penilaian terhadap apa yang dipikirkan atau dirasakan. Hal senada dikemukakan oleh Sudaryat 2004 :26 yang menyebutkan bahwa
makna emotif merupakan makna yang timbul sebagai akibat reaksi penutur terhadap penggunaan bahasa
dalam dimensi rasa yang berhubungan dengan perasaan yang timbul setelah pesapa mendengar atau membaca sesuatu kata sehingga menunjukkan adanya
nilai emosional. Karena itu, makna afektif atau makna emotif berhubungan dengan perasaan pribadi penutur, baik terhadap penutur maupun objek
pembicaraan. Makna ini lebih terasa dalam bahasa lisan daripada bahasa tulisan. Secara semantis, orang yang mengalami emosi dikatakan pengalam
experiencer. Ada dua cara yang digunakan pengalam untuk mengungkap emosi: secara verbal dan nonverbal. Ungkapan emosi verbal melalui kata-kata atau ujaran
emosi, sedangkan ungkapan emosi nonverbal melalui ekspresi wajah mimik, gerakan tangan, gerakan kata, mengangkat bahu, dan sebagainya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa makna emotif merupakan makna yang timbul akibat adanya reaksi dari penutur mengenai apa yang dipikirkan atau
dirasakan yang dalam penelitian ini digambarkan melalui adanya penggunaan partikel pemarkah emotif. Partikel sebagai pemarkah emotif memegang peranan
untuk menyampaikan makna emotif penutur kepada lawan tutur dalam suatu percakapan bahasa Jepang.
2.6. Penelitian yang Relevan
Mia 2007 dalam tesisnya “Analisis Fungsi Shuujoshi Kana dan Kashira dalam Manga Berjudul Asari Chan 1,5, dan 9
” menganalisis tentang perbedaan fungsi shuujoshi kana dan kashira. Ia menyebutkan bahwa kana digunakan dalam
Universitas Sumatera Utara
ragam bahasa pria dan kashira dalam ragam bahasa wanita. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, kedua partikel tersebut mulai digunakan baik pada
pria maupun wanita. Penelitian di atas memberikan pandangan mengenai penggunaan kana dan
kashira dalam ragam percakapan pria dan wanita. Kana dan kashira sebagai salah satu partikel akhir kalimat cenderung pada pengungkapan keragu-raguan,
pengandaian, dan pengungkapan saran kepada diri sendiri. Hal ini membantu dalam menganalisis partikel sebagai pemarkah emotif dalam percakapan.
Manurung 2010 dalam jurnal “Analisis Penggunaan Partikel Akhiran
Shuujoshi „Ne‟ dan „Yo‟ pada Novel “Sabiru Kokoro” menganalisis tentang perbedaan makna sebagai pembeda fungsi pada shuujoshi ne dan yo. Dalam jurnal
tersebut, dinyatakan bahwa shuujoshi ne, digunakan oleh penutur saat ia mempunyai kesamaan persepsi dengan pendengarnya, sedangkan penggunaan
shuujoshi yo terjadi apabila pernyataan penutur berbeda dengan persepsi si pendengarnya. Selain itu juga terdapat perbedaan makna yang besar diantara
sesama shuujoshi ne dan sesama shuujoshi yo. Ne dan yo sebagai salah satu partikel akhir kalimat merupakan partikel yang
cukup sering digunakan dalam percakapan yang berfungsi untuk menyetujui maupun tidak menyetujui pendapat lawan bicara. Melalui penelitian di atas
memberikan pandangan mengenai fungsi yang berbeda antara partikel ne dan yo sehingga penelitian di atas dapat mempermudah dalam menganalisis makna
emotif partikel ne dan yo dalam penelitian ini. Nurhayati 2010 dalam tesisnya “Analisis Penggunaan Josei Senyou no
Bunmatsushi dalam Bahasa Wanita dalam Bahasa Jepang Modern ” yang
Universitas Sumatera Utara
menganalisis mengenai bunmatsushi shuujoshi, yakni partikel di akhir kalimat yang biasa digunakan oleh wanita untuk menunjukkan perasaan pembicara
terhadap lawan bicara, seperti kashira, mono, no, yo, dan wa, serta bentuk kalimat yang menyertainya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ditemukan bahwa josei
senyou no bunmatsushi berfungsi untuk menghindari pernyataan langsung, tidak bersifat memerintah, dan tidak memaksakan pendapat terhadap lawan bicara, yang
umumnya digunakan pada lawan bicara yang dekat atau berusia yang lebih muda dalam situasi tidak formal. Bentuk kalimat yang disertai josei senyou no
bunmatsushi sebagian besar dalam bentuk biasa futsutai. Penelitian di atas memiliki kajian yang mendekati penelitian ini, yakni
membahas mengenai fungsi partikel akhir kalimat yang umum digunakan oleh wanita. Dalam fungsi partikel yang dibahas pada penelitian di atas terdapat hasil
penelitian yang menunjukkan adanya makna emotif pada beberapa partikel akhir kalimat dalam percakapan wanita, sehingga penelitian ini membantu proses
analisis data dalam penelitian ini Laili 2010 dalam artikel jurnalnya berjudul “Penggunaan Bahasa Ragam
Pria Danseigo oleh Tokoh-Tokoh Utama Wanita dalam Komik Chibi Maruko Chan Karya Momoko Sakura
” yang menganalisis fungsi shuujoshii partikel akhir kalimat dan pronomina dalam ragam bahasa pria bahasa Jepang yang digunakan
oleh tokoh wanita dalam komik Chibi Maruko Chan 3. Analisis dilakukan terhadap 188 data kalimat dengan menyertakan konteks percakapan melalui
pendekatan sosiolinguistik. Hasil penelitian menunjukkan fungsi-fungsi shuujoshi dalam ragam bahasa wanita yang berjumlah 52 kalimat dan yang dianalisis
Universitas Sumatera Utara
berjumlah 11 data dan fungsi pronomina dalam ragam bahasa pria yang berjumlah 4 kalimat dan yang dianalisis berjumlah 3 data.
