Peranan pendidikan agama islam di sekolah umum dalam upaya pembentukan kepribadian siswa : studi kasus di SMPN 02 Bekasi

(1)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah SAW, sebagai teladan setiap insan, keluarga, para sahabat dan umatnya yang setia memperjuangkan kebenaran dan menegakkan agama Islam hingga akhir zaman, Amin.

Dalam rangka penulisan skripsi ini, muncul berbagai hambatan namun syukur Al-hamdulillah berkat taufiq dan hidayahnya serta bimbingan, dorongan dan bantuan semua pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih, kepada:

1. Bpk Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

2. Bpk Drs. Akhmad Sodiq M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam beserta Stafnya yang telah banyak membantu penulis saat menjalani kuliah dan ketika menulis skripsi ini.

3. Ibu Dra. Eri Rosatria M.Ag, selaku Dosen pembimbing skripsi, yang telah banyak meluangkan waktu dan mencurahkan pikiran untuk membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. Bpk Drs. Mastuhu MA, selaku Dosen seminar proposal skripsi, yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan, mengenai tata cara penulisan skripsi.


(2)

5. Lembaga pendidkan SMPN 02, Bpk Drs. Zaenal arifin, para dewan guru serta siswa/I SMPN 02, yang telah bersedia membantu penulis dalam memberikan data, baik secara tertulis maupun secara lisan.

6. Para bapak dan ibu dosen, yang telah mendidik dan emberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman kepada penulis dengan penuh kesabaran.

7. Pimpinan Pondok Pesantren Al-marfuiyah, bpk Drs. Ujang Marfu serta ibu Dra. Neneng kusmiyati, serta dewan guru yang telah mendidik penulis.

8. Ayah dan bunda tercinta, Agus Maulana dan Daya, yang telah bersusah payah membesarkan serta mendidik penulis dari buaian hingga sekarang.

9. Kakek dan nenekku yang tercinta, H. Dasim dan Hj. Dasah dan adikku, mardani yang telah memberikan dorongan, baik moril maupun materil.

10.Anakku yang tersayang, yang telah memberikan motivasi, kekuatan serta kesabaran kepada ibu dalam penulisan skripsi ini.

11.Teman-temanku yang tercinta, Musyarofah, ikah kartikah, sugih raharjo, yayah khoiriyah, nurseha, Hj Subhana, uum humairoh dan iis wulandari, yang telah memberikan semangat dan bantuan baik secara moril maupun materil. Kepada Allah jualah penulis serahkan segalanya, serta panjatkan do'a, semoga amal kebajikan mereka mendapat balasan dari Allah, Amin.

Akhirnya penulis berharap, semoga kehadiran skripsi yang sederhana ini, dapat bermanfaat bagi penulis, serta pembaca, Amin. Jazakumullah Khairan Katsiro.


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFT ARTABEL... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Alasan Memilih Judul ... 10

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 11

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

E. Sistematika Penyusunan... 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Agama Islam ... 16

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 16

2. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 22

3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam... 24

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 30

B. Kepribadian ... 32

1. Pengertian Kepribadian... 32

2. Aspek-aspekKepribadian ... 38

3. Struktur Kepribadian... 38


(4)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Obyek Penelitian ... 43

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 43

C. Populasi dan Sampel ... 43

D. Metode Penelitian ... 44

E. Tekhnik Pengumpulan Data... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMPN 02 Bekasi ... 52

1. Sej arah singkat Berdirinya SMPN 02 Bekasi ... 52

2. Letak Geografis SMPN 02 Bekasi ... 53

3. Prasarana SMPN 02 Bekasi ... 53

B. Deskripsi Data... 54

C. Analisis dan Interpretasi... 54

1. Analisis Data ... 54

2. Interpretasi Data ... 83

a. Interpretasi dengan Cara Sederhana... 83

b. Interpretasi dengan Menggunakan Tabel Nilai r Product Moment ... 83

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 86

B. Saran... 88

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(5)

DAFTAR TABEL

1. Kisi-kisi item pernyataan angket penelitian... 46

2. Kriteriapenilaian... 51

3. Guru memberikan tugas setelah menyampaikan materi ... 54

4. Struktur kurikulum SMP ... 55

5. Kurikulum PAI yang diterapfcan sesuai dengan kebutuhan siswa ... 56

6. Metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi, memudahkan siswa dalam menerima pelajaran ... 56

7. Materi pendidikan agama sangat membebani terhadap aktivitas siswa.... 57

8. Guru menggunakan media pengajaran dalam proses pengajarannya. ... 57

9. Guru memberikan kesempatan untuk bertanya... 58

10.Siswa merasakan suasana KBM yang kondusif... 59

11.Guru memberikan bimbingan belajar... 59

12.Jenis kegiatan belajar mengajar ... 60

13.Guru tidak melaksanakan monitoring dan penilaian terhadap proses dan hasil belajar ... 60

14.Guru memiliki strategi pengajaran yang handal, sehingga mempermudah siswa dalam menerima materi pelajaran ... 61

15.Dengan belajar sungguh-sungguh siswa akan mendapatkan prestasi yang Baik ... 62


(6)

17.Guru memberikan bantuan terhadap siswa yang mengalami kesulitan

dalam belajar... 63

18.Dalam proses KBM tercipta suasana yang menyenangkan, sehingga membangkitkan motivasi belajar siswa ... 64

19.Validitas isi tes membingungkan siswa dalam proses ujian berlangsung. 65 20.Siswa mengikuti peraturan yang diterapkari disekolah pendidikan agama di SMPN 02... 65

21.Siswa memaafkan teman yang melakukan kesalahan... 66

22.Kegiatan ekstra kurikuler siswa/I SMPN 02... 66

23.Bila bertemu dengan guru siswa mengucapkan salam... 67

24.Siswa berbohong kepada guru ... 67

25.Siswa berdo'a hendak memulai pelajaran ... 68

26.Siswa mengerjakan tugas pelajaran ... 68

27.Siswa mendapatkan hukuman bila terlambat... 69

28.Siswa menyontek saat ujian ... 69

29.Guru membiarkan siswa tertidur... 70

30.Siswa keluar tanpa seijin guru ... 70

31.Siswa melaksanakan shalat dzuhur secara berjama'ah... 71

32.Siswa yang bersikap kurang ajar akan diberi hukuman ... 71

33.Siswa memberikan selamat terhadap teman yang sukses ... 72

34.Guru memberikan bimbingan belajar... 72


(7)

36.Siswa memperhatian dengan baik pada saat guru menyampaikan materi 74 37.Siswa yang melanggar akan mendapat hukuman ... 74


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan agama merupakan unsur penting dalam pembentukan dan pembinaan kepribadian seseorang, pendidikan agama berlangsung dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan agama yang berlangsung dengan baik dalam semua lembaga pendidikan formal (sekolah) maupun informal (keluarga) dan non formal (masyarakat) akan merupakan unsur penting dalam pembinaan kepribadian seseorang, karena pengalaman keagamaan yang dilalui tersebut akan menjadi unsur penting dalam kepribadiannya. kepribadian yang terjalin didalam nilai-nilai agama akan membuahkan akhlak yang baik.

Pendidikan adalah proses transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada anak didik melalui pertumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspek.

Belakangan ini banyak ditemukan orang-orang yang akhlaknya tidak baik, sopan santun kepada orang tuanya kurang, bahkan ada ditemukan orang-oramg terpelajar yang melanggar ketentuan-ketentuan hukum, adat, sopan santun masyarakat dan ajaran agama

Hal tersebut mungkin disebabkan oleh orientasi sekolah, keluarga dan masyarakat dalam pendidikan adalah kurangnya pengetahuan tentang ajaran


(9)

agama termasuk akhlak. oleh karena itu nilai-nilai akhlak tidak tercermin dalam sikap, perilaku dan corak hidup pada umumnya.

Dalam hal ini, orientasi sekolah barangkali tidak berlebihan jika dikatakan bahwa pendidikan agama diberikan disekolah lebih mementingkan pengetahuan agama yang harus dimiliki oleh peserta didik dan kurang memperhatikan nilai-nilai agama yang terkandung didalamnya, padahal pendidikan agama bertujuan agar peserta didik menghayati dan melaksanakan nilai-nilai agama dalam kehidupannya sehari-hari, itulah barangkali yang menyebabkan banyaknya anak, remaja dan orang dewasa berperilaku yang bertentangan dengan agama.

Seharusnya nilai-nilai agama masuk dan terjalin kedalam kepribadiannya mulai dari awal pembentukan kepribadian dalam keluarga bahkan sejak dalam kandungan, seandainya anak belum memperoleh nilai-nilai dalam dalam keluarga maka sekolah yang membantunya dengan cara yang tepat.

Jika dicermati secara kritis, kata demi kata, kalimat demi kalimat, alinea demi alinea yang terdapat pada pembukaan UUD 1945, bangsa Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan, bahkan spirit keagamaanlah yang mendorong bangsa Indonesia berjuang sampai akhirnya menyatakan kemerdekaan padatanggal 17 Agustus 1945.

Berdasarkan hal itu secara yuridis tepatlah jika dikatakan bahwa nagara RI adalah negara agama yang berdasarkan pancasila atau disebut negara pancasila yang di jiwai agama.


(10)

Konsekuensi logisnya, dalam kaitannya dengan kepentingan nasional cukup beralasan jika pendidikan agama mendapat tempat yang penting dalam kurikulum pendidikan nasional, sehingga wajib diikuti oleh seluruh peserta didik mulai dari jenjang pendidikan yang paling rendah sampai perguruan tinggi. (Lihat GBHN: 78;83;88;93;98;99 bab agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa).

Atas pertimbangan itu tujuan pendidikan agama tentunya menumbuhkembangkan nilai-nilai keagamaan sebagai landasan berpijak bangsa dan menjadikannya pembangkit semangat dalam mempertahankan eksistensi kemerdekaan Indonesia dan mengisinya, sehingga tujuan pendidikan nasional dapat tercapai. Mengingat telah terjadinya degradasi kewibawaan pendidikan agama terutama dilembaga-lembaga pendidikan formal, maka dalam konteks yang menyangkut konsep dasar, tujuan dan materi, proses pembelajaran dan evaluasi pendidikan Agama.

Meskipun sekolah merupakan sarana transfortasi kebudayaan suatu masyarakat namun, eksistensinya tidak seluas eksistensi kebudayaan umum, eksistensi hanya subculture dari totalitas kebudayaan manusia kondisi ini menjadikan sekolah sebagai lembaga paling besar peranannya dalam proses dinamika budaya manusia hal ini setidaknya disebabkan tiga faktor, yaitu:

1) Sekolah merupakan tempat berkumpulnya peserta didik, yang berasal dari berbagai latar belakang kebudayaan yang berbeda. Dalam hal ini, sekolah


(11)

berfungsi untuk mengakumulasi berbagai bentuk latar belakang kebudayaan peserta didik, dalam suatu sistem kebudayaan.

2) Eksistensi sekolah merupakan miniatur untuk melihat sejauh mana maju mundurnya peradaban suatu negara.

