Universitas Sumatera
Utara
Efek minimal pada otoregulasi serebral, konsumsi oksigen metabolik serebral menurun, dan merupakan obat pilihan untuk bedah saraf Munaf,
2008.
Metabolisme
Hanya 0,2 yang dimetabolisme di hati, selebihnya diekskresikan pada waktu ekspirasi dalam bentuk gas Munaf, 2008.
Keuntungan dan Kerugian
Keadaan kardeiovaskular stabil, tidak bersifat aritmogenik, tekanan ntrakranial tidak meningkat, bronkodilator. Sedangkan kerugiannya adalah
Iritasi jalan napas sedang Munaf, 2008.
Sevofluran
Sevofluran merupakan fluorokarbon dengan bau yang tidak begitu menyengat, dan tidak begitu mengiritasi saluran napas, serta absorpsinya cepat.
Indikasi klinik: sebagai anestesi umum untuk melewati stadium 2 dan untuk pemeliharaan umum
Munaf, 2008. Tabel 2.2. Obat Sevofluran
Obat Aritmia Sensitivitas
terhadap katekolamin
Curah jantung
Tekanan Darah
Refleks Respirasi
Toksisitas pada
Hepar
Halotan
↑ ↑
↓ ↓
↓ +++
Enflura n
↑ ↑
↓ ↓
↓ +
Isoflura n
-- -- ↓
↓ ↑stimulasi
awal --
Sevoflur an
-- -- -- -- --
--
Nitrogen oksida
-- -- -- -- --
-- Sumber: Omoigui, S., 2009. Buku Saku Obat-Obatan. Edisi 11. Jakarta: EGC.
2.1.5. Anestesi Intravena
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera
Utara
Pada suatu operasi biasanya digunakan anestesi intravena untuk induksi cepat melewati stadium II, dilanjutkan stadium III, dan dipertahankan dengan suatu
anestesi umum per inhalasi. Karena anestesi IV ini cepat menginduksi stadium anestesi, penyuntikan harus dilakukan secara perlahan-lahan Kee, et al 1996.
Tabel 2.3. Anestesi Intravena
Obat Waktu induksi
Pertimbangan Pemakaian Natrium
tiopental Cepat
Masa kerja singkat. Dipakai untuk induksi cepat pada anestesi umum.
Membuat pasien tetap hangat, karena dapat terjadi tremor. Dapat menekan
pusat pernapasan dan mungkin diperlukan bantuan ventilasi
Natrium Tiamilal
Cepat Dipakai untuk induksi anestesi dan
anestesi untuk terapi elektrosyok
Droperidol Sedang sampai cepat
Sering digunakan bersama anaestesi umum. Dapat juga dipaki sebagai obat
preanestetik
Ketamin Hidroklorida
Cepat Dipakai untuk pembedahan jangka
singkat atau untuk induksi pembedahan. Obat ini meningkatkan
salivasi, tekanan darah, dan denyut jantung
Sumber: Omoigui, S., 2009. Buku Saku Obat-Obatan. Edisi 11. Jakarta: EGC.
2.1.6. Anestesi Gas
Tabel 2.4. Anestesi Gas
Obat Waktu Induksi Pertimbangan
pemakaian Nitrous
oksida
Sangat cepat
Pemulihan cepat. Mempunyai efek yang minimal pada kardiovaskular.
Harus diberikan bersama-sama oksigen. Potensi rendah
Siklopropan Sangat cepat
Sangat mudah terbakar dan meledak. Jarang digunakan
Sumber: Omoigui, S., 2009. Buku Saku Obat-Obatan. Edisi 11. Jakarta: EGC.
