8
2.1.2 Perkembangan Fisik Pada Masa Remaja
Perubahan fisik sudah dimulai pada masa praremaja dan terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang akan makin sempurna pada
masa remaja pertengahan dan remaja akhir. Maturasi seksual terjadi seiring dengan perkembangan karakteristik seksual primer dan sekunder.
Karakteristik primer berupa perubahan fisik dan hormonal yang penting untuk reproduksi dan karakteristik sekunder mencakup perubahan dalam
bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelaminnya, perubahan fisik yang terjadi yaitu perkembangan kecepatan pertumbuhan skelet, seperti
pertumbuhan skelet, otot, dan viseral. Perubahan spesifik seks, seperti perubahan bahu dan lebar pinggul. Perubahan distribusi otot dan lemak
perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks sekunder Potter Perry, 2005.
2.1.3 Perkembangan Kognitif Masa Remaja
Dalam tahapan perkembangan kognitif remaja, terjadi perubahan dalam pemikiran dan lingkungan sosial remaja yang akan menghasilkan
tingkat perkembangan yang intelektual yang tinggi. Pada tahap ini remaja telah mampu memperkirakan suatu kemungkinan, mengurutkannya,
memecahkan masalah, dan mengambil keputusan secara logis. Remaja dapat berfikir abstrak dan menghadapi masalah hipotetik secara efektif.
Jika berkonfrontasi dengan masalah, remaja dapat mempertimbangkan berbagai penyebab dan solusi yang tepat. Untuk pertama kalinya remaja
dapat mengalami kemajuan proses berfikir yang sebelumnya masih
Universitas Sumatera Utara
9
bersifat fisikkonkret menjadi bersifat abstrak seperti saat anak usia sekolah hanya berfikir mengenai hal yang sedang terjadi sedangkan
remaja telah mampu membayangkan hal apa yang akan terjadi Potter Perry, 2009.
2.1.4 Perkembangan Psikososial Masa Remaja
Pencarian identitas diri merupakan tugas utama remaja dalam perkembangan psikososial tahap perkembangan ini disebut tahapan
identitas versus kebimbangan identitas. Setiap remaja pada dasarnya dihadapkan pada suatu krisis yang berhubungan dengan tugas
perkembangannya. Keberhasilan menghadapi krisis akan meningkatkan dan mengembangkan kepercayaan dirinya, berarti mampu mewujudkan
jati dirinya sehingga remaja merasa siap untuk menghadapi tugas perkembangan berikutnya dengan baik, dan sebaliknya, individu yang
gagal dalam menghadapi suatu krisis cenderung akan memiliki kebingungan identitas. Individu yang mengalami kebingungan identitas
ditandai dengan adanya perasaan tidak mampu, tidak berdaya, penurunan harga diri, dan tidak percaya diri, akibatnya ia pesimis menghadapi masa
depannya Erikson, 1968 dalam Dariyo, 2004. Tugas perkembangan remaja pada masa remaja adalah memperluas
hubungan antar pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya baik pria maupun wanita, memperolah peranan sosial,
menerima kondisi fisiknya, memperoleh kebebasan emosionil dari orangtua dan orang dewasa lainnya, mencapai kepastian akan kebebasan
Universitas Sumatera Utara
10
dan kemampuan berdiri sendiri, memilih da mempersiapkan lapangan pekerjaan,
membentuk sistema
nilai-nilai moral,
dan falsafah
hidupGunarsa. D, 2003. Proses pembentukan identitas diri adalah proses yang panjang yang
dan kompleks yang membutuhkan kontinuitas dari masa lalu, sekarang, dan yang akan datang dari kehidupan individu, dan hal ini akan
membentuk kerangka
berfikir untuk
mengorganisasikan dan
