B. Perumusan dan Batasan Masalah 1. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah yaitu: “Apakah Economic Value Added EVA
berpengaruh terhadap Market Value Added MVA pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.”
2. Batasan Masalah
Beberapa batasan konsep yang ditetapkan penulis terhadap penelitian ini, yaitu diantaranya:
a. Metode analisis yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan
perusahaan perbankan di BEI adalah metode Economic Value Added EVA dan Market Value Added MVA.
b. Data yang digunakan berdasarkan laporan keuangan perusahaan perbankan
yaitu pada periode tahun 2007, 2008, dan 2009.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Economic Value Added EVA berpengaruh terhadap Market Value Added MVA pada perusahaan
perbankan di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini diharapkan tidak hanya bagi penulis, namun juga bagi perusahaan dan peneliti lainnya.
a. Bagi penulis, sebagai bahan pembelajaran mengenai Economic Value Added
EVA dan Market Value Added MVA serta bagaimana penggunaannya. b.
Bagi para investor dan manajemen perusahaan, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi dan bahan pertimbangan manajemen
dalam menilai kinerja perusahaan. c.
Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya yang sifatnya sejenis serta memberikan wawasan yang
relatif luas mengenai Economic Value Added EVA dan Market Value Added MVA.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan bagi suatu perusahaan merupakan hasil akhir dari pekerjaan bagian pembukuan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut untuk
menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisis tersebut pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil keputusan.
Dengan demikian untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan diperlukan adanya laporan keuangan dari perusahaan bersangkutan.
Pengertian laporan keuangan menurut IAI 2007:2, Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang
lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dengan berbagai cara misalnya sebagai arus
kas, atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga
termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta
pengungkapan pengaruh perubahan harga.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Munawir 2002:2 menyatakan bahwa “laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi
antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.” Laporan keuangan
merupakan hasil akhir dari proses akuntansi atau suatu proses pengumpulan dan pengolahan data keuangan yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan. Dalam proses
ini diidentifikasikan berbagai transaksi atau peristiwa yang merupakan aktivitas ekonomi perusahaan yang dilakukan melalui pengukuran, pencatatan, penggolongan
dan pengikhtisaran sedemikian rupa sehingga hanya informasi yang relevan dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya mampu memberikan gambaran secara
layak tentang keadaan keuangan perusahaan.
2. Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja keuangan perusahaan adalah sampai sejauh mana prestasi peningkatan posisi kesehatan atau performance dari nilai perusahaan yang diukur
melalui laporan keuangan baik melalui neraca, maupun laporan laba rugi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak tertentu.
Manajemen keuangan yang merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan turut menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya secara efektif
dan efisien. Efektif berkaitan dengan kemampuan perusahaan mencapai tujuan yang
Universitas Sumatera Utara
telah ditetapkan sedangkan efisien berkaitan dengan penggunaan sumber daya yang ada, yaitu kemampuan perusahaan dalam meminimalisasi input yang dipakai guna
menghasilkan output yang diharapkan. Efisiensi dan efektivitas manajemen keuangan perusahaan dapat dinilai dari kinerja keuangannya. Kinerja keuangan
perusahaan dicerminkan dari laporan keuangan yang disusun setiap periode. Karena ada banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, maka laporan
keuangan perusahaan ini perlu dinilai dengan analisis laporan keuangan. Dengan mengadakan analisis laporan keuangan, berarti juga mengevaluasi kinerja keuangan,
sehingga dapat diambil keputusan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pengukuran kinerja merupakan kunci penting dalam infrastruktur organisasi.
Istilah tersebut mencakup suatu set kebijakan organisasional, sistem dan praktek yang mengkoordinasi tindakan serta transfer informasi untuk mendukung seluruh
siklus manajemen. Manajemen menggunakan sistem pengukuran sebagai mekanisme untuk mengimplementasikan strategi.
Pengukuran kinerja keuangan perusahaan bergantung pada sudut pandang yang diambil dan tujuan analisis. Tujuan umum penilaian kinerja perusahaan adalah
untuk mengevaluasi perubahan-perubahan atas sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Secara umum, tujuan suatu perusahaan dalam mengadakan pengukuran kinerja adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Menentukan kontribusi masing-masing divisi atau perusahaan secara
keseluruhan atau atas kontribusi masing-masing subdivisi dari suatu divisi evaluasi ekonomi atau evaluasi segmen.
b. Memberikan daftar untuk mengevaluasi kualitas kerja masing-masing
manajer divisi evaluasi manajerial. c.
