sering mengalami kesalahpahaman dalam suasana dan konteks tuturannya, termasuk dalam memahami makna yang terkandung dalam sebuah kata yang
mengacu pada emosi. Dengan adanya perbedaan konteks ujaran, makna emotif yang dihasilkan juga berbeda sehingga diperlukan adanya pemahaman konteks
ujaran. Oleh karena itu, dalam menganalisis partikel pemarkah emotif dalam bahasa Jepang hendaknya menggunakan pendekatan pragmatik, yaitu dengan
mempertimbangkan konteks situasi ujaran dan makna emotif yang dimaksud penutur.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Analisis Partikel Pemarkah Emotif Bahasa Jepang : Satu Kajian Pragmatik
”.
1.2 Batasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan agar penelitian lebih fokus, perlu ditentukan batasan masalah yang akan diteliti. Dalam
penelitian ini, penulis hanya akan membatasi ruang lingkup pembahasan pada partikel yang terdapat dalam kalimat percakapan yang membawa makna emotif
yang dituturkan oleh penutur, baik penutur wanita maupun pria, dalam komik “Gals” karya Mihona Fujii jilid 1.
1.3 Rumusan Masalah
Dalam bahasa Jepang terdapat partikel kalimat yang berfungsi sebagai pemarkah emotif. Pemarkah emotif ini dapat dipahami melalui konteks ujaran.
Dengan kata lain, makna emotif pada partikel bahasa Jepang terikat konteks
Universitas Sumatera Utara
makna pragmatik. Atas dasar pertimbangan seperti ini, rumusan masalah dalam penelitian ini ditetapkan seperti berikut :
1 Partikel apa sajakah yang muncul sebagai pemarkah emotif dalam
kalimat percakapan bahasa Jepang berdasarkan konteks situasi percakapan?
2 Makna emotif apa sajakah yang terdapat dalam kalimat percakapan
berdasarkan konteks situasi percakapan? 3
Bagaimanakah hubungan makna emotif dan partikel pemarkah emotif dalam konteks situasi percakapan bahasa Jepang?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan : 1
Jenis partikel pemarkah emotif yang muncul pada kalimat percakapan berdasarkan konteks situasi percakapan.
2 Makna emosi yang dibawa oleh partikel yang muncul pada kalimat
percakapan berdasarkan konteks situasi percakapan. 3
Hubungan makna emosi yang muncul dengan konteks situasi percakapan.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis
1 Sebagai bahan rujukan penelitian dalam kajian pragmatik bahasa
Jepang, khususnya dalam kajian mengenai partikel dan bahasa lisan
Universitas Sumatera Utara
2 Memberikan penjelasan bahwa partikel bahasa Jepang tidak hanya
berfungsi sebagai pemarkah gramatikal, melainkan juga sebagai pemarkah emotif.
1.5.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan memperkaya khasanah ilmu linguistik kejepangan serta membantu dalam meningkatkan kualitas penelitian
bahasa Jepang terutama mengenai keterkaitan partikel dengan bahasa lisan sehingga berpotensi diterapkan dalam pembelajaran mata kuliah
percakapan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II KONSEP, KERANGKA TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengantar
Pada bagian ini diuraikan konsep, kerangka teori, dan kajian pustaka yang digunakan dalam penelitian ini yang terdiri dari teori-teori yang mendasari dan
penelitian-penelitian yang relevan.
2.2 Pragmatik
Sistem bahasa dihubungkan dengan alam diluar bahasa oleh apa yang disebut pragmatik. Dalam hal ini, Sudaryat 2004 : 1 menyatakan bahwa pragmatik
berfungsi untuk menentukan serasi tidaknya sistem bahasa dengan pemakaian bahasa dalam komunikasi. Hal serupa dinyatakan oleh Leech 1997 : 1 bahwa
upaya untuk menguak hakikat bahasa tidak akan membawa hasil yang diharapkan tanpa didasari pemahaman terhadap pragmatik, yakni bagaimana bahasa itu
digunakan dalam komunikasi.
Menurut Leech 1997 : 5-6, pragmatik mempelajari maksud ujaran yaitu untuk apa ujaran itu dilakukan; menanyakan apa yang seseorang maksudkan
dengan suatu tindak tutur; dan mengaitkan makna dengan siapa berbicara kepada siapa, dimana, bila mana, bagaimana. Kemudian, Leech 1997 : 8 mengartikan
pragmatik sebagai studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar speech situasions.
Hal senada pun disampaikan oleh Levinson 1983 : 9 yang menyebutkan bahwa pragmatik sebagai kajian dari hubungan antara bahasa dan konteks yang
mendasari penjelasan pengertian bahasa yang merujuk pada fakta bahwa untuk
Universitas Sumatera Utara
mengerti sesuatu ungkapanujaran bahasa diperlukan juga pengetahuan di luar makna kata dan hubungan tata bahasanya, yakni hubungannya dengan konteks
pemakaiannya. Lebih lanjut, Levinson menyebutkan bahwa pragmatik mengkaji tentang kemampuan pemakai bahasa mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks-
konteks yang sesuai bagi kalimat-kalimat itu. Kecenderungan kajian pragmatik, seperti yang dikemukakan oleh Thomas
1995: 2, terbagi menjadi dua bagian, pertama, dengan menggunakan sudut pandang sosial, menghubungkan pragmatik dengan makna pembicara speaker
meaning; dan kedua, dengan menggunakan sudut pandang kognitif, menghubungkan pragmatik dengan interpretasi ujaran utterance interpretation.
Berbeda dengan pemikiran Thomas, Yule 1996 : 3-4 berpendapat bahwa pragmatik mencakup empat ruang lingkup, yaitu studi tentang maksud penutur,
studi tentang makna kontekstual, studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan, dan studi tentang ungkapan dari jarak
hubungan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pragmatik
adalah suatu telaah umum mengenai bagaimana suatu konteks mempengaruhi peserta tutur dalam menafsirkan kalimat atau menelaah makna dalam kaitannya
dengan situasi ujaran.
2.3 Konteks