mengintegrasikan perilaku ke dalam bidang kehidupan. Dengan demikian individu dapat menerima dan menyatukan kecenderungan pribadi, bakat,
dan peran yang diberikan oleh orang tua, teman sebaya maupun masyarakat dan pada akhirnya dapat memberikan arah tujuan dan arti
dalam kehidupan mendatang Soetjiningsih, 2004. Pada saat memasuki usia remaja, remaja akan dihadapkan pada suatu
pertanyaan yang penting yaitu tentang “siapa aku”. Pada saat bersamaan, ketika remaja merasakan ketidakpastian akan dirinya, lingkungan
masyarakat sekitar mulai menanyakan hal–hal yang berkaitan dengan remaja, misalnya remaja sudah harus mulai membuat langkah awal
menentukan karir, pendidikan dimasa depan, dan gaya hidupnya. Dengan demikian remaja harus berusaha menemukan jawabanya baik untuk
dirinya sendiri maupun bagi masyarakat sekitar Erikson, 1968 dalam Soetjiningsih, 2004. Dalam perkembangan psikososial remaja dapat
dilihat dari beberapa aspek yaitu:
Universitas Sumatera Utara
11
2.1.4.1 Hubungan dengan orang tua
Pada masa remaja, remaja cenderung menginginkan kemandirian dan kebebasan dalam mengeksplorasikan diri sehingga dengan sendirinya
keterikatan dengan orang tua berkurang. komunikasi yang efektif dan pola asuh yang demokratif adalah cara yang paling baik untuk menyelesaikan
masalah ini. Komunikasi yang terbuka dimana masing–masing anggota keluarga dapat berbicara tanpa adanya perselisihan akan memberikan
kekompakan dalam keluarga sehingga hal tersebut juga dapat membantu remaja dalam proses pencarian identitas diri Potter Perry, 2009.
Jersild dkk, 1998 dalam Ali dan Asrori, 2004 mengatakan remaja memiliki perjuangan untuk membebaskan dirinya dari ketergantungan dari
orang tua untuk mencapai status dewasa. Dengan demikian, ketika berinteraksi dengan orang tua, remaja mulai berusaha meninggalkan
kemanjaan dirinya dengan orang tua dan semakin bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Akibatnya remaja sering kali mengalami pergolakan dan
konflik ketika berinteraksi dengan orang tua. Remaja berusaha menempatkan dirinya berteman dengan orang dewasa dan berinteraksi
dengan lancar dengan mereka. Namun, usaha remaja ini sering kali memperoleh hambatan yang disebabkan oleh pengaruh dari orangtua yang
sebenarnya masih belum bisa melepaskan anak remajanya secara penuh. Akibatnya, remaja sering kali menentang gagasan–gagasan dan sikap
orang tuanya.
Universitas Sumatera Utara
12
2.1.4.2 Hubungan dengan saudara kandung
Hubungan saudara sekandung remaja meliputi menolong, berbagi, mengajar, bertengkar, dan bermain, dan saudara sekandung remaja bisa
bertindak sebagai pendukung emosi, lawan, dan teman komunikasi. Dalam beberapa contoh, saudara sekandung bisa lebih kuat mempengaruhi remaja
dibandingkan dengan orang tua. Seseorang yang usianya dekat dengan si remaja seperti saudara kandung mungkin bisa lebih memahami masalah
remaja dan berkomunikasi lebih efektif dari pada orang tua. Dalam berhadapan dengan teman sebaya, menghadapi guru yang sulit, dan
mendiskusikan masalah yang tabu seperti seks, saudara sekandung bisa lebih berpengaruh dalam melakukan sosialisasi terhadap remaja
dibandingkan dengan orangtua Santrock, 2003. Saudara sekandung yang lebih muda jarang memahami kebutuhan pribadi remaja untuk berfikir
dan berinteraksi dengan teman kelompoknya. Pada saat tertentu remaja menyukai interaksi dengan saudara sekandung yang lebih muda Potter
Perry, 2009.
2.1.4.3 Hubungan dengan kelompok
Dalam perkembangan sosial remaja mulai memisahkan diri dari orang tua dan mulai memperluas hubungan dengan teman sebaya. Pada
umumnya remaja menjadi anggota kelompok usia sebaya peer group. Kelompok sebaya menjadi begitu berarti dan sangat berpengaruh dalam
kehidupan sosial remaja. Kelompok sosial juga merupakan wadah untuk belajar kecakapan–kecapakan peran karena dalam kelompok remaja
Universitas Sumatera Utara
13
menjalani berbagai peran, remaja juga sangat bergantung kepada teman sebagai sumber kesenangan dan keterikatannya dalam kelompok sangat
kuat. Keterikatan tersebut akan bertambah dengan meningkatnya frekuensi interaksi di antara anggota kelompok. Dalam pembentukan kelompok
biasanya muncul perilaku konformitas kelompok, dimana remaja akan berusaha untuk dapat menyesuaikan dirinya dan menyatu dengan
kelompok agar diterima di dalam kelompoknya, kelompok teman merupakan faktor pengaruh yang penting bagi remaja yang semakin
membutuhkan pengakuan dan penerimaan masyarkat. Hubungan teman sebaya yang buruk dan penolakan dari teman sebaya dapat menyebabkan
remaja mengalami depresi Soetjiningsih, 2004.
2.1.4.4 Konsep Diri
Konsep diri adalah gambaran diri tentang aspek fisiologis maupun psikologis yang berpengaruh pada perilaku dalam penyesuaian diri
dengan orang lain. Aspek fisik meliputi warna kulit, bentuk tubuh gemukkurus, tinggi badan tinggipendek, wajah cantiktampan.
Sedangkan aspek psikologis meliputi kebiasaan, kepribadian, watak, sifat, kecerdasan, minat bakat, dan kemampuan – kemampuan lain.
Sejauh mana individu menyadari dan menerima segala kelebihan maupun kekurangan yang ada pada dirinya, maka akan mempengaruhi
pembentukan konsep dirinya. Jika individu mampu menerima kelebihan dan kekurangan tersebut, dalam diri individu akan tumbuh konsep diri
positif, sebaliknya jika individu tidak mampu menerimanya, maka akan
Universitas Sumatera Utara
14
cenderung menumbuhkan konsep diri yang negatif. Konsep diri yang baik, akan mempengaruhi kemampuan individu dalam penyesuaian diri dengan
lingkungan sosialnya dengan baik. Sebaliknya, jika konsep dirinya negatif, cenderung menghambat dalam penyesuaian diri dengan lingkungan
sosialnya Dariyo, 2004. Kelompok sebaya merupakan kekuatan utama dalam membentuk
konsep diri anggota kelompok. Popularitas dan pengakuan dalam kelompok sebaya dapat meningkatkan harga diri, kepercayaan diri, dan
memperkuat konsep diri remaja. Keterlibatan yang total dalam kelompok membuat remaja terlihat tidak mampu mengambil keputusan sendiri dan
merasa tidak percaya diri Remaja yang lepas dari kelompok sebayanya dan terisolasi akan mencari dan mengembangkan identitasnya sendiri
Potter Perry, 2009.
2.1.4.5 Ketakutan
Takut pada usia remaja berpusat pada penerimaan kelompok sebaya, perubahan tubuh, hilangnya pengendalian diri, munculnya dorongan
seksual. Remaja sering mengamati perubahan dan ketidaksempurnaan pada tubuhnya. Adanya kelainan yang nyata dan tidaknya menyebabkan
remaja merasakan kekhawatiran yang terus menerus Potter Perry, 2009.
Universitas Sumatera Utara
15
2.1.4.6 Pola Koping
Perilaku meniru koping dikembangkan dari pengalaman remaja sehari-hari dan dari maturasi kognitif yang berkembang. Kemampuan
untuk memecahkan masalah melalui tindakan logis, sudah dapat berfikir abstrak dan menghadaapi masalah hipotenik secara efektif, jika
berkonfrontasi dengan masalah, remaja dapat mempertimbangkan beragam penyebab dan solusi yang banyak. Beberapa remaja menggunakan strategi
koping penghindaran ketika suatu masalah tidak bisa di atasi dan suatu usaha dilakukan untuk mengurangi ketegangan dengan ikut terlibat dalam
perilaku kenakalan remaja seperti penggunaan zat kimia terlarang Potter Perry, 2009.
2.1.4.7 Moral
Perkembangan penerimaan moral bergantung sekali dengan keterampilan kognitif dan komunikasi serta interaksi dengan orang lain.
Pada tingkat tertinggi, moralitas di dapat dari prinsip hati nurani individu. Remaja menilai dirinya sendiri dengan ide internal, yang sering
menyebabkan konflik antara nilai diri dan kelompok. Perkembangan moral remaja digambarkan sebagai tahap yang konvensional, tahap ini
dicirikan dengan kemampuan untuk mengambil perspektif moral orang tua dan anggota masyarakat ke dalam dirinya untuk di pertimbangkan
Kohlberg, 1964 dalam Potter Perry 2005.
Universitas Sumatera Utara
16
2.1.4.8 Aktifitas Pengalih
Kebanyakan remaja mengembangkan minat khususnya pada olah raga tertentu dan berkonsentrasi pada perkembangan keterampilan. Sering
melakukan aktifitas rekreasi dan berusaha memiliki barang-barang yang sedang popular di kalangan sebaya seperti komputer dan mobil Potter
Perry, 2009.
2.1.4.9 Nutrisi
Kebutuhan nutrisi total sangat dibutuhkan pada masa remaja untuk membantu proses pertumbuhan dan perkembangan remaja, jika asupan
nutrisi tidak adekuat maka proses tumbuh kembang remaja akan terganggu baik di metabolisme, tingkat aktifitas, tampilan fisik, dan
maturasi seksual Soetjiningsih, 2004. Seorang remaja yang berada pada tahap masa krisis identitas, hal ini mendorong remaja untuk mencari jati
diri, dengan cara mewujudkan keinginannya agar menjadi individu yang sempurna secara intelektual, kepribadian, maupun penampilan fisiknya
agar dapat menarik perhatian lawan jenisnya maka salah satu upaya yang di lakukan adalah berusaha memiliki bentuk tubuh yang ideal misalnya
mengatur pola makan. Sebahagian remaja memiliki kecemasan yang tinggi jika ia gagal mengatur pola makannya dan khawatir dirinya menjadi
gemuk. Sehingga kebanyakan remaja melakukan diet atau pantangan terhadap pola kebiasaan makan secara ketat. Akan tetapi kebanyakan
remaja tidak tahu tentang pola makan yang baik sehingga sampai
Universitas Sumatera Utara
17
mengganggu pola pengaturan makan yang baik akibatnya remaja mengalami gangguan makan Dariyo, 2004.
2.2 Konsep Bencana 2.2.1 Defenisi Bencana
Bencana diartikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan atau penghidupan masyarakat
yang disebabkan oleh faktor alam danatau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis UU Nomor 24 Tahun 2007. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
bencana mempunyai arti sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian, atau penderitaan.
2.2.2 Jenis – Jenis Bencana
Jenis – jenis bencana menurut Undang–Undang No.24 Tahun 2007, antara lain :
a. Bencana alam
Bencana alam adalah bencana yang di akibatkan oleh peristiwa alam seperti : gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. b. Bencana non alam
Bencana non alam adalah bencana yang di akibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam seperti gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
Universitas Sumatera Utara
18
c. Bencana sosial Bencana sosial adalah bencana yang di akibatkan oleh
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang di akibatkan oleh manusia seperti adanya konflik sosial antar kelompok atau
antar komunitas masyarakat dan teror.
2.2.3 Dampak Bencana Terhadap Psikososial