Memotivasi para manajer divisi supaya konsisten mengoperasikan divisinya sehingga sesuai dengan tujuan pokok perusahaan evaluasi
operasi.
3. Economic Value Added EVA
Menurut Brigham Houston 2006:68, “Economic Value Added EVA merupakan nilai yang ditambahkan oleh manajemen kepada pemegang saham selama
suatu tahun tertentu.” Menurut Stewart III 1991:118, pencetus EVA pertama kali, mendefinisikan
EVA sebagai berikut: EVA is a residual income measure that substract the cost of capital from the
operating profits generated in the business. It’s measure to account properly for all of the ways in which corporate value may be added or lost. EVA will
increase if operating profit can be made to grow without trying up any more capital, if new capital is diverted or liquidated from business activities that
do not cover their cost of capital.
Menurut Rudianto 2006:340, “EVA adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan
Universitas Sumatera Utara
bahwa kesejahteraan hanya dapat tercapai jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi operating cost dan biaya modal cost of capital.” Hansen 2005:829
menyatakan bahwa “nilai tambah ekonomi EVA merupakan laba operasi setelah pajak dikurang total biaya modal.”
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa EVA adalah suatu estimasi dari laba ekonomis yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun yang
bersangkutan, dan sangat jauh berbeda dari laba akuntansi. EVA mencerminkan laba residu yang tersisa setelah biaya dari seluruh modal, termasuk modal ekuitas, telah
dikurangkan, sedangkan laba akuntansi ditentukan tanpa mengenakan beban untuk modal ekuitas.
EVA ditentukan oleh dua hal yaitu laba bersih setelah pajak dan tingkat biaya modal. Laba operasi setelah pajak menggambarkan hasil penciptaan value dalam
perusahaan, sedangkan biaya modal dapat diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam penciptaan value tersebut.
EVA sangat bermanfaat bagi penilaian kinerja perusahaan di mana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai value creation. Penilaian kinerja
dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA, para manajer akan berpikir dan
juga bertindak seperti halnya pemegang saham, yaitu memilih investasi yang
Universitas Sumatera Utara
memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.
EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modalnya. Kegiatan atau
proyek yang memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan bahwa proyek tersebut menciptakan nilai perusahaan dan dengan demikian sebaiknya
diambil. Sebaliknya, kegiatan atau proyek tersebut tidak menguntungkan dan tidak perlu diambil. Penggunaan EVA dalam mengevaluasi proyek akan mendorong para
manajer untuk selalu melakukan evaluasi atas tingkat risiko proyek yang bersangkutan. Dengan EVA, para manajer harus selalu membandingkan tingkat
pengembalian proyek dengan tingkat biaya modal yang mencerminkan tingkat risiko proyek tersebut.
Hasil penelitian kinerja suatu perusahaan dengan menggunakan ukuran EVA menurut Rudianto 2006:348 dapat dikelompokkan ke dalam 3 kategori yang
berbeda, yaitu EVA positif, nol, dan negatif. a.
EVA 0 atau EVA bernilai positif. Pada posisi ini berarti manajemen perusahaan telah berhasil menciptakan
nilai tambah ekonomis bagi perusahaan. b.
EVA = 0 Pada posisi ini berarti manajemen perusahaan berada pada titik impas.
Perusahaan tidak mengalami kemunduran tetapi juga tidak mengalami kemajuan secara ekonomi.
c. EVA 0 atau EVA bernilai negatif.
Pada posisi ini berarti tidak terjadi proses pertambahan nilai ekonomis bagi perusahaan. Dalam arti laba yang dihasilkan tidak memenuhi
harapan para kreditor dan pemegang saham investor.
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya pendekatan EVA Economic Value Added adalah berfungsi sebagai berikut.
a. Indikator tentang adanya penciptaan nilai dari sebuah investasi.
b. Indikator kinerja sebuah perusahaan dalam setiap kegiatan operasional
ekonomisnya. c.
Pendekatan baru dalam pengukuran kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil para penyandang dana atau pemegang saham.
