Sikap-sikap kepribadian moral Analisis Moralitas Dalam Teks Novel Saga No Gabai Bachan Karya Yoshichi Shimada

kita menolak untuk memberikan sumbangan kepada masyarakat yang diharapkannya dari kita. Manusia juga mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri, berarti bahwa kewajibannya kepada orang lain diimbangi oleh perhatian yang wajar terhadap dirinya sendiri. Sebagai rangkuman dapat dikatakan bahwa kebaikan dan keadilan yang kita tunjukkan kepada orang lain, perlu diimbangi dengan sikap menghormati diri kita sendiri sebagai makhluk yang bernilai pada dirinya sendiri. Kita mau berbuat baik kepada orang lain dan bertekat untuk bersikap adil, tetapi dengan tidak membuang diri dan tetap memperhatikan diri sendiri.

2.3 Sikap-sikap kepribadian moral

Sikap adalah perbuatan yang berdasarkan pada pendirian dan keyakinan. Kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang yang membedakannya dengan orang lain KBBI,2007:895. Sikap-sikap kepribadian moral terbagi atas: kejujuran, kesediaan untuk bertanggung jawab, kemandirian moral, keberanian moral dan kerendahan hati. a. Kejujuran Kejujuran adalah merupakan sifat keadaan jujur; ketulusan hati; kelurusan hati KBBI,2007:479. Dasar setiap usaha untuk menjadi orang kuat secara moral adalah kejujuran. Tanpa kejujuran kita sebagai manusia tidak dapat maju karena kita belum berani menjadi diri kita sendiri. Tidak jujur berarti bahwa kita belum sanggup untuk mengambil sikap lurus. Orang yang tidak lurus, tidak mengambil Universitas Sumatera Utara dirinya sendiri sebagai titik tolak, melainkan menjadi apa yang diperkirakan dan diharapkan orang lain. Tanpa kejujuran, keutamaan-keutamaan moral lainnya akan kehilangan nilai. Bersikap baik terhadap orang lain, tetapi tanpa kejujuran adalah kemunafikan. Menurut suseno 2010:142-143, bersikap jujur terhadap orang lain berarti dua: sikap terbuka dan sikap wajar fair. Dengan terbuka, tidak dimaksud bahwa segala pertanyaan orang lain harus kita jawab dengan selengkapnya, atau bahwa orang lain berhak untuk mengetahui segala perasaan dan pikiran kita. Melainkan yang dimaksud ialah bahwa kita selalu muncul sebagai diri kita sendiri, sesuai dengan keyakinan kita. Kita tidak menyesuaikan kepribadian kita dengan harapan orang lain. Dalam segala sikap dan tindakan kita memang hendaknya tanggap terhadap kebutuhan, kepentingan dan hak orang-orang yang berhadapan dengan kita. Kita tiddak boleh bersikap egois. Kita memang perlu mengorbankan kepentingan kita demi kepentingan orang lain. Tetapi kita melakukannya bukan untuk menyesuaikan diri, karena takut atau malu, melainkan sebagai apa adanya diri kita dengan menyadari bahwa memang wajar dan tepat jika kita memberikan pengorbanan itu dan memang jika diperlukan kita akan membantu orang lain dengan perasan yang tenang. Terbuka berarti orang boleh tahu siapa kita. Selanjutnya, orang yang jujur harus bersikap wajar fair terhadap orang lain. Ia memperlakukannya menurut standar-standar yang diharapkannya dipergunakan orang lain terhadap dirinya. Ia menghormati hak orang lain, ia selalu akan memenuhi janji yang diberikan, juga terhadap orang yang tidak dalam Universitas Sumatera Utara posisi untuk menuntutnya. Ia tidak akan pernah akan bertindak yang bertentangan dengan suara hati atau juga keyakinannya. Tetapi hanya dapat bersikap jujur terhadap orang lain, apabila kita jujur terhadap diri kita sendiri. Dengan kata lain, kita harus berhenti membohongi diri kita sendiri dengan melihat keadaan kita apa adanya. Begitu kita berani untuk berpisah dari kebohongan, kita akan mengalami sesuatu yang berbeda yaitu, kita akan merasa kekuatan batin kita bertambah. Meskipun lemah kita mengetahui bahwa kita kuat. Di buat malu oleh orang lainpun kita akan tetap tegar. Maka sangatlah penting agar kita mulai menjadi jujur. b. Kesediaan Untuk Bertanggung jawab Kejujuran sebagai kualitas dasar kepribadian moral menjadi dasar dalam kesediaan untuk bertanggung jawab. Bertanggung jawab berarti suatu sikap terhadap tugas yang membebani kita, ada perasaan terikat untuk menyelesaikannya, demi tugas itu sendiri. . Kita akan melaksanakannya dengan sebaik mungkin, meskipun dituntut pengorbanan, kurang menguntungkan atau ditentang oleh orang lain. Tugas itu bukan sekedar masalah dimana kita berusaha untuk menyelamatkan diri tanpa menimbulkan kesan yang buruk, melainkan tugas itu kita rasakan sebagai sesuatu yang mulai sekarang harus kita pelihara, kita selesaikan dengan baik. Merasa bertanggung jawab berarti, bahwa meskipun orang lain tidak melihat, kita tidak merasa puas sampai pekerjaan itu diselesaikan dengan