7
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Geografi, Penduduk dan Transportasi Kota Medan
Kota Medan adalah ibu kota Provinsi Sumatera Utara dan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini berada di
wilayah dataran rendah timur dari Provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian 22,5 meter di bagian utara Belawan sampai 37,5 meter di bagian selatan di atas
permukaan laut. Kota ini dialiri oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka. Secara geografis Kota Medan terletak
pada 3,30°- 3,43° LU dan 98,35°- 98,44° BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Di sebelah barat dan timur Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten
Deli Serdang. Di sebelah utara dan selatan berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Medan berkembang menjadi pintu gerbang
kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu domestik maupun internasional BPS SU,2015
Dari data BPS Provinsi Sumatera Utara, tercatat 13.766.851 jiwa jumlah penduduk Sumatera Utara, dari jumlah tersebut kota Medan memiliki jumlah
penduduk tertinggi yaitu 2.191.140 jiwa dengan luas wilayah total area 265 km
2
. Kota Medan pada tahun 2014 merupakan kota dengan kepatadan penduduk
tertinggi di Sumatera Utara yakni 8.268 jiwakm
2
Dari data Poldasu Direktorat Lalu Lintas Provinsi Sumatera Utara tahun 2004 s.d. 2014 didapatkan peningkatan jumlah kendaraan bermotor setiap
tahunnya, dengan persentasi peningkatan jumlah total adalah 145,3 dari jumlah kendaraan bermotor tahun 2004 BPS SU, 2015
2.2 Kecelakaan lalu lintas
2.2.1 Pengertian Kecelakaan lalu lintas
Menurut Pramudji dalam Anggraningrum 2002 kecelakaan lalu lintas adalah suatu kecelakaan yang terjadi di jalan yang sedang bergerak dengan akibat
kematian, luka-luka ataupun kerusakan benda yang tidak diharapkan. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
8
menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu-lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas adalah
suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban
manusia danatau kerugian harta benda. Konradus 2006, menyebutkan bahwa jika dilihat dari berat ringannya
kecelakaan, kecelakaan lalu-lintas dapat diklasifikasikan atas kecelakaan berat fatal, sedang mati dan seorang luka berat, ringan luka-luka ringan, yang
menimbulkan kerugian material seperti kerusakan kendaraan dan atau jalan. Sementara dari sisi korban kecelakaan, kecelakaan lalu-lintas dapat dikategorikan
atas kecelakaan yang menyebabkan kematian fatality killed, luka berat serious injury, serta luka ringan light injury.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 disebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas digolongkan atas:
1. Kecelakaan lalu-lintas ringan, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan
kerusakan kendaraan danatau barang. 2.
Kecelakaan lalu-lintas sedang, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan danatau barang.
3. Kecelakaan lalu-lintas berat, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan korban
meninggal dunia atau luka berat. Menurut Dirjen Perhubungan Darat 2005, kecelakaan lalu-lintas
lakalantas dikelompokan ke dalam empat kategori dampak yaitu : 1.
Kecelakaan fatal adalah kategori korban lakalantas yang meninggal dunia, baik di tempat kejadian perkara, maupun akibat luka parah sebelum 30
hari sejak terjadinya kecelakaan. 2.
Kecelakaan dikatakan berakibat luka parah jika korban menderita luka- luka serius dan dirawat di rumah sakit selama lebih dari 30 hari.
3. Kecelakaan menyebabkan luka ringan bilamana korban memerlukan
perawatan medis atau dirawat di rumah sakit kurang dari 30 hari.
Universitas Sumatera Utara
9
4. Sedangkan PDO Property Damage Only adalah jenis kecelakaan yang
hanya berakibat pada kerusakan barang hak milik saja, dan kerusakan atau kerugian ini biasanya dinyatakan dalam ukuran moneter.
2.2.2 Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas