Menurut Allen terdapat sembilan kelompok media, yaitu: visual diam, film, televisi, obyek tiga dimensi, rekaman, pelajaran terprogram, demonstrasi,
buku teks cetak, dan sajian lisan. Di samping mengklasifikasikan, Allen juga mengkaitkan antara jenis
media pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Allen melihat bahwa, media tertentu memiliki kelebihan untuk tujuan pembelajaran
tertentu, tetapi lemah untuk tujuan pembelajaran lainnya. Allen
menggemukakan tujuan belajar antara lain: info faktual, pengenalan visual, prinsip dan konsep, prosedur, keterampilan, dan sikap. Setiap jenis media
tersebut memiliki perbedaan kemampuan untuk mencapai tujuan belajar, ada tinggi, sedang, dan rendah.
4. Menurut Gerlach dan Ely Media dikelompokkan berdasarkan ciri- ciri fisiknya atas delapan
kelompok, yaitu benda sebenarnya, presentasi verbal, presentasi grafis, gambar diam, gambar bergerak, rekaman suara, oengajaran terprogram, dan
simulasi. 5. Menurut Ibrahim
Media dikelompokkan berdasarkan ukuran serta kompleks tidaknya alat dan perlengkapannya atas lima kelompok, yaitu media tanpa proyeksi tiga
dimensi, media audio, media proyeksi, televisi, video, komputer.
2.1.16 Hakikat IPA Ilmu Pengetahuan Alam
2.1.16.1 Pengertian IPA
Wisudawati dan Sulistyowati 2014: 22 mengemukakan bahwa IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan
percobaan induktif namun pada perkembangan berikutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori deduktif.
Selanjutnya definisi IPA menurut Subiyanto, 1998 dalam Wisudawati
dan Sulistyowati 2014: 23 mendefinisikan bahwa yang dimaksud IPA adalah:
a. suatu cabang pengetahuan yang menyangkut fakta-fakta yang tersusun secara sistematis dan menunjukkan berlakunya hukum-hukum umum.
b. pengetahuan yang didapatkan dengan jalan study dan praktik. c. suatu cabang ilmu yang bersangkut-paut dengan observasi dan klasifikasi
fakta-fakta, terutama dengan disusunnya hukum umum dengan induksi dan hipotesis.
Senada dengan definisi tersebut, Gagne 2010 yang dikutip oleh Wisudawati dan Sulistyowati 2014:24,
“sciene should be viewed as away of thingking in the persuit of understanding nature, as a way of investigating claims
about phenomena, and as a body of knowledge that has resulted from inquiry IPA harus dipandang sebagai cara berfikir dalam pencarian tentang pengertian
rahasia alam, sebagai cara penyelidikan terhadap gejala alam, dan sebagai batang tubuh pengetahuan yang dihasilkan dari inkuiri.
Sedangkan Carin dan Sund 1193 dalam Wisudawati dan Sulistyowati 2014: 24 mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun
secara teratur, berlaku umum universal dan berupa data hasil kumpulan
observasi dan eksperimen. Merujuk pada definisi IPA menurut Carin dan Sund tersebut, maka IPA memiliki empat unsur utama yaitu:
a. sikap, artinya IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab- akibat.
b. proses, artinya proses pemecahan IPA memungkinkan adanya prosedur yang runtut dan sistematis melalui metode ilmiah. Metode ilmiah tersebut meliputi
hipotesis, perancangan eksperimen, atau percobaan, evaluasi, pengukuran,dan penarikan simpulan.
c. produk, artinya IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.
d. aplikasi, artinya penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh dan
menggunakan rasa ingin tahunya untuk memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah yang menerapkan langkah-langkah metode ilmiah.
Oleh sebab itu IPA selalu disamakan dengan the way of thingking. Wisudawati dan Sulistyowati 2014: 24
2.1.16.2 Hakikat Pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA
adalah interaksi antara komponen-komponen
pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan. Wisudawati dan Sulistyowati 2014:
26. Wisudawati dan Sulistyowati 2014: 26 juga menemukan bahwa proses
pembelajaran IPA terdiri atas tiga tahap yaitu perencanaan proses pembelajaran
IPA, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.
