21
Data metafora cinta yang telah dikumpulkan dikelompokkan berdasarkan kategori, temporal, dan objeknya. Prosedur yang digunakan dalam pengumpulan data
dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Dalam kuesioner, daftar kalimat bahasa Indonesia yang mengandung metafora
cinta disusun sedemikian rupa dan daftar itu berguna sebagai acuan atau pedoman bagi responden untuk mengisinya.
2. Pengamatan terhadap pemakaian bahasa Simalungun sehari-hari. Pasar, warung, dan sekolah dijadikan sebagai objek pengamatan. Pada lagu-lagu Simalungun
yang mengandung metafora cinta juga dijadikan objek pengamatan 3. Pengelompokan data MCBS diselidiki lebih jauh dengan mewawancarai
narasumber, yaitu data yang bersumber dari pengalaman emosi penutur bahasa Simalungun sehari-hari. Data kuesioner yang mengandung kekeliruan direvisi
dan disempurnakan 4. Semua ekspresi metaforis yang bermakna ‘cinta’ pada sumber data dicatat. Selain
ditandai oleh penggunaan kata holong ‘cintakasih sayang’, makna ‘cinta’ juga ditafsirkan dari pemakaian kata-kata lain secara metaforis.
3.3.2 Metode dan Teknik Pengkajian Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Alasan menggunakan pendekatan kualitatif berguna untuk mengungkapkan dan memahami sesuatu di balik
fenomena MCBS yang sulit diungkapkan oleh pendekatan kuantitatif. Bungin 2007:5 mengatakan dalam pendekatan kualitatif, makna bahasa dipahami bukan sesuatu yang
lahir di luar dari pengalaman peneliti, melainkan menjadi bagian terbesar dari kehidupan
Universitas Sumatera Utara
22
peneliti. Jenis pendekatan ini sering mencakup pengamatan jangka panjang, pembacaan data yang sangat terperinci dan teliti, dan jumlah subjek penelitian yang terbatas. Selain
itu, keluasan dan kedalaman data menjadi prioritas utama dalam penelitian kualitatif. Ciri-ciri penelitian kualitatif, menurut Moleong 1995:16 ialah bahwa hasil
pengolahan data disajikan dengan menggunakan kata-kata, bukan angka dan tidak diperlukan penghitungan sesederhana apa pun. Penelitian kualitatif adalah proses
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data tertulislisan dari objek yang diamatiditeliti.
Data dianalisis dengan menggunakan metode padan. Alat penentunya adalah di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan Sudaryanto,
1993: 13. Teknik analisis yang digunakan ialah teknik hubung banding sama dan teknik ganti untuk menguji perilaku fungsi direktif di dalam kalimat, teknik sisip, dan beberapa
teknik agih lainnya yang disesuaikan dengan data yang dikaji. Tujuannya untuk membandingkan suatu peristiwa konkret pada ranah sumber dan peristiwa emosi pada
ranah sasaran sesuai dengan kesamaan sifat referensialnya. Misalnya, pada kalimat 5a verba magila ‘gila’ dimasukkan pada ranah sumber
dan emosi cinta dimasukkan pada ranah sasaran. Untuk menetapkan kategori metafora pada 5a diidentifikasi ranah pengalaman dasar pada ranah sumber.
5 a. Magila ahu ibahen dalahi i. gila 1Tg PAS.buat pria DEM
‘Pria itu membuat aku gila.’
Universitas Sumatera Utara
23
b. Domma manggila hasomanai. sudah AKT.gila teman.3 Tg.itu
‘Temannya itu sudah gila.’
Untuk itu, verba magila ‘gila’ ditempatkan pada sebuah kalimat lain dalam konteks nonmetaforis, seperti pada kalimat 5b. Tampak pada kalimat tersebut verba
magila mempunyai relasi semantik dengan ‘penyakit yang membuat gila’, kalimat 5b dikonseptualisasikan sebagai PENYAKIT GILA. Konsep “cinta” dipahami dari konsep
“penyakit gila”, Dengan demikian, kategori metafora pada 5a adalah CINTA sebagai KEGILAAN.
Secara skematis, kategori semantik MCBS pada kalimat 5a dideskripsikan sebagai berikut.
Ranah sumber : gila KEGILAAN Ranah sasaran : cinta CINTA
6 Domma daoh nasida marhasoman.
sudah jauh 3Jm hubungan ‘Hubungan mereka sudah jauh.’
7 Holonghu tarpatudu hu dalahi i.
cinta.1Tg tertuju pada pria DEM ‘Cintaku tertuju pada pria itu.’
Penutur bahasa Simalungun umumnya mempersepsi konsep “cinta” melalui konsep “perjalanan”. Konsep “perjalanan” itu dinyatakan dengan jelas pada kata daoh
‘jauh’ pada 6 dan kata tarpatudu ‘tertuju’ pada 7. Keduanya memiliki medan makna
Universitas Sumatera Utara
24
yang sama. Pemetaan dasar untuk membatasi metafora konseptual di atas diilustrasikan pada tabel berikut.
Tabel 3.2 Model PEMETAAN Konseptual CINTA sebagai PERJALANAN
RANAH SUMBER RANAH SASARAN
Pejalan Pecinta
Tempat perjalanan Hubungan cinta
Tujuan perjalanan Tujuan hubungan
Jarak yang ditempuh Kemajuan dalam hubungan
Rintangan dalam perjalanan Kendala dalam hubungan
Pada tabel 3.2 di atas, elemen semantik tertentu dari ranah PERJALANAN berhubungan secara simetris dengan elemen Semantis tertentu dari ranah CINTA. Dalam
pemetaan konseptual ini, tidak semua elemen Semantis yang menggambarkan korelasi di antara kedua konsep itu harus dibandingkan. Penetapan atau pemilihan elemen-elemen
Semantisnya dibatasi pada aspek-aspek tertentu yang dianggap berperan pada metafora, baik pada ranah sumber maupun pada ranah sasaran.
3.3.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data