18
volume perdagangan saham perusahaan tersebut. Pengumuman right issue akan direspon oleh pasar sebagai suatu sinyal adanya informasi baru yang dikeluarkan
oleh pihak manajer yang akan mempengaruhi nilai saham suatu perusahaan dan aktivitas perdagangan sahamnya Brigham dan Gapenski, 2006:438
2.1.3 Teori Struktur Modal
Teori struktur modal menjelaskan hubungan antara tersedianya sumber- sumber dana dan biaya modal yang berlainan, dalam hal ini apakah ada pengaruh
perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan dan biaya modal. Dalam teori ini, diasumsikan bahwa walaupun suatu perusahaan memiliki
struktur modal yang optimal, masih terjadi ketidakjelasan apakah hal itu dapat menjelaskan pengaruh negatif terhadap harga saham yang dihubungkan dengan
penerbitan saham baru. Alasannya adalah penambahan saham baru seharusnya selalu mewakili ke arah perkembangan struktur modal yang optimal atau lebih
baik dan bukan sebaliknya. Sebagai hasilnya, pengaruh penambahan saham baru seharusnya memberikan dampak positif terhadap harga saham Budiarto dan
Baridwan, 1999 di dalam Panjaitan, 2013. Tujuan utama penentuan struktur modal adalah memaksimalkan
pendapatan setelah pajak yang tersedia bagi pemilik modal. Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko
dan pengembalian sehingga memaksimalkan harga saham Brigham et all, 2005:602. Risiko yang sama besarnya dengan tingkat pengembalian oleh
perusahaan menunjukan keadaan struktur modal yang optimal.
19
2.1.4 Right Issue
2.1.4.1 Pengertian Right Issue
Right issue atau dikenal dengan istilah hak memesan efek terlebih dahulu HMETD merupakan salah satu upaya emiten untuk mendapatkan tambahan
modal dengan mengeluarkan saham baru yang ditawarkan kepada pemegang saham lama. Right issue memberi hak kepada pemegang saham lama untuk
membeli saham baru. Perusahaan mengeluarkan right issue di samping untuk menghemat biaya emisi, juga dimaksudkan untuk menambah jumlah lembar
saham yang diperdagangkan dengan harapan akan meningkatkan likuiditas saham Harianto, 1998 di dalam Mulatsih, 2009:648
Right issue pada hakikatnya merupakan hak memesan saham terlebih dahulu yang diberikan kepada investor saat ini untuk membeli saham baru yang
dikeluarkan emiten dalam rangka menghimpun dana segar. Dana tersebut antara lain dapat digunakan untuk pendanaan ekspansi usaha atau untuk memperkuat
struktur permodalan suatu perusahaan. Investor tidak harus menggunakan hak tersebut, investor dapat menjual haknya kepada pihak lain. Dengan demikian
terjadilah perdagangan right Halim, 2005:100. Menurut Anoraga 2006:72, right sertifikat bukti right merupakan salah
satu jenis opsi yang merupakan derivatif turunan dari efek yang sebenarnya dan mempunyai masa hidup yang singkat. Sertifikat bukti right dapat didefinisikan
sebagai efek yang memberikan hak kepada pemegang saham lama untuk membeli saham baru yang dikeluarkan emiten pada proporsi dan harga yang telah
ditentukan. Hak dalam right sering disebut preemptive right, yaitu suatu hak
20
untuk menjaga proporsi kepemilikan saham bagi pemegang saham lama di suatu perusahaan sehubungan dengan pengeluaran saham baru.
Hak preemptive preemptive right merupakan hak untuk mendapatkan persentase kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan
lembar saham. Jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham maka jumlah saham yang beredar akan lebih banyak dan akibatnya persentase
kepemilikan pemegang saham yang lama akan turun bila tidak mengambil hak tersebut. Hak preemptive memberikan prioritas kepada pemegang saham yang
lama untuk membeli tambahan saham yang baru, sehingga kepemilikannya tidak berubah atau bahkan bisa lebih besar dari sebelumnya Jogiyanto, 2010:74.
Tujuan dari right issue, diantaranya menurut Darmadji dan Fakhruddin 2006:134 menyatakan bahwa right issue diterbitkan dengan tujuan untuk
memperoleh dana tambahan dari pemodal untuk kepentingan ekspansi dan restrukturisasi. Menurut Yakobus dan Ediningsih 2009 di dalam Pratama dan
Sudhiarta, 2014:247 manfaat right issue antara lain membantu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dana melalui emisi saham baru yang berarti menambah
modal sendiri tetapi tidak menimbulkan kekhawatiran atas masuknya pemilik baru. Selain itu Menurut Husnan 2005:431, tujuan emiten melakukan right issue
juga untuk memperoleh financing murah, yang dapat digunakan untuk ekspansi usaha, modal kerja, dan untuk membayar pinjaman. Sedangkan bagi para investor
khususnya pemegang saham lama, right issue akan memberikan keuntungan yaitu untuk mempertahankan proporsional kepemilikan sahamnya dalam perusahaan
emiten.
