a. Penaksiran dan pengendalian risiko
Produsen harus sadar bahwa akan ada risiko yang disebabkan oleh barang- barangnya. Jadi ia harus sanggup untuk mengindentifikasi produk yang
rusak atau yang tidak aman dan juga bisa menarik kembali barang-barang tersebut dipasar jika diperlukan.
b. Berkurangnya daya saing
Barang yang makin sulit didapat di pasar, kualitas barang makin rendah, desain produk sudah tidak sesuai selera, akibatnya daya saing produk
dipasar melemah. Manajemen harus melakukan langkah-langka untuk menghindari melemahnya daya saing yaitu:
c. Mengendalikan kualitas
Suatu metode yang dapat mengendalikan kualitas barang, seperti ISO 9000 yang muncul atas dasar ide-ide pemeriksaan, pengendalian dokumen
penting serta prosedur-prosedur tertulis. Biasanya perusahaan akan meningkatkan lagi pengendalian kualitas produk dengan menerapkan Total
Quality Management
atau Statistical Process Control.
2.1.6 Risiko dalam Transportasi
Dalam transportasi masalah risiko sering terjadi baik yang menyangkut jiwa manusia maupun barang-barang muatan serta alat angkutnya. Menurut Salim A.
Abbas 2006:258 kerugian dalam pengangkutan terdiri dari 3 jenis, yaitu: 1.
Kerugian terhadap penumpang Kerugian ini menyangkut jiwa penumpang dan awak pesawatawak kapal
crew dan awak bis. Risiko atau kerugian yang terjadi bisa menyebabkan kematian, luka, cacat seumur hidup. Contohnya, pesawat jatuh, kapal
tenggelam, mobilbis tabrakan. Untuk memperkecil risiko diatasi dengan asuransi jiwa.
2. Kerugian terhadap alat angkut, muatan dan Freight
Selama dalam perjalanan angkutan daratangkutan udara dan angkutan laut bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kerugian yang terjadi
dalam pengangkutan dapat diperkecil dengan cara Asuransi kerugian.
3. Kerugian total dan kerugian sebagian Total loss Partial loss
Kerugian yang berhubungan dengan jiwa seseorang sehingga meninggal dunia disebut kerugian total. Bila yang bersangkutan masih hidup dan
hanya menderita cacat disebut kerugian sebagian. Kerugian total bisa terjadi atas alat angkut misalnya: pesawat udara jatuh serta hancur, kapal
terbakar dan tenggelam. Bila kerugian kapal laut hanya bagian belakang yang rusak karena tabrakan atau bis badan mobil ditabrak hal mana masih
bisa diperbaiki disebut kerugian sebagian.
2.1.7 Nilai Perusahaan
Perusahaan merupakan organisasi yang mencari keuntungan, maka tujuan dari perusahaan biasanya dinyatakan dalam bentuk uang. Terdapat dua
tujuan utama perusahaan yaitu memaksimalkan keuntungan dan memaksimalkan kemakmuran.
Tujuan memaksimalkan kemakmuran adalah memaksimalkan nilai dari perusahaan. Tujuan ini dapat pula diartikan nilai sekarang dari perusahaan
itu terhadap prospek masa depannya. Menurut Gitosudarmo dan Basri 2002:12 suatu pedoman dalam memaksimalkan kemakmuran atau nilai
perusahaan adalah sebagai berikut: 1.
Menghindari risiko yang tinggi Bila perusahaan sedang melaksanakan operasi berjangka panjang, maka
harus dihindarkan tingkat risiko yang tinggi. Proyek-proyek yang memiliki kemungkinan laba yang tinggi tetapi mengandung risiko yang
tinggi perlu dihindarkan. Menerima proyek-proyek tersebut berarti suatu kegagalan dapat mematahkan kelangsungan hidup perusahaan.
2. Membayarkan Dividen
Pada saat perusahaan sedang mengalami pertumbuhan, dividen kemungkinan kecil, agar perusahaan dapat memupuk dana yang
diperlukan. Pada saat perusahaan berada pada maturity, sedangkan kebutuhan dana tidak begitu besar, maka dividen yang dibayarkan dapat
diperbesar.