Penelitian di atas melakukan analisis terhadap partikel dan bahasa Jepang, yakni shuujoshi partikel akhir kalimat yang didalamnya menyinggung fungsi
shuujoshi yang berkaitan dengan makna emotif. Penelitian di atas memberikan pandangan mengenai fungsi shuujoshi dalam kaitannya dengan makna emotif
yang juga merupakan salah satu objek kajian dalam penelitian ini Aderyn 2011 dalam tesisnya
“Analisis Fungsi Partikel Ka Shuujoshi dalam Novel Rough Karya Aoki Hikaru
” yang menganalisis mengenai berbagai macam fungsi partikel ka. Dari penelitian tersebut, ditemukan fungsi yang paling
banyak ditemukan dalam novel tersebut adalah fungsi yang menunjukkan suatu hal yang tidak pasti, didahului kata tanya yang mengekspresikan keraguan.
Penelitian di atas secara tidak langsung mengungkapkan bahwa adanya makna emotif dalam partikel ka, yakni keraguan, sehingga mendekati kajian
penelitian ini, yakni memberikan pandangan mengenai fungsi partikel ka yang dalam hal ini berkaitan dengan makna emotif.
Arvianti 2011 dalam artikel jurnalnya yang berjudul “Kajian Konteks dalam Tindak Tutur Tidak Langsung
” yang menganalisis kalimat-kalimat tidak langsung melalui konteks yang berkaitan dengan waktu dan tempat, interaksi antara penutur
dan lawan tutur, serta hubungan penutur dan lawan tutur dengan menggunakan pendekatan pragmatik. Berdasarkan penelitian tersebut ditemukan bahwa
keterkaitan konteks sangat berpengaruh dalam memahami tuturan yang melibatkan setting tempat dan waktu tuturan, kegiatan interaksi berbahasa antara
penutur dan lawan tutur, dan relasi antar penutur
Universitas Sumatera Utara
Penelitian di atas menekankan pada analisis konteks situasi percakapan yang merupakan bidang kajian yang sama dengan penelitian ini, serta memberikan
pandangan peranan konteks dalam percakapan pada tindak tutur tidak langsung. Penelitian-penelitian di atas kesemuanya membahas mengenai partikel bahasa
Jepang, terutama partikel akhir kalimat shuujoshi. Melalui temuan dari penelitian-penelitian yang relevan di atas, memberikan pandangan mengenai
fungsi-fungsi partikel yang menjadi dasar dari penelitian ini. Namun, penelitian yang telah dilakukan hanya sebatas mengenai fungsi suatu partikel dan belum ada
penelitian yang memfokuskan pada pembahasan mengenai makna emotif yang terkandung dalam suatu partikel dalam kalimat percakapan.
Partikel bahasa Jepang memiliki jumlah yang banyak dan masing-masing memiliki makna emotif yang berbeda-beda, bahkan suatu partikel dapat memiliki
beberapa makna emotif dan makna yang muncul berbeda-beda sesuai dengan konteks ujaran, sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memaknai emosi yang
muncul. Oleh karena itu, penelitian ini membahas mengenai partikel yang difokuskan pada kajian makna emotif yang dibawa oleh partikel dalam bahasa
Jepang dengan mengambil sumber data dari komik “Gals” karya Mihona Fujii jilid 1 yang dikaji melalui pendekatan pragmatik.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pengantar
Pada bagian ini diuraikan metode yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu diuraikan pula pendekatan penelitian, teknik pengumpulan dan teknik analisis
data, serta sumber data dan data.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian menurut Hasan 2002 : 21 adalah tata cara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. Metode penelitian membicarakan mengenai tata
cara pelaksanaan penelitian yang melingkupi prosedur dan teknik penelitian. Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif analisis, yaitu metode yang
menganalisis data berdasarkan data yang diperoleh tanpa menambahi atau mengurangi, kemudian menganalisisnya, sesuai dengan pendapat Sevilla 1993 :
71. Lebih lanjut, Sumantri 1998 : 41 menambahkan, metode deskriptif analitis yaitu metode yang dipergunakan untuk meneliti gagasan atau produk pemikiran
manusia yang telah tertuang dalam bentuk media cetak, baik yang berbentuk naskah primer maupun naskah sekunder dengan melakukan studi kritis
terhadapnya. Fokus penelitian deskriptif analitis adalah berusaha mendeskripsikan, membahas, dan mengkritik gagasan primer yang selanjutnya dikonfrontasikan
dengan gagasan primer yang lain dalam upaya melakukan studi yang berupa perbandingan, hubungan, dan pengembangan model.
Universitas Sumatera Utara