5-7.0. Untuk spesies
Bifidobacterium yang berasal dari manusia temperatur optimum pertumbuhannya adalah 36-38
o
C, sedangkan untuk spesies yang berasal dari hewan suhu optimum pertumbuhannya lebih tinggi, yakni pada 41-
43
o
C Ballongue, 2004. Karakteristik utama Bifidobakteria menurut Greed et al. 1957 adalah bersifat Gram positif, anaerob obligat pada
kultur primer dan kemudian menjadi mikroaerofilik atau anaerob fakultatif.
Bifidobacterium bifidum mempunyai efek menguntungkan bagi tubuh seperti dapat melindungi usus dari bakteri atau khamir patogen,
menghasilkan asam asetat dan asam laktat sehingga menciptakan kondisi usus yang asam dan tidak dapat dihuni oleh bakteri berbahaya, mencegah
pertumbuhan bakteri yang mampu mengubah senyawa nitrat dalam usus yang berasal dari makanan dan minuman menjadi senyawa nitrit yang
bersifat prokarsinogenik, menghasilkan vitamin B dan membantu fungsi hati dalam proses pencernaan makanan Chaitow dan Trenev, 1990.
Selain itu B. bifidum dapat pula menghasilkan suatu antibiotik yaitu Bifidin yang sangat efektif melawan Shigella dysentria, Salmonella
typhosa, Staphylococcus aureus, E. coli dan bakteri lainnya Tomomatsu, 1994 diacu oleh Silalahi dan Hutagalung, 2002.
B. bifidum dapat memfermentasi fruktosa, galakatosa, sukrosa dan melibiosa, namun tidak dapat memfermentasi rafinosa, maltosa dan inulin
Ballongue, 2004. Bifidobacterium longum berbentuk batang, tidak terjadi pertumbuhan pada suhu kurang dari 20
o
C, tidak memiliki resistensi terhadap suhu lebih dari 46
o
C, dan pH awal optimal untuk pertumbuhannya adalah 6.5-7.0 Ballongue, 1998. Yuguchi et al. 1992
menyebutkan B. longum tidak membentuk spora, berukuran 2-8 μm,
katalase negatif, suhu optimum untuk pertumbuhannya adalah 36-38
o
C dan akan mati pada suhu 60
o
C. B. longum dapat memfermentasi rafinosa, xylosa, mannosa, fruktosa, galaktosa, sukrosa dan meilibiosa, tetapi tidak
dapat memfermentasi inulin Ballongue, 2004.
15
E. Separasi Fraksi Karbohidrat
Kromatografi merupakan metode pemisahan yang memerlukan waktu singkat dan lebih efektif dibandingkan dengan pemisahan lainnya,
dengan kromatografi dapat dilakukan pemisahan yang tidak mungkin dilakukan dengan metode lain Nur et al., 1987. Dari beberapa jenis
kromatografi yang umum digunakan untuk separasi kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis, kromatografi gas, dan lain-lain, metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kromatografi kertas. Woods dan Aurand 1977 menyebutkan kromatografi kertas merupakan
metode yang baik untuk mengidentifikasi gula secara kualitatif, khususnya jika jumlah gula yang terdapat pada larutan relatif sedikit.
Pada dasarnya prinsip pemisahan pada kromatografi adalah perbedaan distribusi pada dua fase berbeda yaitu fase bergerak dan fase
tetap. Kromatografi kertas tergolong dalam kategori kromatografi partisi, dimana zat akan terdistribusi di antara dua cairan sebagai fase bergerak
dan fase tetap. Pada kromatografi partisi konvensional, fase tetap bersifat lebih polar daripada fase gerak, senyawa yang paling tidak polar akan
memiliki waktu retensi yang paling rendah atau Rf paling tinggi dalam kromatografi lapisan. Pada kromatografi kertas fase tetapnya adalah air
pelarut yang lebih polar yang terimobilisasi dalam serat selulosa Houghton dan Raman, 1998.
Woods dan Aurand 1977 menyebutkan secara umum urutan nilai Rf gula pada kromatografi kertas adalah; pentosa paling tinggi, heksosa,
disakarida, dan trisakarida. Sementara Horowitz 1980 menyatakan nilai Rf sangat dipengaruhi oleh gugus hidroksil gula. Nilai Rf berhubungan
dengan interaksi antara gugus hidroksil dari gula melalui ikatan hidrogennya dengan air sebagai fase diam. Jumlah gugus hidroksil
ekuatorial yang semakin tinggi akan menghasilkan nilai Rf gula semakin rendah di dalam pelarut organik sebagai fase bergerak. Selain kombinasi
sistem pelarut propil alkohol-etil asetat-air seperti yang digunakan dalam penelitian ini, pelarut lain yang dapat digunakan untuk mengisolasi
16
oligosakarida dengan kromatografi kertas adalah sistem pelarut butil alkohol-piridin-benzena-air.
17
III. METODOLOGI
A. Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan tepung talas kontrol dan tepung talas perlakuan yaitu umbi talas mentega dan air.
Bahan-bahan kimia yang digunakan meliputi etanol 70 vv, aquades, Pb-asetat CICA
TM
jenuh, propanol Merck
TM
, etil asetat Merck
TM
, difenilamin Merck
TM
, anilin Merck
TM
, asam ortofosfat Merck
TM
dalam aseton Merck
TM
, kertas Whatman No. 1, rafinosa Difco
TM
, maltosa Merck
TM
, sukrosa Flucka
TM
, glukosa Merck
TM
, fruktosa Sigma
TM
, inulin Merck
TM
dan oligofruktosa Orafti
TM
P95. Bahan-bahan yang digunakan dalam uji pertumbuhan BAL in vitro adalah kultur BAL,
proteose peptone Difco
TM
, yeast exract Difco
TM
, Tween 80 Merck
TM
, dipotasium hidrogen fosfat Merck
TM
, sodium asetat Merck
TM
, MgSO
4
.7H
2
O Difco
TM
, dan MnSO
4
.4H
2
O Merck
TM
, akuades, bacto agar Difco
TM
, dan gliserol Univar
TM
. Bahan-bahan untuk pengujian prebiotik umbi talas adalah tikus percobaan, kultur BAL, dan bahan-bahan pakan
standar maizena Honig
TM
, minyak jagung China Corn Oil
TM
, kasein, premix vitamin Fitkom
TM
, premix mineral, selulosa dan akuades. Bahan-bahan media yang digunakan adalah MRS deMann Rogosa
Sharpe Broth Oxoid
TM
, MRS deMann Rogosa Agar Oxoid
TM
, larutan fisiologis NaCl 0.85, EMBA Eosin Methylene Blue Agar Difco
TM
, LB Lactose Broth Difco
TM
, SCB Selenite Cystine Broth Oxoid
TM
, BSA Bismuth Sulfite Agar Oxoid
TM
, HEA Hectone Enteric Agar Oxoid
TM
dan TSIA Triple Sugar Iron Agar Oxoid
TM
. B.
Alat-Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk membuat tepung talas kontrol dan perlakuan adalah pisau, neraca, oven, baskomwadah, ayakan 60 mesh,
slicer, kukusan, Whilley mill, wajan, sodet dan kompor. Alat untuk ekstraksi oligosakarida yaitu magnetic stirer, sentrifuge, evaporator
vakum, tabung reaksi, botol penyemprot, gelas ukur, dan gelas piala. Alat-alat yang digunakan dalam tahap uji pertumbuhan BAL adalah alat-