3. Mengusahakan Pertumbuhan
Apabila perusahaan dapat mengembangkan penjualanmarket share , hal ini dapat berakibat keselamatan usaha di dalam persaingan. Volume
penjualan yang luas, stabil dan diverfikasi,dan perubahan preferensi konsumen maupun penurunan permintaan. Dari alasan-alasan tersebut
maka perusahaan dapat memaksimumkan kemaksuran secara terus- menerus.
4. Mempertahankan tingginya harga pasar sahan
Manajer harus selalu mendorong masyarakat agar bersedia menanamkan dananya ke perusahaan. Dengan pemilihan investasi tepat, maka
perusahaan akan ditunjuk sebagai tempat penanam modal yang bijaksana.
Nilai perusahaan dapat diukur dengan suatu rasio yang disebut rasio nilai pasar. Rasio nilai pasar market value ratios adalah sekumpulan rasio yang
menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba, arus kas, dan nilai buku per sahamnya. Rasio ini memberikan indikasi bagi manajemen tentang bagaimana
pandangan investor terhadap risiko dan prospek perusahaan di masa depan Brigham dan Houston, 2012:150.
Menurut Brigham dan Houston 2012:150 terdapat beberapa pendekatan analisis rasio market value yaitu :
1. Price Earning Ratio PER
yaitu perbandingan antara harga saham di pasar perdana dengan pendapatan yang diterima.
2. Price Book Value PBV
yaitu rasio yang menunjukkan apakah harga saham harga pasarnya diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku
saham tersebut. 3.
Dividend Yield Ratio yaitu rasio yang menunjukkan tingkat penghasilan
berjalan yang diperoleh dari investasi saham. 4.
Dividen Payout Ratio DPR yaitu rasio yang menunjukkan besarnya
laba yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Dalam penelitian Bertinetti, Cavezzali, dan Gardenal 2013, bahwa nilai
perusahaan diproksikan dengan Tobin’s Q karena mencerminkan ekspetasi pasar dan ukuran kinerja lainnya. Tobin’s Q dinilai bisa memberikan informasi paling
baik, karena dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan
yang dimasukkan namun seluruh aset perusahaan. Dengan memasukkan seluruh aset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor
saja yaitu investor dalam bentuk saham namun juga untuk kreditur, karena sumber pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga
dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur.
Tobin’s Q atau Q ratio atau Q Teori adalah rasio atau teori yang pada tahun 1969 diperkenalkan pertama kali oleh James Tobin. James Tobin adalah seorang
ekonom Amerika yang sukses mendapatkan nobel dalam bidang ekonomi dengan hipotesisnya, nilai pasar dari suatu perusahaan seharusnya sama dengan biaya
ganti aset perusahaan tersebut sehingga terciptalah keadaan yang ekuilibrium. Rumus Tobin’s Q yaitu penjumlahan dari ME dan DEBT dibagi dengan TA
dimana ME bisa dicari dengan mengkalikan jumlah saham biasa perusahaan yang beredar di akhir tahun dengan harga penutupan saham closing price di akhir
tahun, DEBT dihitung dengan cara Total Utang + Persediaan – Aset Lancar dan TA merupakan nilai buku total aset perusahaan. Rumus tersebut dituliskan
sebagai berikut:
Tobins Q=ME+DEBTTA
Rumus di atas telah disesuaikan dengan kondisi transaksi keuangan perusahaan- perusahaan yang ada di Indonesia. Tobin’s q 1 Menggambarkan bahwa saham
dalam kondisi undervalued. Manajemen telah gagal dalam mengelola aset perusahaan. Potensi pertumbuhan investasi rendah. Tobin’s q = 1
Menggambarkan bahwa saham dalam kondisi average. Manajemen stagnan dalam mengelola aset. Potensi pertumbuhan investasi tidak berkembang. Tobin’s
q 1 Menggambarkan bahwa saham dalam kondisi overvalued. Manajemen berhasil dalam mengelola aset perusahaan. Potensi pertumbuhan investasi tinggi.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan dari hasil penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat penting dan dapat dijadikan