mengkin kula pundhut riyin.”
Bu Siti : “Nggih kenging bu Eni, kula ndamel gula cair lan
santene.”
Bu Dini : Wah. Buahe sampun lengkap
wonten melon, pepaya,
buah naga lan rumput laut.”
mengkin kula pendhet riyin.”
Bu Siti : “Nggih kenging bu Eni, kula ndamel gula cair lan
santene.”
Bu Dini : Wah. Buahe sampun jangkep
wonten melon, gandhul,
buah naga lan rumput laut.” 8
Heru : “Ya wis padha milih-milih dhisit. Kula nunggu-nunggu teng
mriki.” Heru : “Ya wis padha milih-milih
dhisit. Kula nengga teng mriki.”
4.1.1.2 Aspek Pelafalan Kelas Eksperimen
Keterampilan berbicara aspek pelafalan pada kelas eksperimen menggunakan pembelajaran generatif berbasis konteks ditunjukkan pada tabel
berikut. Tabel 4.4 Perolehan Skor Aspek Pelafalan Kelas Eksperimen
No Kategori Nilai Frekuensi Prosentase
Rata-rata
1. Tuntas ≥ 70
22 79 75,7
Tuntas
2. Tidak Tuntas
70 6 21
Jumlah 28
100
Berdasarkan data tabel 4.4, dapat diketahui perolehan skor keterampilan siswa dalam berbicara aspek pelafalan. Aspek pelafalan dinilai dari ketepatan
siswa mengucapkan fonem, baik pengucapan vokal maupun konsonan yang digunakan siswa dalam berbicara. Selain itu, aspek pelafalan didasarkan pada
ketepatan pelafalan kata bahasa Jawa secara baku tetapi berbasis kearifan lokal.
Siswa yang berkategori tuntas sebanyak 22 siswa dengan prosentase sebesar 79. Siswa yang kurang dari nilai KKM sebanyak 6 siswa dengan
prosentase 21. Nilai rata-rata kelas sebesar 75,7 dan telah melampaui nilai KKM yang ditetapkan yaitu
≥70. Siswa yang belum tuntas dalam aspek pelafalan karena masih terdapat
beberapa kesalahan dalam aspek pelafalan. Beberapa siswa belum bisa melafalkan fonem d, dh, t dan th dengan benar. Lebih lanjut akan dijelaskan pada tabel
berikut. Tabel 4.5 Analisis Kesalahan Berbahasa Pelafalan Kelas Eksperimen
No Salah Benar
1 “Bade plesir teng pundi
Mas?” “Badhe plesir teng pundi Mas?”
2 “Teng Jogja dik”
“Teng Jogja dhik” 3
“Nggih Bu, napa buahe dereng katah.”
“Nggih Bu, napa buahe dereng kathah.”
Dapat dijelaskan misal pada kalimat ; 1 “Bade plesir teng pundi Mas?”, pada kata bade dilafalkan d seharusnya dilafalkan dh badhe. 2 “ Teng Jogja
dhik.” Lafal dh pada kata dhik dilafalkan d menjadi dik. Kata yang dimaksud
adalah sebutan untuk menyapa adiknya. 3 “Nggih Bu, napa buahe dereng kathah?”
, lafal th pada kata kathah dilafalkan t menjadi katah. Kata yang dimaksud dalam kalimat tersebut adalah jumlah yang banyak.
4.1.1.3 Aspek Intonasi Kelas Eksperimen
Aspek intonasi dinilai dari ketepatan intonasi yang digunakan siswa ketika berbicara sesuai unggah-ungguh basa. Aspek intonasi meliputi keras lemahnya
volume suara, intonasi ketika ada tanda baca titik, koma, intonasi pada kalimat berita, kalimat tanya dan kalimat perintah. Keterampilan berbicara aspek intonasi
kelas eksperiman menggunakan pembelajaran generatif berbasis kontekstual ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4.6 Perolehan Skor Aspek Intonasi Kelas Eksperimen
No Kategori Nilai Frekuensi Prosentase
Rata-rata
1. Tuntas ≥ 70
26 93 79,3
Tuntas
2. Tidak Tuntas
70 2
7 Jumlah
28 100
Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui hasil perolehan skor aspek intonasi kelas eksperimen. Nilai rata-rata kelas aspek intonasi sebesar 79,3 dari
jumlah 28 siswa. Nilai rata-rata ini berkategori tuntas karena nilai rata-rata kelas ≥70. Siswa yang berkategori tuntas sebanyak 26 siswa atau 93, dan siswa yang
tidak tuntas sebanyak 2 siswa dengan prosentase 7. Masih terdapat beberapa siswa yang belum tepat menggunakan intonasi
kalimat perintah. Misal intonasi kalimat yang seharusnya menggunakan nada kalimat perintah, namun siswa menggunakan nada kalimat berita. Kesalahan
intonasi terdapat pada kalimat ; “Oh. Bu, sampeyan mawon sing bayar teng sekolahan nggih”
. Pada kalimat tersebut seharusnya pelafalan sebagai kalimat
perintah namun disampaikan dengan nada yang datar sehingga terdengar seperti kalimat berita.
4.1.1.4 Aspek Struktur Kelas Eksperimen