Menurut Mirza Imbuh 1999:93 keunggulan yang dimiliki EVA sebagai alat pengukur kinerja adalah sebagai berikut:
1. EVA memfokuskan penilaiannya terhadap nilai tambah dengan
memperhitungkan biaya modal sebagai risiko investasi, 2.
EVA dapat diterapkan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding dari perusahaan lain maupun standar industri sebagaimana
konsep analisis rasio keuangan,
3. konsep EVA sebagai pengukur kinerja perusahaan memperhatikan
harapan penyedia dana secara adil dimana derajat keadilannya dinyatakan dengan ukuran tertimbang struktur modal yang ada dan
berpedoman pada nilai pasar bukan pada nilai buku,
4. penerapan EVA yang praktis merupakan salah satu bahan pertimbangan
bagi pebisnis untuk mengambil keputusan dan kebijaksanaan permodalan,
5. EVA dapat digunakan sebagai tolak ukur pemberian bonus pada
karyawan. Hal ini disebabkan karena EVA dapat digunakan untuk alat pengukur kinerja sehingga EVA dapat digunakan sebagai alat penetapan
besarnya bonus yang dibagikan kepada karyawan,
6. konsep EVA mempengaruhi keputusan organisasi untuk keluar dari
mulut unit usaha yang mempunyai negative value added.
Universitas Sumatera Utara
Disamping keunggulan, EVA juga memiliki kelemahan. Hal-hal yang menjadi kelemahan menurut Mirza Imbuh 1999:99 diantaranya adalah sebagai berikut:
1. EVA hanya mengukur hasil akhir, sementara aktivitas penentu seperti
loyalitas dan referensi konsumen tidak diperhatikan, fokus EVA terhadap kinerja keuangan masih kuat sehingga kinerja nonkeuangan seperti
loyalitas dan referensi konsumen belum terlalu diperhatikan,
2. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat
mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan antuk menjual atau membeli saham tertentu,
3. konsep ini sangat tergantung pada transportasi internal dalam
perhitungan EVA secara akurat. Adanya data yanga makin lengkap dengan klasifikasi yang jelas membuat EVA dapat dihitung dengan
akurat.
Dipihak lain, Mamduh 2003:52 turut menyatakan bahwasanya EVA memiliki kelemahan baik secara konseptual maupun penerapannya.
a. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada satu tahun tertentu.
Dengan demikian bisa saja suatu perusahaan mempunyai EVA pada tahun yang berlaku positif tetapi nilai perusahaan tersebut rendah, karena
di masa datang EVA yang dimiliki negatif.
b. Secara konseptual EVA memang lebih unggul dibandingkan konsep
tradisional namun secara praktis EVA belum tentu dapat diterapkan dengan mudah. Proses perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya
modal dan estimasi ini sulit untuk dilakukan bagi perusahaan yang go public.
Menurut Brigham Houston 2006:69, langkah – langkah untuk menghitung EVA, yaitu :
a. Menghitung NOPAT Net Operating Profit After Tax
NOPAT Net Operating Profit After Tax atau laba bersih setelah pajak ini dapat dihitung dengan rumus:
Universitas Sumatera Utara
NOPAT = EBIT 1- T Keterangan :
EBIT : Earning Before Interest and Tax atau laba sebelum bunga dan pajak T
: Tax atau pajak Dimana tingkat pajak dapat diketahui dengan cara :
Beban pajak Tingkat Pajak T = ———————————– x 100
Laba Bersih sebelum pajak
Dalam perhitungan EVA terlebih dahulu kita harus mengetahui nilai NOPAT perusahaan yang diteliti. Jika pada laba akuntansi laba dikurang dengan biaya
operasional saja, maka EVA mengurangkan laba setelah pajak dengan biaya utang dan biaya modal. Sehingga semua biaya yang dikeluarkan untuk operasi benar-benar
telah dihitung.
b. Menghitung Invested Capital
Rumus : Invested Capital = Total Kewajiban Ekuitas – Kewajiban Jk. Pendek
Universitas Sumatera Utara
Invested capital adalah penjabaran dari modal, sebagai modal yang diinvestasikan yakni seluruh keuangan perusahaan yang sudah terlepas dari
kewajiban jangka pendek yang tidak menanggung bunga. Total kewajiban dan ekuitas menunjukkan beberapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan utang. Pinjaman jangka pendek tanpa bunga merupakan pinjaman yang digunakan perusahaan yang pelunasan maupun pembayarannya akan dilakukan
dalam jangka pendek satu tahun sejak tanggal neraca dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, dan atas pinjaman itu tidak dikenai bunga, seperti
hutang usahakewajiban segera, hutang pajak, biaya yang masih harus dibayar, dan lain-lain.
c. Menghitung WACC Weighted Average Cost Of Capital
Rumus : WACC = {D x rd 1 – Tax + E x re}
Dimana : Total Kewajiban
Tingkat Modal D = x 100 Total Kewajiban dan Ekuitas
Beban bunga Cost of Debt rd = ———————– x 100
Total Kewajiban Total Ekuitas
Tingkat Modal dan Ekuitas E = x 100 Total Kewajiban dan Ekuitas
Universitas Sumatera Utara
Laba bersih setelah pajak Cost of Equity re = ——————————— x 100
Total Ekuitas
WACC adalah tingkat return minimum berdasarkan porsi masing-masing instrument pembiayaan dalam struktur modal yang harus dihasilkan perusahaan
untuk memenuhi ekspektasi dari kreditur dan pemegang saham selaku penyedia modal.
d. Menghitung Capital Charges
Rumus : Capital Charges = WACC x Invested Capital
Capital charges adalah biaya modal yang memperhitungkan biaya kewajiban yang harus dibayarkan kepada para kreditor, serta biaya ekuitas yang seharusnya
dibayarkan kepada para pemegang saham.
e. Menghitung Economic Value Added EVA
Rumus : EVA = NOPAT – Capital charges
Universitas Sumatera Utara
4. Market Value Added MVA
Sasaran utama dari kebanyakan perusahaan adalah untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Sasaran ini sudah pasti akan menguntungkan pemegang
saham, dan juga membantu untuk memastikan bahwa sumber daya yang terbatas telah dialokasikan secara efisien, yang akan memberikan keuntungan pada ekonomi.
Kekayaan pemegang saham akan dimaksimalkan dengan meminimalkan perbedaan antara nilai pasar dari saham perusahaan dan jumlah modal ekuitas yang telah
diberikan oleh pemegang saham. Menurut Brigham Houston 2006:68, “perbedaan antara nilai pasar saham
perusahaan dengan jumlah ekuitas modal investor yang telah diberikan disebut sebagai Market Value Added MVA.” MVA digunakan untuk mengukur seluruh
pengaruh kinerja manajerial sejak perusahaan berdiri hingga sekarang.
Rumus : MVA = Saham yang beredar x Harga saham – Total ekuitas saham biasa
Semakin besar MVA, menunjukkan indikasi MVA semakin baik. Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bila MVA positif maka perusahaan telah berhasil
meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan, sedangkan bila nilai MVA negatif maka perusahaan tidak berhasil mengubah investasi menjadi lebih besar,
bahkan menurunkan nilai modal yang ditanamkan kepada investor.
Universitas Sumatera Utara
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti Judul
Hasil Penelitian Periode
Penelitian
1. Dwitayanti
2005 Pengaruh EVA
Terhadap MVA pada Perusahaan Industri
Manufaktur yang Terdaftar di BEJ
EVA memiliki pengaruh terhadap MVA. Pengaruh
yang terjadi ialah pengaruh positif dimana
jika EVA semakin tinggi maka MVA juga akan
semakin tinggi dan sebaliknya jika EVA
menurun maka MVA juga akan menurun
2002-2004
2. Mulya
Yoga Prakasa
2007 Analisis Hubungan
Economic Value Added EVA dan
Market Value Added MVA pada
Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta BEJ
EVA tidak berkorelasi signifikan dengan MVA,
hal ini disebabkan karena tidak adanya efisiensi
pasar modal di Indonesia 2003-2005
3. Sri Hartini
2009 Analisis
Economic Value Added EVA
dan Market Value Added MVA dalam
Menilai Kinerja Keuangan
Perusahaan pada PT Bank Mandiri Tbk.
ada hubungan antara nilai EVA dan MVA, namun
sifatnya tidak selalu searah, hal ini karena nilai
EVA positif pada tahun 2006 dan 2008, sedangkan
pada tahun 2007 nilai EVA menunjukkan hasil
negatif, dan nilai MVA pada tahun 2006-2008
mencapai nilai positif 2006-2008
Sumber : Penulis 2010
Universitas Sumatera Utara
C. Kerangka Konseptual