Latar Belakang Prevalensi Mual dan Muntah Pasca Anestesi Umum pada Bedah Elektif di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata anestesia diperkenalkan oleh Oliver Wendell Holmes 1809-1894, yang menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara, karena pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan. Anestesiologi ialah ilmu kedokteran yang pada awalnya berprofesi menghilangkan rasa nyeri dan rumatan pasien sebelum, selama, dan sesudah pembedahan Latief dkk, 2001. Nainggolan 2011 dalam tesisnya mengatakan bahwa Davy 1800, seorang ahli kimia yang sangat terkenal telah mempublikasikan bahwa zat kimia tertentu seperti oksida nitrogen dapat mempunyai efek bius. Walaupun dokter yang pertama kali menggunakan anestesi dalam praktiknya adalah Crawford Long, di Amerika Serikat, karena ia tidak pernah mempublikasikan, maka dalam sejarah Amerika menyebutkan bahwa penemu anestesi atau bius adalah William Morton karena Morton secara demonstratif telah menunjukkan cabut gigi tanpa rasa sakit di depan umum pada tahun 1846. Pada tahun 1848, di Inggris tercatat J.Y. Simpson dan John Snow yang banyak mengembangkan anestesi Campbell, 1995. Eter waktu itu banyak digunakan untuk membantu persalinan di Inggris. Sambil berpraktik sebagai dokter, Simpson dan asistennya banyak bereksperimen dengan bahan–bahan kimia untuk mencari anestesi yang efektif. Kadang mereka bereksperimen dengan diri mereka sendiri. Anestesi umum general anestesi atau bius total disebut juga dengan nama narkose umum NU. Anestesi umum adalah meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran yang bersifat reversibel Munaf, 2008. Anestesi umum biasanya dimanfaatkan untuk tindakan operasi besar yang memerlukan ketenangan pasien dan waktu pengerjaan lebih panjang, misalnya pada kasus bedah jantung, pengangkatan batu empedu, bedah rekonstruksi tulang, dan lain-lain. Cara kerja anestesi umum selain menghilangkan rasa nyeri, menghilangkan kesadaran, Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dan membuat amnesia, juga merelaksasi seluruh otot. Maka, selama penggunaan anestesi juga diperlukan alat bantu nafas, selain deteksi jantung untuk meminimalisasi kegagalan organ vital melakukan fungsinya selama operasi dilakukan Nainggolan, 2011. Secara garis besar ada empat hal yang harus diperhatikan pada pasien pasca anestesi, yaitu: masalah pernapasan, kardiovaskular, keseimbangan cairan, sistem persarafan, perkemihan, dan gastrointestinal Munaf, 2008. Harus diperhatikan bahwa komplikasi anestesi yang tidak segera ditangani akan berdampak kematian bagi pasien. Beberapa komplikasi lain yang mungkin terjadi antara lain: pernapasan tidak adekuat, pneumotorakis, atelektasis, hipotensi, gagal jantung, embolisme pulmonal, pemanjangan efek sedatif premedikasi, trombosis jantung, cedera kepala, sianosis, konfulsi, mual muntah, embolisme lemak, dan keracunan barbiturat Campbell, 1995. Laporan umum mencatat kejadian kematian pada waktu atau segera setelah operasi di beberapa rumah sakit di Amerika rata-rata 0,2 - 0,6 dari operasi dan kematian yang disebabkan oleh anestesi 0,03 - 0,1 dari seluruh anestesi yang diberikan Nainggolan, 2011. Campbell 1995, menambahkan bahwa kematian yang terjadi pada waktu operasi atau segera setelah operasi dari laporan kejadian karena anestesi sangat bervariasi dari 5 sampai 50. Pasien yang baru saja menjalani tindakan operasi harus dirawat sementara di PACU Post Anesthesia Care Unit atau ruang pemulihan recovery room untuk perawatan post anestesi sampai kondisi pasien stabil. Kegiatan pemantauan anestesi antara lain untuk mendapatkan informasi supaya anestesi dapat bekerja dengan aman dan jika ada penyimpangan dapat segera dikembalikan ke keadaan yang normal Latief dkk, 2001. Penatalaksanaan pasien pascaanestesi yaitu memperhatikan hal-hal yang terkait dengan keadaan pasien pasca dilakukannya anestesi. Pemantauan yang optimal dan penanganan pasien pasca anestesi yang dilakukan dengan baik dapat mencegah terjadinya komplikasi pasca anestesi pada pasien. Sehingga peran pemantauan dan penatalaksanaan pasien tersebut sangat penting dilakukan dengan baik oleh perawat Nainggolan, 2011. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Mual dan muntah pasca anestesi umum pada bedah elektif masih merupakan “The Big Little Problem” dalam dunia anestesi. Disebut “big” karena mual muntah dapat menyebabkan perpanjangan waktu pemulihan, peningkatan biaya perawatan, perpanjangan masa pengawasan di Post Anesthesia Care Unit PACU, dan meningkatnya morbiditas. Morbiditas yang berhubungan dengan kejadian nausea vomitus meliputi perdarahan, dehidrasi, gangguan elektrolit hipokalemi dan hiponatremi, malnutrisi, karies gigi, inflamasi mukosa mulut, rupture esophagus, dan aspirasi pneumonitis Silbernagl, 2006; Sunatrio et al., 2004, dan disebut “little”, karena sebenarnya mual dan muntah adalah masalah yang cukup ringan dibanding komplikasi anestesi lainnya. Insiden PONV terjadi pada 75-80 anestesi dengan eter, 25-30 pasien pasca bedah dengan anestesi umum Kovac, 2003 dan dapat mencapai 70 pada pasien high risk Mohamed, 2004. Chandra dari FK USU 2012, telah menyatakan dalam tesis nya, mual muntah pasca operasi atau post operative nausea and vomiting PONV adalah efek samping yang sering terjadi setelah tindakan anestesi, angka kejadiannya lebih kurang 13 dari seluruh pasien yang menjalani operasi atau terjadi pada 30 pasien rawat inap dan sampai 70 pada pasien rawat inap yang timbul dalam 24 jam pertama. Cut meliza dari FK USU 2011, telah meneliti bahwa insiden PONV di RSUP H. Adam Malik Medan 40. Mengingat bahwa anestesi umum pada bedah elektif sangat penting, maka perlu dikaji seberapa besar pengaruhnya terhadap mual dan muntah pasca operasi. Berdasarkan dari kondisi permasalahan tersebut, peneliti tertarik mengkajinya melalui penelitian tentang prevalensi mual muntah pasca anastesi umum pada bedah elektif di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2013.

1.2 Perumusan Masalah