baik. Wawasan orang yang bersedia untuk bertanggung jawab secara prinsipal tidak terbatas. Ia tidak membatasi perhatiannya pada apa yang menjadi urusan dan Universitas Sumatera Utara kewajibannya, melainkan merasa bertanggung jawab dimana saja ia diperlukan. Ia bersedia untuk mengerahkan tenaga dan kemampuan ketika ia di tantang untuk menyelamatkan sesuatu. Ia bersikap positif, kreatif, kritis dan objektif Suseno, 2010:146. Dan lagi, kesediaan untuk bertanggung jawab termasuk kesediaan untuk diminta dan untuk memberikan, mempertanggung jawabkan atas tindakan- tindakannya, atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya. Kalau ternyata ia lalai atau melakukan kesalahan, ia bersedia untuk mengaku dan bertanggung jawab atas segala kesalahannya. Ia tidak akan pernah melempar tanggung jawab atas segala kesalahan yang diperbuatnya kepada orang lain. Kesediaan untuk bertanggung jawab demikian adalah tanda kekuatan batin yang sudah kuat. c. Kemandirian Moral Jika kita ingin mencapai kepribadian moral yang kuat, maka kita harus memiliki sikap kemandirian moral. Kemandirian moral berarti bahwa kita tidak pernah ikut-ikutan saja dengan berbagai pandangan moral lingkungan kita, melainkan selalu membentuk penilaian dan pendirian sendiri dan bertindak sesuai dengannya. Kita tidak hanya sekedar meniru apa yang biasa. Menurut Suseno 2010:147, kemandirian moral adalah kekuatan batin untuk mengambil sikap moral sendiri dan untuk bertindak sesuai dengannya. Mandiri secara moral berarti bahwa kita tidak dapat dibeli oleh mayoritas, bahwa Universitas Sumatera Utara kita tidak akan pernah rukun hanya demi kebersamaan kalau kerukunan itu melanggar keadilan. Sikap mandiri pada hakikatnya merupakan kemampuan untuk selalu membentuk penilaian sendiri terhadap suatu masalah moral. d. Keberanian Moral Keberanian moral menunjukkan diri dalam tekad untuk tetap mempertahankan sikap yang telah diyakini sebagai kewajiban, sekalipun tidak disetujui ataupun secara terang-terangan di tentang oleh lingkungan. Orang yang memiliki keutamaan itu tidak mundur dari tugas maupun tanggung jawab, juga kalau ia mengisolasikan diri, dibuat malu, dicela, ditentang, atau diancam oleh banyak orang, oleh orang-orang yang kuat yang memiliki kedudukan dan juga oleh mereka yang penilaiannya disegani. Keberanian moral adalah kesetiaan terhadap suara hati yang menyatakan diri dalam kesediaan untuk mengambil resiko konflik Suseno,2010:147. Keberanian moral berarti berpihak kepada yang lebih lemah melawan yang lebih kuat, yang memperlakukannya secara tidak adil. Orang yang berani secara moral akan membuat pengalaman yang menarik. Setiap kali ia berani mempertahankan sikap yang diyakini, ia merasa lebih kuat dan berani dalam hatinya, yang berarti ia semakin dapat mengatasi persaan takut dan malu dalam dirinya. Moral keberanian akan membuat kita merasa lebih mandiri. Yang memberikan semangat dan kekuatan berpijak bagi mereka yang lemah. Universitas Sumatera Utara e. Kerendahan Hati Keutamaan terakhir yang hakiki bagi kepribadian yang mantap adalah kerendahan hati. Kerendahan hati tidak berarti bahwa kita merendahkan diri, melainkan bahwa kita melihat diri seadanya kita. Kerendahan hati adalah kekuatan batin untuk melihat diri sesuai dengan kenyataannya Suseno,2010:148. Orang yang rendah hati tidak hanya melihat kelemahnnya melainkan juga kekuatannya. Orang yang rendah hati juga tidak akan pernah merasa bangga dengan segala kelebihan yang dimilikinya serta orang yang selalu tahu akan dirinya sendiri. Dalam bidang moral kerendahan hati tidak hanya berarti bahwa kita sadar akan keterbatasan kebaikan kita, melainkan bahwa kemampuan kita untuk memberikan penilaian moral juga terbatas. Dengan rendah hati, kita betul-betul bersedia untuk memperhatikan dan menanggapi setiap pendapat lawan, bahkan untuk seperlunya mengubah pendapat kita sendiri. Kerendahan hati tidak bertentangan dengan keberanian moral. Tanpa kerendahan hati, keberanian moral mudah menjadi kesombongan, bahwa kita tidak rela untuk memperhatikan orang lain, atau bahkan kita sebenarnya takut dan tidak berani untuk membuka diri. Kerendahan hati menjamin diri kita dari pamrih dalam keberanian. Orang yang rendah hati sering menunjukkan daya tahan yang paling besar apabila betul-betul harus diberikan perlawanan. Orang yang rendah hati tidak merasa diri penting dan karena itu berani untuk mempertaruhkan diri apabila ia sudah meyakini sikapnya sebagai tanggung jawabnya, karena keberanian akan datang apabila ia sudah yakin bahwa sikapnya telah memiliki sikap moral. Universitas Sumatera Utara

2.4 Moral Jepang