2.1.7. Penggolongan Muscle Relaxant
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera
Utara
Analgesia adalah hilangnya sensasi nyeri. Relaksan otot adalah obat yang mengurangi ketegangan otot dengan bekerja pada saraf yang menuju otot misalnya
kurare, suksinilkolin Grace, 2006. Berdasarkan perbedaan mekanisme kerja dan durasi kerjanya
obat-obat pelumpuh otot dapat dibagi menjadi obat pelumpuh otot depolarisasi meniru aksi asetilkolin dan obat pelumpuh otot nondepolarisasi
mengganggu kerja asetilkolin. Obat pelumpuh otot nondepolarisasi dibagi menjadi 3 grup lagi yaitu obat kerja lama
sedang dan singkat. Obat-obat pelumpuh
otot dapat berupa senyawa benzilisokuinolin atau aminosteroid. Obat- obat pelumpuh otot membentuk blokade saraf-otot fase I depolarisasi
blokade saraf-otot fase II depolarisasi atau nondepolarisasi Rachmat, et al., 2004.
2.1.7.1 Muscle Relaxant Golongan Depolarizing
Pelumpuh otot depolarisasi bekerja seperti asetilkolin, tetapi di celah sinaps tidak dirusak dengan asetilkolinesterase sehingga bertahan cukup lama
menyebabkan terjadinya depolarisasi yang ditandai dengan fasikulasi yang diikuti relaksasi otot lurik. Termasuk golongan ini adalah suksinilkolin diasetil-kolin dan
dekametonium. Didalam vena, suksinil kolin dimetabolisme oleh kolinesterase plasma,pseudokolinesterase menjadi suksinil-monokolin. Obat anti kolinesterase
prostigmin dikontraindikasikan karena menghambat kerja pseudokolinesterase Mangku, 2010.
A. Suksinilkolin diasetilkolin, suxamethonium
Suksinilkolin terdiri dari 2 molekul asetilkolin yang bergabung. obat ini memiliki onset yang cepat 30-60 detik dan duration of action yang pendek kurang
dari 10 menit. Ketika suksinilkolin memasuki sirkulasi, sebagian besar dimetabolisme oleh pseudokolinesterase menjadi suksinilmonokolin. Proses ini
sangat efisien, sehingga hanya fraksi kecil dari dosis yang dinjeksikan yang mencapaineuromuscular junction. Duration of action akan memanjang pada dosis
besar atau dengan metabolisme abnormal, seperti hipotermia atau rendanya level pseudokolinesterase. Rendahnya level pseudokolinesterase ini ditemukan pada
kehamilan, penyakit hati, gagal ginjal dan beberapa terapi obat. Pada beberapa
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera
Utara
orang juga ditemukan gen pseudokolinesterase abnormal yang menyebabkan blokade yang memanjang Mangku, 2010.
B. Ciri Kelumpuhan
a. Ada fasikulasi otot. b. Berpotensiasi dengan antikolinesterase.
c. Kelumpuhan berkurang dengan pemberian obat pelumpuh otot non depolarisasi dan asidosis.
d.
Tidak menunjukkan kelumpuhan yang bertahap pada perangsangan tunggal maupun tetanik.
e.
Belum diatasi dengan obat spesifik
2.1.7.2. Muscle Relaxant Golongan Non Depolarizing.
Bekerja berikatan dengan reseptor kolinergik nikotinik tanpa menyebabkan depolarisasi, hanya menghalangi asetilkolin menempatinya, sehingga asetilkolin
tidak dapat bekerja Latief, dkk, 2007. Farmakokinetik obat pelumpuh otot nondepolarisasi dihitung setelah
pemberian cepat intravena. Rerata obat pelumpuh otot yang hilang dari plasma dicirikan dengan penurunan inisial cepat distribusi ke jaringan diikuti penurunan
yang lebih lambat klirens. Meskipun terdapat perubahan distribusi dalam aliran darah
anestesi inhalasi memiliki sedikit efek atau tidak sama sekali pada farmakokinetik obat pelumpuh otot. Peningkatan blok saraf-otot oleh anestesi
volatil mencerminkan aksi farmakodinamik seperti dimanifestasikan oleh
penurunan konsentrasi plasma obat pelumpuh otot yang dibutuhkan untuk menghasilkan tingkat blokade saraf tertentu dengan adanya anestesi volatile. Bila
volume distribusi menurun akibat peningkatan ikatan protein dehidrasi
atau perdarahan akut
dosis obat yang sama menghasilkan konsentrasi plasma yang lebih tinggi dan potensi nyata akumulasi obat. Waktu paruh eliminasi obat
pelumpuh otot tidak dapat dihubungkan dengan durasi kerja obat-obat ini saat
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera
Utara
diberikan sebagai injeksi cepat intravena Lunn, 2004. Berdasarkan susunan molekul, maka pelumpuh otot non depolarisasi
digolongkan menjadi: 1. Bensiliso-kuinolinum : d-tubokurarin, metokurium, atrakurium,
doksakurium, mivakurium. 2. Steroid: pankuronium, vekuronium, pipekuronium, ropakuronium,
rokuronium. 3. Eter-fenolik : gallamin.