2.1.16.3 Konsep Belajar dan Pembelajaran IPA Proses belajar IPA ditandai dengan adanya perubahan pada individu yang
belajar, baik berupa sikap dan perilaky, pengetahuan, pola pikir,dan konsep nilai yang dianutnya. Wisudawati dan Sulistyowati 2014: 31. Konsep belajar banyak
dikemukan oleh para ahli pendidikan dan psikologis, Wisudawati dan Su- listyowati 2014: 31 telah mengemukakan secara ringkas tentang konsep belajar
yang berhubungan dengan pembelajaran IPA.
1. Belajar Menurut Pandangan Skinner Merupakan proses adaptasi atau penyesuaiantingkah laku yang berlangsung
secara progresif. Belajar dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar maka responnya baik dan sebaliknya. Jadi belajar merupakan
perubahan dalam peluang terjadinya respon. Seseorang peserta didik akan belajar untuk memperoleh nilai yang baik. Nilai yang baik ini menurut
Skinner merupakan “operant conditioning”. 2. Belajar Menurut Robert M. Gagne
Mengemukakan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks yang menghasilkan kapabilitas. Timbulnya kapabilitas menghasilkan stimulasi yang
berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh peserta didik Gagne et al.,1992. Kemudian Gagne juga berpendapat bahwa lingkungan
akan berpengaruh signifikan terhadap kesuksesan peserta didik belajar IPA
sehingga diperlukan suatu pembelajaran yang diatur sebagai suatu kejadian yang berdampak pada peserta didik dengan menggunakan fasilitas- fasilitas
tertentu, misalnya handout, gambar, grafik atau penampang lintang organ, KIT praktikum fisika, model atom, dll.
3. Belajar Menurut Pandangan Pieget Belajar merupakan proses perubahan konsep. Dalam proses tersebut, peserta
didik selalu membangun konsep baru melalui asimilasi dan akomodasi skema mereka. Oleh karena itu belajar merupakan proses yang berlangsung secara
terus-menerus.
4. Belajar Menurut Pandangan Carl R. Rogers Belajar menurut Carl R. Rogers jika diaplikasikan pada pembelajaran IPA
akan terjadi terjadi suatu korelasi positif. Hal ini berakar bahwa dalam proses pembelajaran IPA berlandaskan pada discovery-inquiry. Untuk mencapai
belajar IPA yang bermakna, seorang peserta didik harus dapat menemukan konsep-konsep yang dipelajari di sekolah pada fenomena-fenomena yang
dialami melalui proses discovery inquiry. 5. Belajar Menurut Pandangan Benjamin S. Bloom
Belajar Menurut Pandangan Benjamin S. Bloom jika diaplikasikan pada pembelajaran IPA adalah perumusan tujuan-tujuan pendidikan yang
disesuaikan dengan dimensi kognitif mengingat, memahami, mengap- likasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta dan dimensi penge-
tahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Sesuai dengan hakikat ipa bahwa IPA merupakan proses dan produk.
2.2 KAJIAN EMPIRIS
Sebelum penelitian ini dilakukan terdapat berbagai macam penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yang berhubungan dengan penggunaan media
pembelajaran terhadap pembelajran IPA. Untuk mengetahui relevansinya dengan
penelitian ini maka hasil-hasilnya akan diuraikan berikut ini:
Penelitian yang dilakukan oleh Chandra Putri Tirtiana 2013 yang berjudul “Pengaruh Kreativitas Belajar, Penggunaan Media Pembelajaran Power
Point, dan Lingkungan Keluarga Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Akuntansi pada Peserta didik Kelas X Akt SMK Negeri 2 Blora Tahun Ajaran
20122013 Motivasi Belajar Sebagai Variabel Intervening”. Hasil penelitiannya
menyebutkan adanya pengaruh penggunaan media pembelajaran power point terhadap hasil belajar. Media pembelajaran yang sesuai dengan ketepatan
penggunaan, berupa kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, tingkat pemahaman peserta didik, waktu yang lebih singkat membuat kegiatan belajar mengajar di
sekolah berjalan dengan lancar. Pembuatan media pembelajaran yang sesuai dengan taraf berfikir peserta didik membuat peserta didik dapat memahami materi
secara cepat, dan dapat diulang ketika mereka berada di rumah, sehingga mereka termotivasi untuk belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik dalam
Arsyad, 2004: 15 yang mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang
baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan