12
2.1.4.2 Hubungan dengan saudara kandung
Hubungan saudara sekandung remaja meliputi menolong, berbagi, mengajar, bertengkar, dan bermain, dan saudara sekandung remaja bisa
bertindak sebagai pendukung emosi, lawan, dan teman komunikasi. Dalam beberapa contoh, saudara sekandung bisa lebih kuat mempengaruhi remaja
dibandingkan dengan orang tua. Seseorang yang usianya dekat dengan si remaja seperti saudara kandung mungkin bisa lebih memahami masalah
remaja dan berkomunikasi lebih efektif dari pada orang tua. Dalam berhadapan dengan teman sebaya, menghadapi guru yang sulit, dan
mendiskusikan masalah yang tabu seperti seks, saudara sekandung bisa lebih berpengaruh dalam melakukan sosialisasi terhadap remaja
dibandingkan dengan orangtua Santrock, 2003. Saudara sekandung yang lebih muda jarang memahami kebutuhan pribadi remaja untuk berfikir
dan berinteraksi dengan teman kelompoknya. Pada saat tertentu remaja menyukai interaksi dengan saudara sekandung yang lebih muda Potter
Perry, 2009.
2.1.4.3 Hubungan dengan kelompok
Dalam perkembangan sosial remaja mulai memisahkan diri dari orang tua dan mulai memperluas hubungan dengan teman sebaya. Pada
umumnya remaja menjadi anggota kelompok usia sebaya peer group. Kelompok sebaya menjadi begitu berarti dan sangat berpengaruh dalam
kehidupan sosial remaja. Kelompok sosial juga merupakan wadah untuk belajar kecakapan–kecapakan peran karena dalam kelompok remaja
Universitas Sumatera Utara
13
menjalani berbagai peran, remaja juga sangat bergantung kepada teman sebagai sumber kesenangan dan keterikatannya dalam kelompok sangat
kuat. Keterikatan tersebut akan bertambah dengan meningkatnya frekuensi interaksi di antara anggota kelompok. Dalam pembentukan kelompok
biasanya muncul perilaku konformitas kelompok, dimana remaja akan berusaha untuk dapat menyesuaikan dirinya dan menyatu dengan
kelompok agar diterima di dalam kelompoknya, kelompok teman merupakan faktor pengaruh yang penting bagi remaja yang semakin
membutuhkan pengakuan dan penerimaan masyarkat. Hubungan teman sebaya yang buruk dan penolakan dari teman sebaya dapat menyebabkan
remaja mengalami depresi Soetjiningsih, 2004.
2.1.4.4 Konsep Diri
Konsep diri adalah gambaran diri tentang aspek fisiologis maupun psikologis yang berpengaruh pada perilaku dalam penyesuaian diri
dengan orang lain. Aspek fisik meliputi warna kulit, bentuk tubuh gemukkurus, tinggi badan tinggipendek, wajah cantiktampan.
Sedangkan aspek psikologis meliputi kebiasaan, kepribadian, watak, sifat, kecerdasan, minat bakat, dan kemampuan – kemampuan lain.
Sejauh mana individu menyadari dan menerima segala kelebihan maupun kekurangan yang ada pada dirinya, maka akan mempengaruhi
pembentukan konsep dirinya. Jika individu mampu menerima kelebihan dan kekurangan tersebut, dalam diri individu akan tumbuh konsep diri
positif, sebaliknya jika individu tidak mampu menerimanya, maka akan
Universitas Sumatera Utara
14
cenderung menumbuhkan konsep diri yang negatif. Konsep diri yang baik, akan mempengaruhi kemampuan individu dalam penyesuaian diri dengan
lingkungan sosialnya dengan baik. Sebaliknya, jika konsep dirinya negatif, cenderung menghambat dalam penyesuaian diri dengan lingkungan
sosialnya Dariyo, 2004. Kelompok sebaya merupakan kekuatan utama dalam membentuk
konsep diri anggota kelompok. Popularitas dan pengakuan dalam kelompok sebaya dapat meningkatkan harga diri, kepercayaan diri, dan
memperkuat konsep diri remaja. Keterlibatan yang total dalam kelompok membuat remaja terlihat tidak mampu mengambil keputusan sendiri dan
merasa tidak percaya diri Remaja yang lepas dari kelompok sebayanya dan terisolasi akan mencari dan mengembangkan identitasnya sendiri
Potter Perry, 2009.
2.1.4.5 Ketakutan