21
Beberapa hal penting yang berkaitan dengan Right issue menurut Alwi, 2003:124 antara lain :
a. Cum date adalah tanggal berakhir seorang investor dapat meregistrasikan sahamnya untuk mendapatkan hak corporate action. Bila seseorang membeli
saham pada periode cum-rights, maka ia akan memperoleh saham yang masih memiliki hak atas bukti rights yang akan segera didistribusikan.
b. Ex date adalah tanggal saat investor sudah tidak mempunyai hak lagi atas suatu corporate action. Apabila melakukan pembelian saham pada periode ex
right maka akan memperoleh saham yang tidak lagi berhak atas rights. c. DPS date adalah tanggal daftar pemegang saham yang berhak atas suatu
corporate action diumumkan. d. Tanggal pelaksanaan dan akhir rights adalah tanggal periode rights
bersangkutan dicatatkan di bursa dan kapan berakhir. e. Allotment date adalah tanggal menentukan jatah investor yang mendapatkan
rights dan berapa besar tambahan saham baru akibat rights issue. f. Listing date adalah tanggal penambahan saham akibat rights bersangkutan
didaftarkan di bursa efek g. Harga pelaksanaan adalah harga pelaksanaan yang harus dibayar investor
untuk mengkonversikan haknya ke dalam bentuk saham. Umumnya harga pelaksanaan rights dibawah harga saham yang berlaku. Hal ini dimungkinkan
sebagai suatu daya tarik agar investor mau membelinya. Rights itu sendiri mempunyai harga di pasar, harga terbentuk dari penawaran dan permintaan
yang terjadi.
22
2.1.4.2 Analisis Right Issue
Pengeluaran saham baru melalui right issue akan meningkatkan modal disetor, meningkatkan ekuitas, dan menambah jumlah saham beredar tetapi harga
pelaksanaan atau strike price atau exercise price selalu lebih rendah daripada harga pasar saat penerbitan right issue. Namun right issue tidak selalu
menurunkan indeks harga saham tersebut, kadang-kadang indeks juga dapat naik tergantung reaksi pasar apakah bersifat positif atau negatif Samsul, 2006:187.
Menurut Samsul 2006:189, harga teoritis bukti right dapat diperoleh dari selisih antara harga pasar teoritis setelah right issue dengan strike price. Harga
saham di pasar boleh jadi sama dengan harga teoritisnya. Sedangkan strike price atau exercise price adalah harga pelaksanaan dari saham tersebut.
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan nilai teoritis right pada kondisi yang berbeda, yakni kondisi satu untuk saham tanpa right dan
kondisi dua dengan right. Harus dibedakan harga right-on price dengan ex-right price. Right-on price adalah harga saham ketika pembeli saham baru si
pemegang saham lama mempunyai right sebelum right jatuh tempo atau right belum kadaluarsa, ex-right price adalah harga saham manakala pembeli saham
tidak mempunyai right karena right sudah kadaluarsa Siahaan, 2008:125. Pada penelitian ini, nilai right issue diproksikan terhadap harga teoritis
hasil right issue. Harga teoritis merupakan harga yang terbentuk dari penyesuaian harga saham lama dengan saham baru setelah terjadinya right issue berdasarkan
rasio yang ditentukan. Apabila harga saham dipasar sama dengan harga teoritisnya maka pemegang saham lama tidak menderita kerugian. Apabila harga
23
saham dipasar diatas harga teoritis maka pemegang saham lama akan memperoleh keuntungan dan apabila harga saham dipasar dibawah harga teoritisnya maka
pemegang saham lama akan menderita kerugian Samsul, 2006:188-189.
2.1.4.3 Alasan dilakukannya Right Issue
Menurut Husnan 2005:431 alasan perusahaan menerbitkan right issue adalah untuk menghemat biaya emisi, dan juga untuk menambah jumlah lembar
saham yang diperdagangkan. Dengan penambahan lembar saham di bursa, diharapkan akan meningkatkan frekuensi perdagangan saham yang akan
meningkatkan likuiditas saham. Selain itu tujuan emiten melakukan right issue juga untuk memperoleh financing murah yang dapat digunakan untuk ekspansi
usaha, modal kerja dan untuk membayar pinjaman. Sedangkan bagi para investor khususnya pemegang saham lama, right issue akan memberikan keuntungan yaitu
untuk mempertahankan proporsional kepemilikan sahamnya dalam perusahaan emiten.
Menurut Martono 2008:371 ada dua tujuan diadakannya right, yaitu: 1. Agar pemilik saham lama dapat mempertahankan pengendaliannya atas
perusahaan. 2. Untuk mencegah penurunan nilai kekayaan pemilik saham lama.
2.1.4.4 Dampak dilakukannya Right Issue
Adanya right issue menyebabkan jumlah saham yang beredar menjadi bertambah. Pertambahan jumlah saham ini akan mempengaruhi komposisi
kepemilikan pemegang saham lama apabila pemegang saham lama tersebut tidak
24
melakukan haknya untuk membeli saham baru dengan right yang dimilikinya. Investor tersebut akan mengalami dilusi atau penurunan persentase kepemilikan
saham Darmadji dan Fakhruddin, 2006:135. Bertambahnya jumlah saham yang beredar berakibat kepada menurunnya
jumlah dividen per lembar saham yang akan diperoleh oleh pemegang saham lama apabila laba yang diperoleh oleh perusahaan tetap. Penurunan dividen per
lembar saham dapat menimbulkan dampak negatif kepada minat investor sehingga mengakibatkan harga saham menjadi turun. Situmorang 2008:154
menyatakan bahwa harga saham perusahaan setelah right secara teoritis akan mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena harga exercise harga pelaksana
emisi right selalu lebih rendah dari harga pasar. Jadi kapitalisasi pasar saham tersebut akan naik dalam persentase yang lebih kecil daripada naiknya persentase
jumlah saham yang beredar.
2.1.5 Saham
Saham stock atau share adalah surat berharga yang paling populer di antara surat berharga lainnya yang ada di pasar modal dan dikenal luas di dalam
masyarakat. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan terbatas Darmadji dan Fakhruddin, 2006:6. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan dana yang ditanamkan
investor di perusahaan tersebut. Pada umumnya, saham yang dikenal sehari-hari
25
merupakan saham biasa common stock. Common stock merupakan salah satu efek yang paling banyak diperdagangkan di pasar modal Anoraga, 2006:58
Ekspektasi atau motivasi setiap investor dalam menanamkan modalnya adalah untuk mendapatkan keuntungan dari transaksi investasi yang mereka
lakukan. Imbalan tunai kepada pemilik saham biasanya diberikan dalam 2 dua yaitu: dividen tunai dan keuntungan atau kerugian modal capital gain Brealey
et al, 2008:166. Dividen merupakan keuntungan perusahaan yang biasanya dibagikan
kepada pemegang saham satu tahun sekali. Bentuk dari dividen itu sendiri dapat berupa uang tunai ataupun bentuk penambahan saham yang berpengaruh terhadap
proporsi kepemilikan Darmadji dan Fakhruddin, 2006:12. Sedangkan capital gain, didapat berdasarkan selisih harga jual saham dengan harga beli. Dimana
keuntungannya didapat bila harga jual saham lebih tinggi dari harga beli saham tersebut Anoraga, 2006:60. Saham memungkinkan investor untuk mendapatkan
imbal hasil atau capital gain yang besar dalam waktu singkat. Namun, seiring fluktuasinya harga saham, maka saham juga dapat membuat investor mengalami
kerugian besar dalam waktu singkat. Menurut Darmadji dan Fakhruddin 2006:13-14, ada beberapa risiko yang
dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya, yaitu: 1. Tidak Mendapat Dividen
Perusahaan akan membagikan dividen jika operasinya menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika
mengalami kerugian.
26
2. Capital Loss Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan
capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan
demikian seorang investor mengalami capital loss. Disamping risiko di atas, seorang pemegang saham juga masih dihadapkan
dengan potensi risiko lainnya, yaitu : 1. Perusahaan Bangkrut atau Dilikuidasi
Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditor atau pemegang obligasi. Ini
berarti setelah semua aset perusahaan tersebut dijual, hasil penjualan terlebih dahulu dibagikan kepada para kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih
terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham. 2. Saham Dikeluarkan dari Bursa Delisting
Risiko lain yang dihadapi oleh para investor adalah jika saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan Bursa Efek atau di-delist. Saham perusahaan di-
delist dari bursa umumnya dikarenakan kinerja yang buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian
beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai peraturan pencatatan efek
di bursa.
27
3. Saham Diberhentikan Sementara Suspensi Disamping dua risiko di atas, risiko lain yang juga “mengganggu” para
investor untuk melakukan aktivitasnya adalah jika suatu saham di-suspend atau dihentikan perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek, yang menyebabkan
investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspensi tersebut dicabut. Hal tersebut dilakukan otoritas bursa jika: suatu saham mengalami lonjakan harga
yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau berbagai kondisi lain yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan perdagangan
saham tersebut untuk sementara sampai perusahaan yang bersangkutan memberikan informasi yang belum jelas tersebut sehingga tidak menjadi ajang
spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka suspensi atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham diperdagangkan kembali
seperti semula.
2.1.6 Return