3) Sekolah juga merupakan tempat dimana peserta didik menerima berbagai macam bentuk keterampilan yang secara pragmatis dapat dipergunakan dalam kehidupannya. Dilain pihak, sekolah juga merupakan tempat penumbuhan nilai moralitas religius, dengan nilai tersebut, diharapkan agar mampu menjadi alat kontrol dalam setiap aktivitas yang dilakukannya.1

Melihat dari wacana diatas, terlihat bahwa eksistensi sekolah merupakan sarana paling vital dalam proses kemunculan kepribadian manusia seutuhnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem yang dialogis, adaftik, dan kondusif lagi optimalisasi pencapaian tugas dan fungsinya, baik secara makro maupun mikro.

Pendidikan Agama dimaksudkan untuk memberikan bagi para siswa agar dapat berperilaku sesuai dengan nilai-nilai keagamaan dalam hal ini khususnya Islam.

Dalam hal ini, pendidikan agama di SMPN 02 Bekasi pun bertujuan agar dapat mencetak siswa/i memiliki kepribadian yang baik, walaupun disekolah ini orientasi pendidikannya adalah pendidikan umum, namun seorang guru berupaya semaksimal mungkin, agar pendidikan agama dapat terlaksana dengan efektif dan efesien, agar tujuan pendidikan agama disekolah dapat terlaksana secara optimal, sehingga sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak hanya mampu mentransfer


(12)

ilmu namun juga mampu mentransfer kultur yang sesuai dengan ajaran agama Islam1

Kritik-kritik yang cenderung menimpakan segala tanggung jawab atas terjadinya penyimpangan perilaku siswa seperti tawuran dan keterlibatan narkoba, selama ini hanya pada program pelajaran agama adalah tidak adil, sebab pembentukan perilaku akhlakul karimah adalah tanggung jawab semua pendidik bangsa ini termasuk para pemimpin negara.

Pendidikan agama berkarakteristik sarat nilai sebagaimana sifat pendidik mempunyai muatan nilai yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotorik. Pendidikan Agama mengharapkan diperolehnya sejumlah pengetahuan, terbentuknya sikap dan wujud dan terwujudnya perilaku sebagai insan kamil bagi para pesertanya.

Muatan pendidikan agama adalah segala hal tentang bagaimana hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, manusia dengan alam, benda, tumbuhan dan hewan. Pendidikan Agama Islam bersumber pada Al-Qur'an, Hadits dan Sunah Nabi.

Sebagaimana pendidikan tentang nilai, akan sangat efektif apabila dipelajari melalui contoh keteladanan, sangatlah penting bagi semua yang terlibat dalam pendidikan ini, menunjukan perilaku yang patut dicontoh.

1

Dr.Samsul Nizar,MA, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta:Gaya media Pratama, 2001), Cel.l, hal. 125-131


(13)

Sudah seharusnyalah seorang guru, apapun pelajaran yang diajarkannya harus memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian, serta akhlaknya hendaklah dijadikan contoh oleh peserta didik, dalam pembentukan pembinaan kepribadian peserta didik, terutama guru agama menjadi cermin bagi agama yang diajarkannya.

Dengan demikian seorang guru agama harus mengatahui ciri-ciri perkembangan jiwa anak (menguasai ilmu jiwa anak atau ilmu jiwa perkembangan ), agar dia dapat melaksanakan pendidikan agama dengan cara yang sesuai dan serasi dengan perkembangan jiwa anak yang sedang dihadapinya.2

Berbagai perilaku akan terbentuk secara bertahap, melalui pembiasaan-pembiasaan, peniruan, analisis kritis dan pengubah-pengubah (modifikasi). Motivasi berperilaku bisa juga disebabkan oleh penguasaan atas perilaku prasyarat karena ada kepuasan menguasai kecakapan tertentu, Penguasaan kecakapan menimbulkan rasa berhasil dan mendorong untuk memperkuat perilaku tersebut. Umpan balik dan penguatan lebih-lebih pada tahap awal, sangat penting.

Pendidikan nilai yang mengatur perilaku manusia dalam hubungan dengan tiga pihak tadi (Al- khalik, manusia dan alam) melingkupi penghayatan mendalam yang menyentuh pengalaman batiniah yang sukar dirasakan yang sukar

2

Abdur Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, PT Gema Windu, Panca Pcrkasa, h. 118-119.


(14)

diraba dan diamati, sampai tindakan nyata senyata-nyatanya terhadap orang lain, benda dan makhluk lainnya.3

Sesungguhnya tujuan akhir dari semua pendidikan yang sehat dan berguna adalah yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan meningkatkan harkat kemanusiaannya dalam waktu yang sama dapat menyelamatkan manusia dari keburukan serta bahaya-bahaya yang mengancam nafsu amarah atau kebejatan akhlak dan kerusakan masyarakat yang melingkupinya. Pendidikan dilihat dari segi operasionalnya mempunyai dua aspek yaitu:

a. Pendidikan berarti menumbuhkan dan membina. b. Pendidikan berarti menjaga dan memperbaiki.4

Menangkal terhadap penyakit moral, memperkuat penanaman keutamaan akhlak dalam diri remaja dan dalam masyarakat kita merupakan senjata yang paling ampuh untuk memerangi segala penyakit moral. Untuk itu memperkokoh kejujuran dan kesabaran hati, sikap memenuhi janji dan keadilan, kasih sayang, menahan hawa nafsu, tolong menolong, persaudaraan, persatuan, bersungguh-sungguh serta sikap tengah (tawadu), rendah hati, kebersihan hati serta ksatria akan dapat menimbulkan dalam diri manusia daya pencegah terhadap segala kerendahan nafsu, kitab suci Al-Qur'an memberikan petunjuk dengan

3

Didaktika Islamika, Reorientasi Pendidikan Agama, edisi khusus. H:35-37

4

Prof.Dr.Fadliil Al-jumali, Menerabas krisis Pendidikan Dunia Islam, (Jakarta:Golden Teramyon Press, 1993) cet.ke 3, hal.49


(15)

ayatnya yang mendorong kita agar mengambil segala perbuatan yang baik dan menjauhi segala bentuk perbuatan yang rendah (hina).

Dengan penggambaran proses internalisasi norma-norma seperti itu, pendidikan agama akan memberikan dampak kepada perilaku anak apabila terjadi konsistensi antara apa yang diucapkan dan apa yang diperbuat oleh mereka.

Disamping itu dampak dari pendidikan agama akan menunjukkan efektifitasnya apabila terjadi kesinambungan yang harmonis antara rumah - sekolah dan lingkungan ketiga. Sebaiknya apabila pendidikan di rumah tidak sesuai dengan norma-norma yang diberikan di sekolah dan lebih-lebih bertentangan dengan kenyataan yang ada di lingkungan ketiga, maka bukan saja keraguan yang akan timbul tetapi anak-anak akan kehilangan pegangan kemudian dia akan larut kepada perilaku reaktif yang terjadi secara situasional. Tekanan-tekanan akan datang dari luar dirinya terutama dari kawan-kawan atau dari orang-orang yang dia temui didalam pergaulannya, termasuk tatanan layanan sosial yang tampak membuai, tetapi pada hakikatnya merupakan malapetaka (contoh varia, film dan majalah porno serta budaya kekerasan).

Pendidikan agama yang baik menyajikan pembisaan-pembiasaan, pengetahuan, penghayatan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dan dalam bentuk-bentuk perilaku yang baik (akhlaqul karimah). Didalam perjalanannya tentu saja dampa ini terlihat pada awalnya sebagai kebisaan-kebisaan, kemudian lama kelamaan melalui daya kritisnya dia akan memahami dari apa yang ia lakukan, ia


(16)

akan menyakini bahwa segala perilakunya itu adalah cerminan keimanannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dengan itu pula ia memiliki keimanan, sebagaimana yang telah digariskan dalam rukun iman, tetapi juga berperilaku terhadap sesamanya dengan cara-cara yang terpuji sebagaimana dicontohkan oleh nabi-nabi yang diketahui penuturan dan bacaannya.

Dalam menjalankan syari'at agama, ia juga akan berpedoman kepada aturan-aturan yang diajarkan kepadanya, baik melalui percontohan maupun melalui ajaran-ajaran serta cara-cara lain yang berhubungan dengan media atau teknologi sesuai denganjamannya.

Pada tataran yang lebih tinggi pendidikan agama bukan saja pedoman perilaku anak didik pada keadaan-keadaan yang normal, tetapi ia akan menjadi benteng terhadap gelombang-gelombang kehidupan dan ujian-ujian kehidupan berupa berbagai godaan yang bertentangan dengan perilaku akhlaqul karimah tersebut.

Negara kita bukan negara sekuler. Pendidikan agama telah disepakati sebagai sesuatu yang harus dijadikan sebagai salah satu pelayanan kepada warga negara Indonesia yang sangat pluralistik.

Berbeda dengan negara-negara yang sekuler seperti di Turki maupun di Korea Selatan misalnya, bahwa negara justru tidak membolehkan sekolah memberikan pendidikan agama karena dianggap memasuki wilayah pribadi dan itu bertentangan dengan norma-norma mereka.


(17)

Semangat keagamaan merupakan pendorong bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat, karena itu nilai-nilai keagamaan dijunjung tinggi.

Pendidikan agama wajib diberikan dari berbagai tingkat pendidikan. pendidikan agama wajib diberikan dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat perguruan tinggi.

B. Alasan Memilih Judul

Adapun judul yang penulis pilih dalam skripsi ini, adalah "PERANAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH UMUM DALAM UPAYA PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN SISWA".

Ada beberapa alasan yang menjadi motivasi penulisan masalah dalam judul ini, diantaranya sebagai berikut:

1. Pendidikan agama merupakan suatu usaha dalam membina kehidupan beragama dan bernegara. Sebagaimana Firman Allah SWT:

ﺔﱠﺎآ

اوﺮ ْ

نﻮ ْﺆ ْا

نﺎآ

ﺎ و

ﺔ ﺋﺎﻃ

ْ ﻬْ

ﺔ ْﺮ

ﱢ آ

ْ

ﺎ ْﻮ

نورﺬْﺤ

ْ ﻬﱠﻌ

ْ ﻬْ إ

اﻮﻌﺟر

اذإ

ْ ﻬ ْﻮ

اورﺬْ و

ﱢﺪ ا

اﻮﻬﱠ ﺘ

.

Artinya: "Tidak sepatntnya bagi orang-orang yang rmikmin itii pergi semiianya (kemedan perang), mengapa tidak pergi dan tiap-Hap golongati diantam mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahiian mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kanmnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itii dapat menjaga dirinya. (QS. AI-Taubah: 122)


(18)

2. Pendidikan dalam kehidupan manusia memiliki peranan yang sangat penting, yakni dapat membentuk kepribadian serta sebagai kekuatan yang dapat menentukan prestasi dan produktivitas seseorang, sehingga dapat memahami dan menginterpretasikan lingkungan yang dihadapinya, serta mencapai suatu peradaban yang tinggi.

3. Di dalam menghadapi era globalisasi ini, pendidikan memiliki tugas yang tidak ringan, disamping mempersiapkan peserta didik untuk meningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), diharapkan juga mampu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan (1MTAQ) kepada Allah SWT. Hal ini untuk mengantisipasi dampak negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya asing yang sangat berpengaruh terhadap kebudayaan an peradaban umat manusia, sebab pengaruh budaya asing yang bersifat negatif akan membawa gnerasi muda kearah dekadensi moral. Ini akibat kurangnya nilai-nilaipendidikan agama dalam diri siswa.

4. Bertolak dari masalah diatas, penulis igin mengetahui bagaimanakah Pendidikan Agama Islam yang di perankan oleh SMPN 02 dalam membina dan membimbing siswa, agar memiliki kepribadian yang baik, sebagaimana pendidikan agama yang diberikan di SMPN 02, dalam kehidupan sehari-hari.


(19)

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah Penelitian

Pendidikan Agama dianggap belum mencapai sasaran, ketika hanya pada tataran kognitif, belum sampai kepada tataran afektif dan psikomotorik. Dalam sistem pendidikan nasional bahwa pendidikan agama dinyatakan sebagai kurikulum wajib. Ini merupakan peluang bagi setiap sekolah, untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan agama di Indonesia dan untuk menghindari kekhawatiran akan semakin merosotnya nilai-nilai moral bangsa Indonesia ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis merasa perlu untuk membatasi dan merumuskan terlebih dahulu masalah-masalah yang hendak di bahas, agar arah dan sasaran yang hendak dicapai lebih jelas dan terarah.

Berkaitan dengan masalah ini penulis membatasi kepada:

1. Pendidikan agama dibahas disini dibatasi pada pendidikan agama dalam pendidikan formal, pada pengamalan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-qur'an dan Al-hadits, melalui kegiatan bimbingan dan pengajaran, latihan serta penggunaan pengamalan, yang meliputi: Akidah' akhlak, fiqh, Al-qur'an dan sejarah.

2. Pembentukan kepribadian yang dimaksud dalam pendidikan agama Islam ini adalah sebagai upaya untuk dapat membentuk dan membina setiap pribadi muslim yang berakhlakul karimah serta sebagai pengarah dan petunjuk dalam mendidik peserta didik agar memiliki kepribadian menurut ajaran agama dan norma yang berlaku.


(20)

Dari beberapa permasalahan tersebut diatas dapat dirumuskan menjadi pokok-pokok permasalahan yang lebih kongkrit dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMPN 02 ? 2. Bagaimanakah kepribadian siswa SMPN 02 ?

3. Apakah ada hubungannya pendidikan agama dengan kepribadian siswa ? 4. Bagaimanakah peran serta sekolah dalam memberikan pendidikan agama

Islam terhadap siswanya ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan pemasalahan umum yang telah dirumuskan maka kegiatan penelitian yang penulis lakukan bertujuan:

1. Untuk mendapatkan gambaran mengenai peranan Pendidikan Agama Islam di SMPN 02 dalam upaya pembentukan kepribadian sisa.

2. Untuk mendapatkan gambaran mengenai upaya yang dilakukan SMPN 02 dalam rangka pembentukan kepribadian

Sedangkan manfaat penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut:

1. Untuk menambah khazanah keilmuan, khususnya tentang pendidikan agama Islam

2. Sebagai sumbangan pikiran dalam bentuk tulisan yang bersifat ilmiah guna dapat di manfaatkan oleh berbagai pihak yang memerlukannya


(21)

E. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini, terdiri dari lima bab yang stiap babnya terdiri dari beberapa sub bab, dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, bab ini berisi tentang, latar belakang masalah, Alasan memilih judul, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II Landasan teori, bab ini berisi tentang, Pendidikan Agama Islam, pengertian pendidikan, ruang lingkup pedidikan agama Islam, kurikulum pendidikan agama Islam dan tujuan pendidikan agama Islam. Kepribadian, pengertian kepribadian, aspek-aspek kepibadian, struktur kepribadian, tipologi kepribadian dan faktor-faktor yang menentukan kepribadian.

BAB III Metodologi Penelitian, bab ini berisi tentang, obyek penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel, metode penelitian, tekhnik pngumpulan data dan tekhnik analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian, bab ini berisi tentang, gambaran umum SMPN 02, sejarah singkat berdirinya SMPN 02, letak geografis SMPN 02, prasarana SMPN 02. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DISEKOLAH UMUM DALAM UPAYA PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN SISWA, bab ini berisi tentang, sistem pendidikan agama Islam di SMPN 02, kurikulum pendidikan agama Islam di SMPN 02, strategi pembelajaran pendidikan agama Islam di SMPN 02, proses


(22)

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMPN 02, saran pendidikan agama Islam di SMPN 02, Sistem evaluasipendidikan agama Islam di SMPN 02 dan upaya yang dilakukan SMPN 02 dalam upaya pembentukan kepribadian siswa SMPN 02.


(23)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Secara harfiah, Pendidikan berasal dari kata educare, yang artinya "mengeluarkan suatu kemampuan". Jadi educare adalah membimbing untuk mengeluarkan kemampun yang tersimpan dalam diri anak untuk tercapainya kedewasaan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan Education artinya pendidikan yang dikaitkan dengan pendidikan sekolah karena sekolah merupakan tempat dimana anak dididik melalui pendidikan secara formal5

Secara terminologis, Drs. Ngalim Purwanto menjelaskan bahwa, pendidikan adalah segala usaha orang dewasa pada pergaulannya dengan anak-anak dalam memimpin perkembangan jasmaniah dan rohaniahnya kearah kedewasaan.6

Pendidikan dalam bahasa arab disebut "tarbiyah", berasal dari kata kerja Rabba yang berarti mendidik, bertambah, tumbuh, memelihara, merawat, berkembang, mengatur dan menjaga kelestarian atau eksistensinya sebagaimana dalam ayat ke24 dari surat Al-Isra,(17) dan ayat 18 surat

5

Dwi Nugroho, ED, Mengenal Manusia dan Pendidikan, (Yogyakarta : Liberty, 1998), cet. 1 hal.1.

6

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teorits danpraktis, (Bandung: Remaja Karya, !998),cet l.hal.3


(24)

Syura (26). Tarbiyah juga berarti proses persiapan dan pengasuhan manusia pada fase-fase awal kehidupannya yakni pada tahap perkembangan masa bayi dan kanak-kanak7

Pendidikan juga identik dengan kata "Ta'lim" dari kata kerja "Allama” yang berarti pengajaran memberi tahu atau transfer of knowledge karena memang proses ini ada dalam pendidikan.8 Kata lain yang mengandung arti pendidikan adalah "at-ta'dib" dari kata kerja ad-daba yang berarti pembinaan, mendidik dan memelihara.9 Maka dalam konteks yang luas, al-tarbiyah terdiri atas 4 unsur pendekatan, yaitu:

a. Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa. b. Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan. c. Mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan dan d. Melaksanakan pendidikan secara bertahap.10

Sedangkan secara istilah pendidikan dalam Islam menurut Ahmad Tafsir, adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran agama Islam.11

7

Zuhzirini, Abdul Gafir, Slamet AS, Yusuf, Metode Khusus Pendidikan Agama, (Malang: Biro Ilmiah Tarbiyah, IAIN Sunan Ampel, 1981) Get ke-7, h.25

8

Lihat tafsir Al-Qurthubi, Qs Al-Baqoroh (2) ayat 31 dan an-Naml 916) ayat 16. 9

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), 1996 cet. 3, hal. 25-27 & samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: pendekatan Historis ,Teoritis dan Praktis, (Jakarta:Ciputat Pres, 2002), cet 2, hal. 32.

10 Abdurrahman An-Nahlawi, prinsip-prinsip dan Metode, h. 25-32.

11 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994), Cet. 1, hal. 32.


(25)

Sedangkan menurut Zakiah Daradjat, pendidikan Islam berarti pembentukan pribadi muslim. Al-Syaibani mengemukakan pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya.12

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-qur'an dan hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.13

Berdasarkan pengertian umum Pendidikan Agama Islam tersebut, Dirjen Pembinaan Kelembagaan agama Islam,Departemen Agama RI, Merumuskan pengertian Pendidikan Agama Islam ( PAI ) diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan Agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.14

Sesuai dengan penjelasan pasal 39 ayat (2) UUSPN Tahun 1989, Pendidikan Agama Islam dimaksudkan sebagai usaha untuk memperkuat

12

Omar Muhammad Al-Touny al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,1979), cet. l,h. 11.

13 Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional, KBK Mata Pelajaran PAI SMU, (Jakarta: 2001, hal. 8.

14 Drs. H.M. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, CV. Pedoman Ilmu Jaya, (Jakarta: 1999 ), h : 74


(26)

iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang diamalkan oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat.

Dalam menghadapi era globalisasi pendidikan memiliki tugas yang tidak ringan, disamping mempersiapkan peserta didik untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) diharapkan juga mampu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan (IMTAQ) terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Peningkatan keimanan dan ketaqwaan dilakukan untuk mengantisipasi dampak negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu sebagaima ketentuan dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan Nasional, dalam rangka memperkuat keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pendidikaan Agama dinyatakan sebagai kurikulum wajib pada semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan.

Proses pembelajaran pendidikan agama yang belum berjalan secara efektif, dikarenakan rendahnya kemampuan guru agama dibidang metodologi dan terbatasnya jumlah jam belajar serta fasilitas yang kurang memadai dan sistem evaluasi pendidikan agama Islam yang masih menekankan pada aspek kognitif, yang seharusnya secara utuh meliputi pula aspek afektif dan psikomotorik.

Para ahli ternyata berbeda pendapat mengenai pengertian pendidikan dan Pengajaran. Tetapi pada umumnya para ahli sependapat bahwa


(27)

pengajaran adalah program dari pendidikan, pendidikan lebih luas dari pada pengajaran. Pendidikan meliputi pengajaran.

Kata pendidikan adalah "didik" atau "mendidik" yang secara harfiah artinya memelihara dan memberi latihan. Sedangkan "pendidikan" adalah tahapan-tahapan kegiatan mengubah sikap dan prilaku seseorang atau sekelompok orang melalui upaya program-program dan pelatihan.

Sementara itu, Poerbakawatja dan Harahap (1981), Poerwanto (1985) dan Winkel (1991), masing-masing mengartikan pendidikan dengan ungkapan yang maksudnya relatif sama bahwa pendidikan adalah usaha yang di sengaja dalam bentuk perbuatan, bantuan dan pimpinan orang dewasa kepada anak-anak agar mencapai kedewasaan. Tekanan mereka dalam hal ini adalah bahwa pendidikan itu harus di lakukan oleh orang dewasa, sedangkan yang dididik harus orang yang belum dewasa (anak-anak). Jadi, istilah pendidikan mempunyai arti : Menanamkan tabiat yang baik agar anak-anak mempunyai sifat yang dan berpribadi utama. Dalam mendidik, yang lebih penting adalah segi pembentukan pribadi anak.15

Dengan demikian jelaslah bahwa kalau mendidik itu mengenai masalah perasaan, antara akal dan perasaan memang mempunyai hubungan yang sangat erat.

15

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Bam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002) Cet ke-7, h.32


(28)

Dalam bahasa inggris mengajar di sebut instruction atau teaching. Akar kata instruction adalah to instruc, artinya to direct to do something, to tech to do something, to furnish with information, yakni memberikan pengarahan agar melakukan sesuatu, mengajar agar melakukan sesuatu, memberikan informasi. Sedangkan menurut Reber (1988) intruction (pengajaran) berarti pendidikan atau proses perbuatan mengajarkan pengetahuan.

Dengan demikian istilah mengajar mempunyai arti : memberikan pengetahuan kepada anak, agar mereka dapat mengetahui peristiwa-peristiwa, hukum-hukum ataupun proses dari pada sesuatu ilmu pengetahuan. Jadi yang dipentingkan adalah segi ilmiahnya.

Selanjutnya para ahli pendidikan Islam mengemukakan pendidikan, sebagai berikut:

1) Muhammad Jamaludin Al-Qosimi mendefinisikan attarbiyah atau

pendidikan dengan “hiya tablighusy sya'i illa kamalihi, syaian fa syaian” yaitu proses penyampaian sesuatu sampai pada batas kesempurnaan yang dilakukan secara tahap demi tahap.

2) Ismail Haqi Al-Barusawi memberikan arti attarbiyah dengan proses pemberian nafsu dengan berbagai kenikmatan, pemeliharaan hati nurani dengan berbagai kasih sayang, bimbingaan jiwa dengan hhukum-hukum syari'ah serta pengarahan hati dengan etika kehidupaan dan penerangan rahasia hati dengan hakikat pelita.


(29)

3) Abdul Fatah Jalal dalam buunya "Min Ushuli Tarbawiyyah Fiil Islam" menyatakan bahwa attarbiyah adalah proses pesiapan dan pemeliharaan anak didik pada masa kanak-kanak didalam keluarga. Pengertian tersebut diambil dari maksud surat Al-Isra ayat 24 dan surat Asy-syu'ara ayat 18 4) Musthofha Al-Maraghi memberikan arti attarbiyyah dengan dua bagian,

yaitu tarbiyyah kholiqiyah, pembinaan dan pengembangan jasad, jiwa dan akal dengan berbagai petunjuk. Dan tarbiyyah diniyyah tahdzibiyyah, pembinaan jiwa dengan wahyu untuk kesempurnaan akal dan jiwa.

5) Musthafa Al-Gholayani berpendapat bahwa attarbiyah adalah penanaman etika yang mulia pada jiwa anak yang sedang tumbuh dengaan cara memberi petunjuk dan nasehat, sehinga ia memiliki potensi-potensi.16

Pendidikan Islam merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lain, karena pada dasarnya pendidikan Islam merupakan transformasi nilai - nilai Islam sebagai substansi dan implikasi dari segala aspek kehidupan.

2. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam

Abu Ahmadi, dalam bukunya "Didaktik dan Metodik" mengatakan, bahwa ruang lingkup pendidikan Islam pada dasarnya mengacu pada lima hal dibawah ini:

16

Muhaimin, et aal, Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Filsofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya, (Bandung,: PT. Trigenda karya, 1993), Get. Ke-1 h.131.


(30)

1. Perencanaan

Perencanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan ativitas. Dimasa tahun 1975 secara umum digunakan Lesson Plan yang mengambil bentuk saluran pelajaran atau sering dikenal dengan sebutan satpel. Hampir semua sekolah menggunakannya tapi ada juga Lesson Plan yang dibuat dalam bentuk modul. Oleh karena itu perlu adanya modal dasar untuk membuat Lesson Plan dalam model apapun. Hal ini diperluka sebagai bukti bahwa guru memiliki kemampuan teoritis dan kompeten dibidangnya.

2. Bahan Pembelajaran

Bahan disebut juga sebagai materi, yaitu sesuatu yang diberikan kepada siswa saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Melalui proses belajar mengajar siswa diantarkan kepada tujuan pembelajaran. Bahan pengajaran dapat dibedakan menjadi beberapa kategori, yakni : fakta, konsep, prinsip dan keterampilan. Semuanya dimmuskan sedemikian rupa dalam bahasa yang jelas dan diproyeksikan untuk mencapai tujuan pembelajaran atau instruksional dengan menetapkan bahan pembelajaran. 3. Strategi Pembelajaran

Strategi yang berarti rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus adalah tindakan guru dalam melaksanakan rencana pembelajaran. Artinya, usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pembelajaran (tujuan, bahan, metode, dan alat serta evaluasi).


(31)

Dengan kata lain Strategi mengajar adalah taktik yang digunakan dalam melaksanakan atau praktek mengajar di kelas. Nilai guna yang didapatkan bagi guru adalah agar tercapainya tujuan melalui kegiatan terprogram. 4. Media Pembelajaran

Media disebut juga dengan alat yaitu sarana yang dapat membantu proses belajar mengajar atau menetapkan alat penilaian yang paling tepat untuk menilai sasaran atau anak didik tersebut. Dalam hal ini evaluasi terdiri dari dua bagian meliputi :

a. Tes : tes lisan, tulisan dan tindakan

b. Non tes : observasi, wawancara, studi kasus skala penilaian, checklist, inventory

5. Evaluasi

Evaluasi atau penilaian pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Hasil yang diperoleh dalam penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Oleh karena itu tindakan atau kegiatan tersebut dinamakan penilaian hsil belajar.

Sedangkan menurut Drs. Yunus Namsa yang merupakan ruang lingkup pendidikan atau pengajaran agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan kesetimbangan antara lain :

1) Hubungan manusia dengan Allah SWT 2) Hubungan manusia dengan sesama manusia 3) Hubungan manusia dengan dirinya


(32)

4) Hubungan manusia dengan mahluk lain di lingkungannya17

Ruang lingkup pengajaran agama yang dipaparkan pada pembahasan diatas pada dasarnya adalah sama, tetapi pendapat Abu Ahmadi mengacu pada segi didaktik dan metodik, sedangkan menurut Yunus Namsa dilihat dari segi keselarasan keseimbangan, dan keserasian hubungan manusia.

3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Sebelum menjelaskan pengertian kurikulum pendidikan Islam, ada baiknya dijelaskan terlebih dahulu pengertian kurikulum secara umum, yaitu : "Kurukulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olah raga dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya didalam dan diluar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan”.

Menurut M. Arifin kurikulum adalah segala mata pelajaran yang dipelajari dan juga semua pengalaman yang harus di peroleh serta semua kegiatan yang dilakukan oleh anak didik.

Dengan demikian kurikulum harus di desain berdasarkan pada pemenuhan kebutuhan manusia didik dan isinya terdiri dari pengalaman yang

17

Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran Agama Mam, Jakarta : Pustaka Firdaus, 2000, cet-l,h..23


(33)

sudah teruji kebenarannya. Pengalaman yang educatif, eksperimental dan adanya rencana dan susunan yang teratur.

Adapun pengertian kurikulum agama adalah semua pengetahuan, aktifitas dan juga pengalaman-pengalaman yang dengan sengaja dan secara sistematis diberikan oleh pendidik kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan agama.

Sesuai dengan pengertian tersebut, maka kurikulum pendidikan Agama adalah termasu salah satu komponen pendidikan Agama yakni berupa alat untuk mencapai tujuan pendidikan Agama.Untuk mencapai tujuan pendidikan, maka dengan sendirinya dibutuhkan terdapatnya kurikulum yang sesuai.

Dalam konteks kurikulum pendidikan agama islam, kurikulum idealnya tidak disusun secara sentralistik, karena walaupun agama itu berlaku universal tapi problem kehidupan keagamaan menjadi lokal-sektoral. Dari segi dasar pemahaman keagamaan grade-nya sangat bervariasi. Daerah-daerah tertentu yang lebih religius, seperti aceh misalnya, kurikulum pendidikan agama jangan disamakan dengan masyarakat islam di papua yang memang sangat tertinggal dan tidak kondusif bagi pengembangan wawasan keislaman.

Oleh sebab itu departemen agama hanya memberi semacam rambu-rambu yang harus ada di dalam kurikulum pendidikan agama islam, tidak sampai menyentuh kesubstansi materi. Kurikulum yang disusun Depag harus


(34)

dibuat sangat memungkinkan untuk guru dapat melakukan improvisasi terhadap kurikulum tersebut.

a. Komponen Kurikulum

Kurikulum mempunyai empat komponen, yaitu tujuan, isi, pola belajar-mengajar dan evaluasi.

1) Komponen tujuan mengarahkan atau menunjukan sesuatu yang hendak dituju atau dicapai dalam proses belajar-mengajar.

2) Komponen isi menunjukan materi proses belajar-mengajar tersebut. Isi kurikulum harus relevan dengan tujuan yang dibuat.

3) Komponen proses belajarmengajar, dalam proses belajar sebaiknya anak tidak dibiarkan sendiri, karena PMB itu merupakan gabungan kegiatan anak belajar dan guru mengejar yang tidak terpisahkan. Selain itu juga PMB termasu didalamnya sarana (media) serta metode pembelajaran.

4) Komponen evaluasi yaitu kegia tan kurikulum berupa penilaian untuk mengetahui prosentase keberhasilan tujuan PMB yang sudah di rumuskan. Penilain dalam Pendidikan Islam mempunyai kriteria sendiri selain dari pencapaian kognitif, juga mengandung kriteria kebijaksanaan dan budi luhur.


(35)

b. Ciri-ciri Kurikulum Pendidikan Islam

Kurikulum pendidikan Islam mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Kurikulum PAI harus menonjolkan agama dan akhlak yang

diambil dari Al-Qur'an dan Hadits.

2) Kurikulum PAI harus memperhatikan pengembangan yang

berkesinambungan antara aspek pribadi siswa, jasmani, akal dan rohani.

3) Kurikulum PAI harus memperhatikan unsur arti yang sangat luas. 4) Kurikulum PAI harus mempertimabngkan perbedaan-perbedaan

kebudayaan yang sering terdapat di tengah masyarakat. Tingkat pluralitas dalam berbagai aspek kehidupan harus direspons dengan kurikulum pendidikan Agama Islam yang menghormati dan menghargai perbedaan antar etnik agama, suku, warna kulit, bahasa, nation dan sebagainya.

5) Kurikulum PAI harus memperhatikan keseimbangan antara pribadi dan masyarakat, dunia dan masyarakat, jasmani, akal dan rohani.18 c. Prinsip-prinsip Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Dalam penyusunan kurikulum Pendidikan Agama Islam harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:

1) Harus ada mata pelajaran yang ditujukan mendidik rohani (hati), rohani yang dimaksud adalah aspek manusia selain jasmani dan akal.

18


(36)

Untuk mendidik rohani mata pelajaran yang tepat adalah mata pelajaran ketuhanan (Akhlaq).

2) Harus memuat tuntunan cara hidup, yang dimaksud adalah bagaimana cara berhubungan yang baik dengan Allah, sesama manusia dan lingkungan sekitar. Mata pelajaran yang dapat memenuhi tuntutan ini adalah ilmu fiqih dan ilmu akhlak.

3) Mata pelajaran harus memenuhi rasa ingin tahu yang ada pada peserta didik.

4) Mated pelajaran yang terdapat dalam kurikulum itu harus fungsional dan mempunyai konsekuensi praktis pragmatis.

5) Mata pelajaran yang dibarikan berguna dalam mempelajari ilmu lain. Adapun materi pokok dalam Pendidikan Agama Islam, sebagai berikut:

a. Aqidah adalah bersifat keyakinan batin, mengajarkan keesaan Allah. b. Syari'ah adalah berhubungan dengan amal lahir guna mengatur

hubungan antara manusia dengan Tuhan, dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia.

c. Akhlak adalah suatu bentuk amalan yang bersifat pelengkap

penyempurna bagi kedua amal diatas yang mengajarkan tentang tatacara pergaulan hidup manusia.19

Tiga inti ajaran pokok ini kemudian dijabarkan dalam bentuk rukun iman, rukun Islam dan akhlak, Dari ketiganya lahirlah beberapa keilmuan agama, yaitu : ilmu tauhid, ilmu fiqh, dan ilmu akhlak. Ketiga kelompok ilmu agama ini kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasar hukum

19


(37)

islam, yaitu Al-Qur'an dan Al-Hadits, serta ditambah lagi dengan sejarah islam (Tarikh).

Pada tingkat SMP secara psikologis, peserta didik mengalami perkembangan kejiwaan dan intelektualitas yang berbeda dibandingkan peserta didik pada sekolah dasar. Kondisi kejiwaannya yang memasuki jiwa remaja dan intelektualitasnya yang menuju kematangan harus di formulasi standar pendidikan agama Islam yang sesuai dengan kejiwaan dan intelektualitasnya.

Oleh karena itu pengajaran agama di SMP dapat dibagi menjadi: 1. Keimanan

2. Ibadah/Fiqh 3. Akhlak 4. Sejarah Islam 5. Al-Qur'an 6. Mu'amalah20 7. Syari'ah 8. Tarikh21

20

DEPAG RI, Kendali Mutu Pendidikan Agama Mam, (Jakarta,2001), hal.9 21

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kurikulum Pendidikan Dasar, Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) h. 3. 18 Zakiah Daradjat, h. 18


(38)

4. Tujuan Pcndidikan agama Islam

Pendidikan Islam merupakan proses bimbingan dan membina fitrah peserta didik secara maksimal dan bermuara pada terciptanya pribadi peserta didik sebagai muslim sempurna (insan kamil) yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik.

Tujuan Pendidikan Agama Islam, menurut beberapa pendapat para ahli, antara lain:

1. Dr. Zakiah Daradjat, dkk, membagi tujuan pendidikan Islam ini dalam 4 (empat) bagian. Yaitu tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara dan tujuan operasional. Sebagai tujuan umum pendidikan meliputi sikap. Tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan sementara dari pendidikan Islam beliau berpendapat bahwa proses pendidikan itu yang dianggap sebagai tujuan akhirnya adalah insan kamil yang mati dan akan menghadap Tuhan-nya. sedangkan yang menjadi tujuan sementara yang dimaksud oleh Zakiah Daradjat ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal, tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.22 2. Pendapat Ibnu Khaldun, yang disadur leh Prof. Dr. Ramayulis membagi

tujuan pendidikan Islam ini dalam dua tujuan, yaitu tujuan keagamaan dan tujuan ilmiah. Tujuan keagamaan maksudnya ialah beramal untuk akhirat, sehingga ia menemui Tuhan-nya dan telah menunaikan hak-hak Allah yang diwajibkan kepadanya. Sedangkan tujuan ilmiah yang bersifa keduniaan, yaitu aapa yang diungkapkan oleh pendidikan modern dengan tuuan kemanfaatan atau persiapan untuk hidup.23

3. Al-Abrasyi masih yang disssadur oleh Prof. Dr. Ramayulis, memiliki penddpat yang Ibih komplit, yaitu bahwa pendidikan islam memiliki 5 (lima) tujuan pokok, antara lain:

a) Sebagai pembentukan akhlak mulia

b) Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat

c) Persiapan untuk mencari rizki dan pemeliharaan segi-segi

pemanfaatan. Keterpaduan antara agama dan ilmu akan dapat membawa manusia kepada kesempurnaan

22

Zakiyah Darajat, h. 18 23


(39)

d) Menumbuhkan roh ilmiah para pelajar dan memenuhi keinginan untuk mengetahui serta memiliki kesanggupan untuk mengkaji ilmu sekedar sebagai ilmu

e) Mempersiapkan para pelajar untuk suatu profesi tertentu sehingga ia mudah mencari rezeki.24

Demikian beberapa pendapat rumusan tujuan pendidikan Islam, makna dan fungsinya dalam upaya pembentukan kepribadian, perpaduan iman dan amal soleh, yaitu keyakinan adanya kebenaran mutlak yang menjadi satu-satunyaa tujuan hidup dan sentral pengabdian diri dan perbuatan yang sejalan dengan harkat dan martabat kemanusiaan.

Dalam proses pendidikan ini tujuan akhir merupakan kristalisasi nilai-nilai yang ingin diwujudkan dalam pribadi anak didik. Oleh karena itu tujuan akhir harus komprehensif, mencakup semua aspek, serta terintegrasi dalam pola kepribadian yang ideal dan utuh. Tujuan akhir mengandung nilai-nilai Islami dalam segala aspeknya, yaitu aspek normatif, aspek fungsional dan aspek operasionalnya. Hal tersebut menyebabkan pencapaian pendidikan tidak mudah, bahkan sangat komplek dan mengandung resiko sangat mental spiritual, lebih-lebih lagi menyangkut internalisasi nilai-nilai Islami yang didalamnya terdapat iman, islam dan takwa, serta ilmu pengetahuan menjadi alat vitalnya.

Pendidikan Islam merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lain, karena pada dasarnya pendidikan Islam merupakan

24


(40)

transformasi nilai-nilai Islam sebagai substansi dan implikasi dari segala aspek kehidupan.

Tujuan pendidikan agama adalah agar para siswa memiliki akhlak yang tinggi, beriman yang ditunjukan oleh perilaku-perilaku yang terpuji dalam interaksinya dengan manusia dan lingkungannya. Pemdidikan agama membantu anak didik menjadi insan kamil yaitu ia mempunyai kualitas hubungan yang amat baik, bik kepada Allah SWT, terhadap manusia dan terhadap lingkungannya yang lain.

Tujuan pendidikan pada tingkat SMP sebagaimana dirumuskan dalam buku "Kendali mutu pendidikan agama Islam", adalah:

a. Beriman kepada Allah SWT, rukun Islam dan rukun Iman

b. Dapat membaca dan menulis serta memahami ayat suci al-Qur'an serta mengetahui hukum membacanya

c. Beribadah dengan baik sesuai dengan tuntunan syariat Islam baik ibadah wajib maupun sunah

d. Dapat mentauladani sifat, sikap, dan kepribadian Rasulullah SAW. e. Mempraktikan hukum mu'amalah Islam dalam kehidupan sehari-hari.25

Tujuan akhir dari semua pendidikan yang sehat dan berguna adalah yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan meningkatkan harkat kemanusiaannya dan dalam waktu yang sama dapat menyelamatkan

25


(41)

manusia dari keburukan serta bahaya-bahaya yang mengancam nafsu amarah oleh kebejatan akhlak dan kerusakan masyarakat yang melingkupinya.

B. KEPRIBADIAN

1. Pengertian Kepribadian

Kepribadian berasal dari kata "pribadi" yang berarti "sendiri" atau "perorangan"26 menurut kamus umum Bahasa Indonesia, kepribadian berarti, "keadaaan manusia sebagai perseorangan, keseluruhan sifat-sifat merupakan watak orang.27

Menurut etimologi kepribadian atau personality berasal dari bahasa Latin "Personare" yang berarti mengeluarkan suara. Pada mulanya istilah personal berasal dari topeng yang dipakai oleh pemain sandiwara, dimana pemain sandiwara itu diproyeksikan, kemudian kata personal itu berubah arti menjadi pemain sandiwara atau orangnya. Namun kini kata kepribadian atau personality menurut para ahli psikologi dipakai untuk menunjukan sesuatu yang nyata dan dapat dipercaya tentang individu, untuk menggambarkan bagaimana dan apa sebenarnya individu.28

Sedangkan pengertian kepribadian secara terminologi terdapat beberapa definisi, yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya:

26

S. Wojowasito, Kamus Bahasa Indonesia, (Bandung: Shinta Dharma), Get. X, h. 227. 27

W. J. S. Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h. 768.

28

M. Ngalim Purwanto, Mp., Psikologi pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990), Get. V,h. 154.


(42)

1. Menurut Poedjawijatna, bahwa kepribadian adalah, dasar keseluruhan dan kesatuan tindakan manusia yang berbudi dan berkehendak.29

2. Muhammad Ja'far mengemukakan, bahwa kepribadian adalah suatu sistem sempurna dari sejumlah sifat khusus yang berkenaan dengan cita-cita kemasyarakatan akliyah dan jasmaniyah baik yang bersifat fitrah maupun yang menempatkan pengalaman aktifitasnya secara timbal balik sejalan dengan norma-norma masyarakat lingkungan hidup seseorang.30

3. Menurut Agus sujanto dalam bukunya psikologi pendidikan mengutip pendapat yang telah dikemukakn oleh G. W. Allport bahwa kepribadian adalah "suatu organisasi psiko-fisik yang dinamis, seseorang yang menyebabkan ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.31

4. Menurut Ahmad D. Marimba memberikan batasan bahwa kepribadian adalah lebih luas artiya, meliputi kualitas keseluruhan seseorang, kualitas itu akan tampak dalam cara-cara berpikir, mengeluarkan pendapat, sikap, minat falsafah hidup serta kepercayaannya.

Kepribadian muslim merupakan tujuan akhir dari setiap usaha pendidikan Islam dan hasil dari suatu proses sepanjang hidup. Oleh karena itu banyak faktor yang ikut ambil bagian dalam pembentukan kepribadian manusia tersebut. Dengan demikian apakah kepribadian manusia tersebut.

29

Poedjawijatna, Etika Filsafat Tingkah laku, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), Cet. V, h. 54 30

M. Ja'far, Membina Pribadi Muslim, (Jakarta: kalam Mulia, 1994), Cet.l, h. 42 31


(43)

Dengan demikian apakah kepribadian seseorang itu baik atau buruk, kuat atau lemah, beradab atau biadab sepenuhnya ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi dalam perjalanan hidup seseorang tersebut. Dalam hal ini pendidikan sangat besar peranannya dalam pembentukan kepribadian manusia itu sendiri.32

Dalam pengertian secara sederhana, filsafat diartikan sebagai kepribadian jati diri dan pandangan hidup seseorang, masyarakat atau bangsa. Kondisi ini dibentuk oleh tradisi kehidupan masyarakat ataupun oleh usaha yang terprogram, tetapi sederhana apapun pembentukan itu tak lepas dari peran pendidikan. Pendidikan pada prinsipnya menurut Prof. DR. Hasan Laggulung, dapat dilihat dari dua sudut pandang individu dan dari sudut pandang masyarakat (Hasan Langgulung, 1986: 38).