4. Nortoksiferin : alkuronium.
Tabel 2.5. Obat Pelumpuh Otot Berdasarkan maka pelumpuh otot non depolarisasi dibagi menjadi kerja panjang,
sedang, dan pendek:lama kerja,
Dosis Awal
mgkg
Dosis Rumatan
mgkg Durasi
menit Efek Samping
Non Depol Long Acting
1. D-tubokurarin 2. Pankuronium
3. Metakurin 4. Pipekuronium
5. Doksakurium 6. Alkurium
0.40 – 0.60
0.08 – 0.12
0.20 - 0.40
0.05 – 0.12
0.02 – 0.08
0.15 – 0.30
0.10 0.15 –
0.20 0.05
0.01 – 0.015
0.005 – 0.010
0.05 30 –
60 30 –
60 40 –
60 40 –
60 45 –
60 40 –
60 Hipotensi
Vagolitik,takikardi Hipotensi
Kardiovaskuler stabil
Kardiovaskuler stabil
Vagolitik, takikardi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera
Utara
Non depol Intermediate
1. Gallamin 2. Atrakurium
3. Vekuronium 4. Rokuronium
5. Cistacuronium 4 – 6
0.5 – 0.6
0.1 – 0.2
0.6 – 0.1
0.15 – 0.20
0.5 0.1
0.015 – 0.02
0.10 – 0.15
0.02 30 –
60 20 –
45 25 –
45 30 –
60 30 –
45 Hipotensi
Aman untuk hepar
Berdasarkan lama kerja, maka pelumpuh otot non depolarisasi dibagi menjadi kerja panjang, sedang, dan pendek:
Dosis Awal
mgkg Dosis
Rumatan mgkg
Durasi menit
Efek Samping
Non Depol Short Acting
1. Mivakurium 2. Ropacuronium
0.20 – 0.25
1.5 – 2.0
0.05 0.3 – 0.5
10 – 15
15 – 30
Depol Short Acting
1. Suksinilkolin 1
3 – 10 Sumber: Mangku, dr, Sp. An. KIC Senapathi, dr, Sp. An., 2010. Buku Ajar Ilmu
Anestesi dan Reanimasi . Jakarta: PT. Indeks.
Ciri Kelumpuhan Otot
Non Depolarisasi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera
Utara
a. Tidak ada fasikulasi otot. b. Berpotensiasi dengan hipokalemia, hipotermia, obat anestetik
inhalasi eter, halotan, enfluran, isofluran c. Menunjukkan kelumpuhan yang bertahap pada perangsangan
tunggal atau tetanik. d. Dapat diantagonis oleh antikolinesterase.
2.1.8. Penawar Pelumpuh Otot
Antikolinesterase bekerja dengan menghambat kolinesterase sehingga asetilkolin dapat bekerja. Antikolinesterase yang paling sering digunakan adalah
neostigmin dosis 0,04-0,08 mgkg, piridostigmin dosis 0,1-0,4 mgkg dan edrophonium dosis 0,5-1,0 mgkg, dan fisostigmin yang hanya untuk penggunaan
oral dosis 0,01-0,03 mgkg. Penawar pelumpuh otot bersifat muskarinik sehingga menyebabkan hipersalivasi, keringatan, bradikardi, kejang bronkus, hipermotilitas
usus dan pandangan kabur sehingga pemberiannya harus disertai vagolitik seperti atropine dosis 0,01-0,02mgkg atau glikopirolat dosis 0,005-0,01 mgkg sampai
0,2-0,3 mg pada dewasa Mangku, 2010.
2.1.9. Analgesik