commit to user 1
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diabetes Mellitus atau penyakit kencing manis bukanlah sesuatu penyakit baru yang diderita oleh masyarakat umum. Prevalensinya meningkat di
masyarakat hal ini berhubungan dengan peningkatan perkapita di kota-kota besar dan perubahan gaya hidup. Diabates sudah dikenal sejak berabad abad sebelum
masehi. Pada naskah kuno dari mesir disebutkan adanya suatu penyakit aneh dengan tanda-tanda banyak kencing hal ini terjadi 1500 tahun sebelum masehi,
cendikiawan cina dan India melukiskan air seni yang terasa manis pada pasien di abad ke 3 sampai 6.
Di Indonesia penyakit Diabetes Mellitus sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang cukup serius. DM merupakan kelainan endokrin yang
terbanyak dijumpai. Penderita DM mempunyai resiko untuk menderita komplikasi yang spesifik yaitu retinopati, gagal ginjal, neuropati, aterosklerosis, gangrene,
dan penyakit arteri koronaria Anik, 2006. Penderita DM mempunyai kecenderungan 5 kali lebih mudah mendapat gangrene daripada non diabetik.
Kaki merupakan salah satu bagian organ tubuh yang sering diserang oleh penyakit diabetes. Gangrene diabetik merupakan komplikasi kronik dari penyakit DM yang
disebabkan karena adanya neuropati, mikro dan makro angiopati serta infeksi. Komplikasi tersebut sampai saat ini merupakan problem yang sangat besar pada
penderita DM karena mempunyai angka kejadian yang sangat tinggi. Komplikasi gangrene diabetik tersebut dapat menyebabkan amputasi. Akibat dari gangrene
diabetik selain dari cacat juga dapat menyebabkan kematian.
commit to user 2
2 Jumlah penderita Diabetes Mellitus dari tahun ke tahun semakin
meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan bertambahnya usia harapan hidup. Menurut laporan WHO jumlah penderita DM di duania pada tahun
1987 ± 30 juta. Menyusul kemudian laporan WHO 1993 ternyata jumlah penderita DM di dunia meningkat tajam menjadi 100 juta lebih dengan prevalensi
sebesar 6 . Laporan terakhir menurut McCarty et al 1994 jumlah penderita DM 1994 didunia 110,4 juta, tahun 2000 meningkat ± 1,5 kali lipat ±175 juta, tahun
2010 menjadi ± 2 kali lipat 239,3 juta dan hingga tahun 2020 diperkirakan menjadi 300 juta. Lima puluh hingga tujuh puluh lima persen amputasi
ekstremitas bawah dilakukan pada pasien-pasien yang menderita DM. Sebanyak lima puluh persen dari kasus-kasus amputasi ini diperkirakan dapat dicegah bila
pasien diajarkan tindakan preventif untuk merawat kaki dan mempraktikannya setiap hari Brunner dan Suddarth , 2002.
Peningkatan angka kejadian diabetes itu seiring dengan meningkatnya faktor resiko di antaranya obesitas atau kegemukan, kurang aktivitas fisik, kurang
mengonsumsi makanan berserat tinggi, tinggi lemak, merokok, dan kelebihan kolesterol. Diabetes atau kencing manis ditandai tingginya kadar gula dalam
darah. Penyakit ini juga sering disebut dengan the great imitator karena dapat menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan keluhan. Penyakit DM juga
ditandai dengan gejala antara lain banyak minum atau mudah haus, banyak kencing dengan frekuensi 3-4 kali terutama pada malam hari, banyak makan atau
mudah lapar, mudah lelah serta kadang berat badan menurun drastis. Sebagian besar penderita kaki diabetes biasanya baru ke dokter, jika
kondisi kakinya sudah memburuk. Karena mencegah lebih baik dari mengobati,
commit to user 3
3 maka sebaiknya perawatan kaki mendapat perhatian utama. Penderita perlu
menyadari bahwa merawat kaki harus menjadi kebiasaan sehari-hari. Pencegahan agar tidak terjadi amputasi sebenarnya sangat sederhana, tetapi sering terabaikan,
kunci yang paling penting adalah mencegah terjadinya luka pada kaki. Pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan memberikan perawatan kaki pada
penderita DM Nico. A. L, 2005. Dengan pengalaman yang baik, yaitu kerja sama antara pasien dan petugas kesehatan, diharapkan komplikasi kronik DM
akan dapat dicegah. Perawat sebagai orang yang dekat dengan penderita mempunyai peran
yang strategis dalam memotivasi dan memberikan konseling kesehatan dalam membantu memberikan perawatan kaki pada penderita DM. Diharapkan dengan
pengetahuan yang benar tentang perawatan kaki komplikasi gangrene dapat dikurangi.
Berdasarkan penemuan fakta di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada pengaruh konseling terhadap peningkatan
pengetahuan, sikap dan perilaku penderita DM tentang perawatan kaki. B. Rumusan Masalah
Adakah pengaruh konseling terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku
penderita DM tentang perawatan kaki?
C. Tujuan Penelitian