Dilihat dari sudut pandang individu, pendidikan merupakan usaha untuk membimbing dan menghubungkan potensi individu. Adapun dari sudut pandang kemasyarakatan, pendidikan merupakan usaha pewarisan nilai-nilai budaya tersebut tetap terpelihara.

Dalam konteks ini dapat dilihat hubungan antara pendidikan dengan tradisi budaya serta kepribadian suatu masyarakat, betapapun sederhananya masyarakat tersebut.33

Secara definitif kepribadian itu dapat dirumuskan sebagai berikut:

32

Dra. Zuhairini. dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 186. 33

DR. Jalaludin & Drs. Abdullah IDI, M. Ed, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997) h. 155-156


(44)

a. Kepribadian manusia ialah suatu perwujudan keseluruhan segi manusianya yang baik, lahir batin dan antar hubungannya dengan kehidupan sosial dan individunya.34

b. Kepribadian adalah dinamis dari sistem-sistem Psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik (khas) dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.35

Dari definisi di atas nampak jelas bahwa kepribadian itu adalah hasil dari suatu proses kehidupan yang dijalani seseorang. Oleh karena itu proses yang dialami seseorang itu berbeda-beda.

2. Aspek-aspek Kepribadian

Kepribadian merupakan keterpaduan antara aspek-aspekn kepribadian, yaitu aspek-aspek psikis seperti aku, kecerdasan, bakat, sikap, motif, minat, kemampuan, moral dan aspek jasmani seperti postur tubuh, tinggi dan berat badan, indra dan lain-lain. Diantara aspek-aspek tersebut aku dan diri (self) seringkali ditempatkan sebagai pusat dan kepribadian, sebagaimana terdapat dalam gambar tersebut:

34

Tim Dosen IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, (IKIP Malang, 1981), h. 110.

35


(45)

Gambar, Aspek-aspek Kepribadian

Menurut Drs. Jalaluddin, bahwa kepribadian itu dapat dilihat dari empat aspek muatannya, yaitu:

a. Aspek personalia, yaitu kepribadian yang dapat dilihat dari pola tingkah laku lahir batin yang dimiliki seseorang.

b. Aspek individualitas, yaitu karakteristik adalah sifat-sifat khas yang dimiki seseorang (membedakan yang satu dengan yang lain)

c. Aspek mentalitas, yaitu sebagai perbedaan yang berkaitan dengan cara berpikir (sebagai gambaran pola pikir seseorang)

d. Aspek Identitas, yaitu kecenderungan seseorang untuk mempertahankan sikap dirinya dari pengaruh luar (karakteristikyang mengantarkan seseorang).

Bakat

Kemampuan

Motivasi Kecerdasan

Indra

Sikap Tinggi-berat

Badan

Postur Tubuh


(46)

Berdasarkan keempat aspek ini, terlihat bagaiman hubungan antara pendidikan dan pembentukan kepribadian yang lebih lanjut berhubungan dengan filsafat pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai budaya sebagai pandangan hidup suatu bangsa.36

Secara garis besar, aspek-aspek kepribadian itu dapat digolongkan pada tiga hal, yaitu:

1. Aspek-aspek kejasmanian yang meliputi tingkah laku atau sikap

2. Aspek-aspek kejiwaan yang meliputi sikap, minat dan cara-cara berpikir 3. Aspek-aspek kerohanian yang meliputi falsafah hidup atau kepercayaan.37

Jadi kesimpulannya kepribadian muslim yaitu kepribadian yang menunjukan tingkah laku luar, kegiatan-kegiatan jiwa dan falsafah hidup serta kepercayaan seorang muslim.

3. Struktur Kepribadian

Dalam struktur kepribadian terdapat bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling mengatur serta menyesuaikan dan berintegrasi. Kepribadian menurut Yusak Burhanudin, meliputi:

a. Nafsu, merupakan merupakan keinginan untuk dapat mempertahankan diri dan menjaga kelangsungan hidup seseorang.

b. integrasi dan intelek, integrasi adalah kempuan seseorang untuk menyelesaikan persoalan secara efektif dan efisien

36

Dr. Jalaludin dan Drs Abdullah IDI. M.Ed, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997) h. 160

37

Drs. Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: PT- ma'arif, 1989) h.67-68


(47)

berdasarkan pengalamannya. Adapun intelek adalah kemampuan seseorang yang diperoleh dari hasil belajar.

c. Temperamen, yaitu meliputi cara menerima dan melaksanakan

pengalaman emosional; keterampilan dan kecekatan dalam melakukan tugas-tugas sehari-hari yang menjadi dasar perasaan seseorang dan dorongan dalam melakukan aktivitas.

d. Psikomotorik, merupakan luapan jiwa dan pikiran seseorang.

e. Watak, merupakan gabungan seluruh tingkah laku yang membentuk dasar kepribadian seseorang.38

4. Tipologi Kepribadian

Kepribadian merupakan satu kesatuan yang menyeluruh dan kompleks. Setiap orang memiliki kepribadian tersendiri. Dalam hal ini para ahli mengelompokan kepribadian atau tipologi kepribadian.

Dalam bukunya Nana Syaodih memaparkan, ada empat tipe kepribadian, yaitu:

a. Choleric (choler adalah empedu kuning) yang memiliki temperamen cepat marah, mudah tersinggung, tidak sabar dan sebagainya.

b. Melancholic (melas dan choler adalah empedu hitam). Yang memiliki temperamen pemurung, penduka, mudah sedih, pesimis, dan putus asa. c. Phlegmatic (phlegma adalah lendir) yang memiliki sifat-sifat periang,

aktif, dinamis, dan cekatan.

Tipologi ini didasarkan atas teori yang lahir dari pemikiran filosofis dan bukan penelitian empiris.

38


(48)

Menurut Kretchmer ada tiga tipe kepribadian yang digolongkan berdasarkan bentuk tubuh, yaitu:

1) Asthenicus atau leptosome, yaitu orang-orang yang berperawakan tinggi kurus, memiliki sifat-sifat kritis, memiliki kemampuan berpikir abstrak, suka melamun dan sensitif.

2) Pycknicus, seorang yang berperawakan pendek gemuk, memiliki sifat-sifat periang, suka humor, populer, hubungan sosial luas, banyak kawan dan suka main.

3) Athleticus, seorang yang bertubuh tinggi besar, memiliki sifat pemberani, agresif, mudah menyesuaikan diri dan berpendirian teguh.39

Sejalan dengan tipologi kretchmer adalah tipologi dari sheldon (1940), berdasarkan penelitianempiris terhadap unsur-unsur jaringan tubuh dalam embrio, sheldon menyimpulkan adanya tiga tipe khas manusia berdasarkan bentuk tubuh, yaitu:

a) Endomorphic, berbadan pendek gemuk dengan ciri-ciri kepribadiannya viscerotonia, yaitu: senang makan, hidup mudah, tak banyak yang dipikirkan, rasa kasihsayang, senang bergaul, toleran dan rileks.

b) Mesomorphic, berbadan tinggi kurus dengan ciri kepribadian somatonia, yaitu senang akan kekuatan jasmaniah, aktif, agresif dan energik.

39


(49)

c) Ectomorphic, berbadan tinggi kurus dengan ciri kepribadian cerebrotonia, yaitu: suka berpikir, melamun, senang menyendiri, pesimis dan mudah terharu.

Tipologi lain dikembangkan oleh spranger, seorang filsuf Jerman, ia menhgelompokkan individu atas dasar kecendrungannya akan nilai-nilai dalam kehidupan. Menurutnya ada enam tipe kepribadian, yaitu:

1) Theoritic (manusia teoritis), tipe ini memiliki dorongan yang besar untuk meneliti, mencari kebenaran, rasa ingin tahu, pandangan yang objektif tentan dirinya dan dunia luar.

2) Economic, Perilakunya selalu diwarnai oleh dorongan-dorongan ekonomi, segala sesuatu dilihat dari manfaat atau kegunaannya terutama untuk dirinya.

3) Aesthetic (nilai-nilai keindahan), yang memiliki sifat senang akan keindahan, bentuk-bentuk simetris, harmonis, segala sesuatu dipandang dari sudut keindahan.

4) Sociatic (nilai-nilai sosial), yang memiliki sifat menyenangi orang lain, simpatik, baik, dan meninjau persoalan dari hubungan antara manusia. 5) Politic, yang memiliki dorongan untuk menguasai orang lain dan menjadi

manusia terpenting dalam kelompoknya.

6) Religious, yang mengutamakan nilai-nilai spritual hubungan dengan Tuhan, perilakunya didasari oleh nilai-nilai keagamaan, keimana, yang teguh, penyerahan diri kepada Tuhan.40

Sebagaimana telah kita fahami bahwa didalam perkembangan kepribadian seseorang yang dapat dilihat dari keseluruhan perilakunya, maka pada anak didik perlu dibentuk secara intensif adalah pada lingkungan rumah, kemudian berkembang pada lingkungan yang lebih besar yaitu dengan tetangganya. Pada saat ia memasuki dunia sekolah maka ia akan beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekolah. Didalam interaksi-interaksi

40


(50)

tersebut sebenarnya terjadi proses-proses peniruan atau imitasi terhadap orang-orang sekitarnya terutama orang yang sangat penting dalam kehidupannya (significant others). Disamping peniruan yang dilakukan terhadap perilaku orang-orang disekitarnya ia juga melakukan percobaan-percobaan yang dikembangkannya sendiri dan dari perilaku mencoba-coba tersebut ia memperoleh penguatan ataupun penghambat dari lingkungannya sesuai dengan ukuran-ukuran norma yang hidup dalam masyarakat tersebut. Pendidikan agama dalam hal ini memberikan acuan mengenai sesuatu yang dianggap baik atau tidak baik sehingga perilaku tersebut terbentuk. Setelah anak-anak lebih besar pengetahuan tentang baik atau buruk itu juga diperoleh dari hasil bacaan, dari hasil pengamatan terhadap perilaku orang-orang lain baik diamati secara langsung maupun lewat bacaan atau tontonan yang lain.

Masa-masa pembentukan dilalui oleh anak didik terutama pada tahapan pendidikan dasar dengan fondasi yang diperoleh dari rumah maka pada saat ia memasuki pendidikan di luar sekolah. Sebagai penggalan pertama dari pendidikan dasar maka kebutuhan kepada orang tua yang semula menjadi acuan utama pada masa-masa balita sampai sebelum sekolah akan beralih atau dilengkapi dengan acuan-acuan yang diberikan oleh gurunya dibanding kepada orang tuanya didalam hal-hal tertentu.

Pada saat ia memasuki penggalan kedua dari pendidikan dasar, yaitu Sekolah Menengah Pertama dan pada awal Sekolah Menengah Umum akan terjadi suatu masa kritis dimana norma-norma termasuk tentu saja norma


(51)

agama yang selama ini ia terima sehingga menjadi anak yang manis, mulai dipertanyakan, mulai disoal sebelum ia mengakui bahwa norma itu bersesuai dengan hati nuraninya. Ini adalah perkembangan yang sangat normal bahwa sebelum menjadi dewasa, seorang anak didik akan tetap mempersoalkan, baru kemudian mengakui.

Oleh karena itu pendidikan agama akan memerlukan format yang berbeda dengan penyajian pada masa pendidikan awal dengan masa-masa pendidikan ketiga anak itu menginjak masa-masa remaja dan ambang dewasa. Pada masa-masa awal maka pembiasaan menjadi sangat dominan. Demikian juga peniruan dan sistem hukuman dan ganjaran. Sedangkan pada masa-masa dimana sikap kritis mulai tumbuh maka pembahasan diperlukan dengan pemberian penalaran. Tapi ada satu hal yang mengikat para pendidik untuk selalu menerapkannya baik pada tatanan sistem pendidikan dasar, dimana anak-anak tersebut sampai pada ambang kedewasaan, yaitu bahwa para pendidik harus mempraktekan nilai-nilai keagamaan yang diyakininya. Dengan kata lain ia harus berperilaku secara konsisten atau menjadi satunya kata dan perbuatan alias taat azas. Setiap perilaku yang berstandar ganda yang ditujukan pendidik akan menghasilkan kebingungan kepada anak-anak dan pada saatnya anak akan menunjukkan perilaku menolak terhadap apa yang disampaikan kepada para pendidikannya.


(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Obyek Penelitian

Obyek bagi penelitian yang penulis lakukan dalam penyusunan skripsi ini adalah SMPN 02 Bekasi Timur, yang terletak di Jl. Chairil Anwar No. 37 Kelurahan Margahayu Kecamatan Bekasi Timur, Kabupaten Bekasi 17122 Propinsi Jawa Barat Telp. (021) 8803079

B. Waktudan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMPN 02 Bekasi Timur, waktu penelitian di laksanakan dari tanggal 2 Februari s/d 28 Mei 2005

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian41. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMPN 02, yang berjumlah 280 siswa.

Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang sama, sehingga betul-betul mewakili populas.42 Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah proposional stratified random sampling yaitu suatu teknik yang tidak sama. Sedangkan besar anggota sampel

41

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), cet.ke- 10, h. 115 42


(53)

yang diambil adalah 25% darji jumlah populasi yang ada. Sampel yang diambil sebanyak 70 siswa.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian langsung terhadap objek yang akan dituju untuk memperoleh dan mengumpulkan data-data yang diperlukan.

Dalam melakukan penelitian lapangan ini penulis langsung ke SMPN 02 Bekasi Timur dan menemui serta mengadakan wawancara dengan orang-orang yang penulis anggap mengetahui tentang masalah yang hendak dibahas. Selain itu penulis juga menyebarkan angket kepada sebagian siswa yang penulis jadikan sampel dalam penelitian ini.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian lapangan ini, penulis menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti. Adapun teknik pengumpulan data tersebut adalah:

1. Observasi, yaitu pengamatn dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.43 Observasi merupakan metode yang

43

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1992), cet.ke-21, Jilid 2, h. 23


(54)

secara langsung mengamati perilaku subyek penelitiannya,44 dan metode yang pertama-tama digunakan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan penelitian. Dalam melakukan penelitian ilmiah ini penulis melakukan observasi langsung dengan cara datang ke SMPN 02 yang berada di Jl. Chairil Anwar No. 37 Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur, Kabupaten Bekasi serta melakukan pengamatan terhadap SMPN 02.

2. Wawancara, yaitu suatu dialog yang dilakukan untuk memperoleh informasi dari orang yang diwawancara.45 Dalam melakukan penelitian ilmiah ini penulis melakukan wawancara secara langsung dengan berbagai pihak yang penulis anggap terkait serta mengetahui untuk memperjelas data yang diperoleh dari angket.

3. Angket yaitu suatu alat penelitian yang dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah responden.46 Daftar pertanyaan ini disusun secara tertulis mengenai seuatu hal yang berkaitan dengan indikator masalah pendidikan, angket yang digunakan adalah angket tertutup yang berarti berupa bentuk pertanyaan setiap responden hanya tinggal menulis jawaban yang telah disediakan dalam angket tersebut. Dalam melakukan penelitian ini penulis menyebarkan angket kepada sebagian siswa yang penulis jadikan sampel dalam penelitian ini. Angket ini

44

Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga PT. Fakultas Ekonomi UI, 2000), Edisi ke-2, h. 249

45

Suharsimi Arikunto, Op.cit., h. 115 46


(55)

berisi 30 item, yang terdiri dari 15 item untuk variabel X-nya dan 15 item lagi untuk variabel Y-nya. Untuk lebih jelasnya dari ke-30 item pernyataan tersebut dapat dilihat pada kisi-kisi penyusunan angket pada tabel berikut:

Tabel 1

Kisi-kisi Item Pernyataan Angket Penelitian

No Variabel Dimensi Variabel Indikator Jumlah Item Nomor Item 1 Pelaksanaan PAI (Variabel X) Aktivitas guru mengajar

- Menggunakan berbagai metode dalam proses mengajarnya

- Menggunakan media

pengajaran dalam proses mengajarnya

- Memberikan tugas setelah menyampaikan materi

- Tidak melaksanakan monitoring dan penilaian terhadap proses dan hasil belajar

- Memberikan bimbingan

1 1 1 1 1 1 4 2 8 9


(56)

Aktivitas belajar anak

didik

belajar

- Memberikan bantuan terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar

- Memiliki strategi

pengajaran yang handal, sehingga memudahkan siswa dalam menerima materi pelajaran

- Memberikan kesempatan untuk bertanya

- Memahami penjelasan yang diberikan oleh guru - Merasakan suasana

kegiatan belajar

mengajar yang kondusif - Materi pendidikan agama

sangat membebani terhadap aktivitas sehari-hari siswa

1

1

1

1

1

1

10

13

5

12

3


(57)

- Kurikulum PAI yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan siswa

- Dengan belajar sungguh sungguh akan

menghasilkan nilai/ prestasi yang baik - Dalam proses KBM

tercipta suasana yang menyenangkan, sehingga mambangkitkan motivasi siswa

- Validitas isi tes/ ujian siswa, membingungkan siswa dalam pelaksanaanya 1 1 1 1 7 11 14 15 2 Pembentukan Kepribadian Siswa (Variabel Y) Kepribadian siswa dalam KBM (Dalam kelas)

- Berdo'a hendak memulai pelajaran

- Berbohong kepada guru (hendak meninggalkan pelajaran) 1 1 19 20


(58)

Kepribadian siswa diluar KBM (Luar

kelas)

- Menyontek saat ujian - Tidur dalam kegiatan

belajar mengajar

- Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru - Memperhatikan dengan

baik pada saat guru menyampaikan pelajaran - Keluar tanpa seijin guru - Mematuhi peraturan

yang diterapkan disekolah

- Bila bertemu dengan guru siswa mengucapkan salam

- Memaafkan temari yang melakukan kesalahan

- Mendapatkan hukuman

bila terlambat - Memberikan selamat

terhadap teman yang

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 29 25 26 22 16 17 18 21 24


(59)

sukses

- Yang melanggar peraturan akan

mendapatkan hukuman - Bila berjalan didepan

guru pura-pura tidak melihat

- Bersikap acuh terhadap teman yang mengalami keulitan

- Berbicara kasar terhadap guru

1

1

1

1

27

28

29

30

Jumlah 30 1-30

Jawaban atas angket di atas, pada setiap butir soalnya sudah disediakan alternatif jawaban yang memiliki skor. Namun, pada setiap pertanyaan memiliki skoring yang berbeda pada itemnya. Adapun perbedaan skornya dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Untuk pernyataan yang bernilai positif (yakni pada item soal nomor: 1-15) maka diberi nilai skoring untuk tiap jawaban: Selalu = Skornya 4, Sering


(60)

2) Sedangkan untuk pernyataan yang bernilai negatif (yakni pada item soal nomor 16-30) maka diberi skoring untuk tiap jawaban: Selalu = Skornya

1, Sering = Skornya 2, Kadang-kadang = Skornya 3, Tidak pernah =

Skornya 4.

4. Dokumentasi, yaitu mengamati dan mencatat dokumen yang ada

hubungannya dengan penelitian ini. Dalam melakukan penelitian ini penulis melakukan pencatatan-pencatatan terhadap dokumen-dokumen yang ada di SMPN 02 yang ada kaitannya dengan permasalahan yang sedang dibahas.

F. Teknik Analisis Data

Metode pembahasan yang penulis gunakan adalah metode deskriptif analisis, yaitu suatu cara yang digunakan untuk memperjelas dan memaparkan permasalahan dengan cara memberikan gambaran yang seutuhnya mengenai masalah yang akan dibahas berikut analisanya. Dalam hal ini teknik analisa statistik untuk menyederhanakan penyajian data-data yang berwujud angka-angka lebih dapat dipahami dengan menggunakan rumus frekuensi, yaitu:

100 × =

N F

P %

Keterangan:

P = Presentasi Jawaban yang dicari F = Frekuensi jawabanresponden N = Bilangan tetap (konstanta)


(61)

Setelah didapatkan hasil prosentase di angket yang telah disebarkan kepada siswa-siswi SMP di masing-masing tingkatan kelas, maka untuk menentukan katagori pemakaian dari hasil penelitian tersebut penulis merumuskan sebagaii berikut:

Tabel 2 Kriteria Penilaian

No Persentase Penafsiran

1. 80-100% Amat Baik

2. 60-80% Baik

3. 40-60% Cukup

4. 20-40% Rendah

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku pedoman penulisan skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh UIN Jakarta pada tahun 2002.


(62)

BAB IV

BASIL PENEL1TIAN

A. Gambaran Umum SMPN 02 Bekasi Timur 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMPN 02

Secara konstitusional ditetapkan bahwa negara Indonesia berdasarkan pada agama artinya, bahwa negara Indonesia melindungi dan menghargai kehidupan beragama di seluruh warga negara Indonesia. Berdasarkan tinjauan sosial kultural, memang terlihat bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama yang percaya kepada Tuhan YME. Kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia sangat di pengaruhi dan di warnai oleh nilai-nilai agama sehingga kehidupan beragama ticlak dapat dipisahkan di kehidupan bangsa Indonesia.

Pada mulanya SMPN 02 berasal dari cikal SMPN 01 yang kemudian menjadi SMPN 02 yang diresmikan pada tanggal 21 Agustus 1978 oleh Mentri Pendidikan & Kebudayaan yaitu Dr. Daud Yoesoef dengan kepala sekolah, Drs. Neno Taruno. la tugas disekolah ini selama 5 tahun yakni dari tahun 1978 s/d 1983 yang memiliki sarana 7 kelas, yaitu 3 unit kelas untuk kelas VII, 2 kelas untuk kelas VIII dan 2 kelas untul kelas IX.

Sejalan dengan perkembangan pendidikan disekolah ini, sekarang telah berdiri selama 27 tahun dengan pergantian beberapa kepala sekolah dan sekarang kepala sekolah yang bertugas adalah Drs Zaenal Arifin. Yang memimpin lembaga pendidikan dengan sarana 30 kelas, yaitu 10 kelas untuk


(63)

kelas VII, 11 kelas untuk kelas VIII dan 9 kelas untuk IX. Dengan beberapa sarana laboratorium serta sarana dan prasarana yang telah memadai.

2. Letak Geografis SMPN 02

SMPN 02 berada diperbatasan pengairan Kalimalang, tepatnya disamping kampus UNISMA yang berseberangan dengan pertigaan jalan, yakni Jl. Charil Anwar No. 37 Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur Kabupaten Bekasi 17122 propinsi Jawa Barat telp. (021) 8803079.

3. Prasarana SMPN 02

Prasarana berarti alat yang tidak langsung untuk mencapai tujuan pendidikan. Prasarana pendidikan adalah merupakan suatu tindakan atau perbuatan yang sengaja diadakan untuk mempermudah pencapaian tujuan pendidikan.

SMPN 02 dilengkapi dengan prasarana yang mencakup baik antara lain 6 unit gedung, 2 unit kelas untuk kelas VII, 2 unit untuk kelas VIII, 2 unit lagi untuk kelas IX, 2 unit gedung laboratorium, masjid, aula serbaguna, ruang PMR, pramuka, sarana olahraga, kantin sekolah, yang berdiri di atas tanah seluas 21 hektar persegi.

B. DESKRIPSI DATA

Dari keseluruhaan siswa-siswi SMPN, yaang berjumlah 280 siswa, diambil data sampel penelitiannya dengan perhitungan persentase 25% dari jumlah siswa, maka diperoleh hasil 70 orang yang menjadi sampel.


(64)

Selanjutnya dari siswa-siswi yang dijadikan responden, diberikan sebuah angket penelitian yang ddidalamnya berisi 30 item pernyataan (15 soal untuk pernyataan variabel X dan 15 soaal untuk pernyataan variabel Y) yang di diharapkan nantinya daapat mengetahui hubungan antara pelaksaanaan pendidikan agama dengan pembentukan kepribadian siswa (studi kasus pada siswa SMPN 02)

C. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA 1. Analisis Data

Data statistik yang akan dianalisa adalah skor-skor dari penyebaran angket siswa yang ditemukan dilapangan, kemudian data tersebut diolah dalam bentuk tabel-tabel prosentase yang dapat diuraikan sebagai berikut:

Tabel 3

Guru memberikan tugas setelah menyampaikan materi No. soal Pilihan Frekuensi Persentase

2 A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang D. D. Tidak pernah

35 25 10 0

50 35.7 14,2 0


(65)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar (50 %) responden menjawab “selalu”, (35'7 %), sebagian kecil responden menyatakan “sering”, (10 %) dan tidak ada responden menyatakan “kadang-kadang”, tidak ada (0 %) responden yang menyatakan “tidak pernah”. Hal ini dapat diasumsikan, bahwa guru memang benar telah memberikan tugas setelah selesai menyampaikan materi pelajaran.

Tabel 4

Struktur Kurikulum SMP

No Mata Pelajaran Alokasi Waktu

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX

1 Pendidikan Agama 2 2 2

2 Kewarganegaraan 2 2 2

3 Bahasa dan Sastra Indonesia 5 5 5

4 Matematika 5 5 5

5 Sains 5 5 5

6 Pengetahuan Sosial 5 5 5

7 Bahasa Inggris 4 4 4

8 Pendidikan Jasmani 2 2 2

9 Kesenian 2 2 2

10 Ketrampilan 2 2 2

11 Teknologi Informasi dan komunikasi 2 2 2


(66)

Berikut ini penulis sajikan pendapat para siswa-siswi SMPN 02 yang berkaitan dengan kurikulum PAI yang digunakan di SMPN 02 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5

Kurikulum PAI yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan siswa No. soal Pilihan Frekuensi Persentase

7 A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang D. D. Tidak Pernah

30 20 10 10

42,8% 28,5 14,2% 14,2%

Jumlah 70 100%

Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa sebagian besar (42,8 %) responden menyatakan "Selalu" (28,5%), sebagian kecil responden menyatakan "Sering", (14,2%) sebagian kecil responden menyatakan "Kadang-kadang dan Tidak pernah". Hal ini mengasumsikan bahwa kurikulum yang diterapkan di SMPN ini belum sesuai dengan kebutuhan siswa.


(67)

Tabel 6

Metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi, memudahkan siswa dalam menerima pelajaran

No. Soal Pilihan Frekuensi Persentase

1 A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang D. Tidak pernah

20 15 20 15

28,5% 21,4% 28,5% 21,4%

Jumlah 70 100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar (28,5%), responden menyatakan “selalu” (28,5%), sedikit sekali responden menyataka “sering”, (21,4%) responden menyatakan “kadang-kadang dan tidak pernah”. Hal ini dapat diasumsikan bahwa sebagian kecil guru dapat memudahkan siswa dalam menerima materi, dengan metode yang digunakan oleh guru.

Tabel 7

Materi pendidikan agama sangat membebai terhadap aktivitas siswa No. Soal Pilihan Frekuensi Persentase

6 A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang D. Tidak pernah

20 20 15 15

28,5% 28,5% 14,2% 14,2%


(68)

Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa (28,5%) sebagian besar responden menyatakan "selalu dan sering", (14,2%) sebagian kecil responden menyatakan "kadang-kadang dan tidak pernah". Hal ini dapat diasumsikan bahwa: Sebagian besar siswa merasa terbebani dengan materi yang diberikan oleh guru.

Tabel 8

Guru menggunakan media pengajarannya dalam proses pengajarannya No. Soal Pilihan Frekuensi Persentase

4 A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang D. D. Tidak pernah

25 25 15 5

35,7% 35,7% 21,4% 7,1%

Jumlah 70 100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat di ketahui bahwa, sebagian besar (35,7 %) responden yang menyatakan "selalu dan sering", sebagian kecil (21,4%) responden menyatakan "kadang-kadang", dan sedikit sekali responden menyatakan "tidak perhah", (7,1 %). Hal ini dapat diasumsikan bahwa: sebagian besar guru menggunakan media pengajaran dalam proses pengaajaranya.


(69)

Tabel 9

Guru memberikan kesempatan untuk bertanya No. Soal Pilihan Frekuensi Persentase

5 A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang D. D. Tidak pernah

10 5 25 30

14,2% 7,1% 35,7% 42,8%

Jumlah 90 100%

Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa sebagian besar (42,8 %) responden menyatakan “tidak pernah”, sebagian kecil (35,7%) sedikit responden menyatakan “kadang-kadang”, (14,2%) responden menyatakan “selalu”, dan sedikit sekali (7,1%) responden menyatakan “sering”. Hal ini dapat diasumsikan bahwa, jarang sekali guru memberikan kesempatan untuk bertanya kepada siswa.

Tabel 10

Siswa merasakan suasana KBM yang kondusif

No soal Pilihan Frekuensi Persentase

3 A. Selalu B. Sering

C. Kadang-kadang D. D. Tidak pernah

15 15 25 15

21,4% 21,4% 35,7% 21,4%


(70)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar (35,7%) responden menyatakan “kadang-kadang”, dan sebagian kecil (21,4 %) responden menyatakan “selalu, sering dan tidak pernah”. Hal ini dapat diasumsikan bahwa terkadang dirasakan suasana belajar yang kondusif.

Tabel 11

Guru memberikan bimbingan belajar

No. soal Pilihan Frekuensi Persentase

6 A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang D. D. Tidak pernah

25 25 15 5

35,7% 35,7% 21,4% 7,1%

Jumlah 70 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa, sebagian besar (35,7%) responden menyatakan “selalu dan sering”, sebagian kecil (21,4%) responden menyatakan “kadang-kadang” dan sedikit sekali (7,1,%) responden menyatakan “tidak pernah”. Hal ini dapat diasumsikan bahwa, sebagian besar guru memberikan bimbingan belajar terhadap siswa.


(71)

Tabel 12

Jenis kegiatan belajar mengajar

No. Langkah Jenis KBM

1 2

3

Persiapan Pelaksanaan

Evaluasi

1. Menciptakan kondisi belajar siswa

2. Penyajian, tahap guru menyampaikan

bahan pelajaran (metode ceramah)

3. Asosiasi / komparasi, artinya memberi kesempatan pada siswa untuk menghubungkan dan membandingkan materi ceramah yang telah diterimanya melalui tanya jawab (metode tanya jawab) 4. Generalisasi / kesimpulan, memberikan

tugas kepada siswa untuk membuat kesimpulan melalui hasil ceramah (metode tugas)

5. Mengadakan penilaian terhadap

pemahaman siswa mengenai bahan yang telah diterimanya, melalui tes lisan dan tulisan atau tugas lain.


(1)

B. Sering

C. Kadang-kadang D. Tidak pernah

5. Guru memberikan kesempatan untuk bertanya A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang D. Tidak pernah

6. Materi pendidikan agama sangat membebani terhadap aktivitas sehari-hari A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang D. Tidak pernah

7. Kurikulum PAI yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan siswa A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang D. Tidak pernah

8. Guru tidak melaksanakan monitoring dan penilaian terhadap proses ddan hasil belajar

A. Selalu B. Sering

C. Kadang-kadang D. Tidak pernah

9. Guru memberikan bimbingan belajar A. Selalu


(2)

C. Kadang-kadang D. Tidak pernah

10.Guru memberikan bantuan terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar

A. Selalu B. Sering

C. Kadang-kadang D. Tidak pernah

11.Dengan belajar sungguh-sungguh siswa akan mendapat nilai/prestasi yang baik

A. Selalu B. Sering

C. Kadang-kadang D. Tidak pernah

12.Siswa memahami penjelasan yang diberikan oleh guru A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang D. Tidak pernah

13.Guru memiliki strategi pengajaran yang handal, sehingga memudahkan siswa dalam menerima materi pelajaran

A. Selalu B. Sering

C. Kadang-kadang D. Tidak pernah

14.Dalam proses kegiatan belajar mengajar tercipta suasana yang kondusif A. Selalu

B. Sering


(3)

A. Selalu B. Sering

C. Kadang-kadang D. Tidak pernah

16.Siswa mematuhi peraturan yang diterapkan disekolah A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang D. Tidak pernah

17.Bila bertemu dengan guru, siswa mengucapkan salam A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang D. Tidak pernah

18.Siswa memaafkan teman yang melakukan kesalahan A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang D. Tidak pernah

19.Siswa berdo'a hendak memulai pelajaran A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang D. Tidak pernah

20.Siswa berbohong kepada guru A. Selalu


(4)

C. Kadang-kadang D. Tidak pernah

21.Siswa mendapatkan hukuman bila terlambat A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang D. Tidak pernah

22.Siswa keluar tanpa seijin guru A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang D. Tidak pernah

23.Siswa menyontek saat ujian A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang D. Tidak pernah

24.Siswa memberikan selamat terhadap teman yang sukses A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kaddang D. Tidakpernah

25.Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang D. Tidak pernah


(5)

A. Selalu B. Sering

C. Kadang-kadang D. Tidak pernah

27. Siswa yang melanggar akan mendapatkan hukuman A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang D. Tidakpernah

28.Bila berjalan didepan guru pura-pura tidak melihat A.Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang D.Tidakpernah

29.Siswa tidur dalam keiatan belajar mengajar berlangsung A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang D. Tidakpernah

30.Siswa berbicara kasar terhadap guru A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang D. Tidak pernah


(6)