yaitu sebesar US 1.105.385,9 juta lebih besar atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai ekspor non migas dan migas Indonesia sebelum
ACFTA ASEAN-China Free Trade Area tahun 1996-2004 yaitu sebesar US 509.017,9 juta. Nilai terbesar ekspor non migas dan migas Indonesia 1996-2004
atau sebelum ACFTA terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar US 71.584,6 dan nilai ekspor terkecil non migas dan migas Indonesia sebelum ACFTA terjadi pada
tahun 1998 yaitu sebesar US 48.847,6 juta. Sedangkan nilai ekspor terbesar non migas dan migas Indonesia pada tahun 2005-2012 atau sesudah ACFTA terjadi
pada tahun 2011 yaitu sebesar US 203.496,6 juta dan nilai ekspor terkecil non migas dan migas Indonesia terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar US 85.660,0
juta. Ketergantunagan ekspor Indonesia pada Amerika Serikat dan Jepang ternyata
menyulitkan perkembangan ekspor non migas nasional. Stagnasi ekonomi di kedua negara tujuan ekspor tersebut telah berpengaruh pada ekspor Indonesia
sehingga ekspor non migas mengalami penurunan. Pengembangan diversifikasi komoditi ekspor dan diversifikasi tujuan negara ekspor yaitu membuka pangsa
pasar baru tujuan ekspor, sehingga menambah daya saing dan nilai tambah di dalam maupu n di luar negeri.
4.8.2 Kegiatan Perdagangan Luar Negeri Ekspor Indonesia
untuk melihat kegiatan perdagangan luar negeri ekspor Indonesia ke beberapa negara tujuan utama ekspor dapat dilihat pada Tabel 8.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 8. Ekspor Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun 2007-2011 Juta US
Negara 2007
2008 2009
2010 2011
ASEAN 22.088,6
29.126,3 19.018,3
28.039,6 41.477,1
China 9.226
12.418,8 7.820,3
10.403 13.828,7
Jepang 2.878,8
3.547,0 2.262,3
3.967,2 4.776,9
AmerikaSerikat 9.983,8
13.160,5 8.935,7
13.669,3 22.871,5
Total 44.177,2
58.252,6 38.036,6
56.079,1 82.954,2
Sumber : BPS Laporan Ekonomi Indonesia, 2011 Peningkatan nilai ekspor yang dialami oleh Indonesia tidak luput dari kebijakan
yang dilkakukan oleh Indonesia yaitu pengembangan diversifikasi komoditi ekspor dan diversifikasi negara tujuan ekspor yaitu membuka pangsa pasar baru
tujuan ekspor. Selain itu pemerintah juga melakukan peningkatan standar mutu produk sehingga produk ekspor lebih kompetitif.
Perjanjian perdagangan ASEAN-China Free Trade Area ACFTA mendorong meningkatnya persaingan global yang makin ketat bagi Indonesia. Pada tahun
2011 secara umum, seluruh komoditas ekspor masih cukup mampu bertahan. Ekspor ke Jepang dan China masing-masing mengalami kenaikan hingga 16,57
persen dan 11,27 persen, sementara ekspor ke Amerika Serikat sedikit mengalami penurunan dibanding tahun 2010 yaitu sebesar 8,09 persen.
4.9 Perkembangan Ekspor Komoditi Perkebunan Indonesia 4.9.1 Volume Dan Nilai Ekspor Komoditi Perkebunan
Dalam memasuki pasar global, Indonesia harus mampu bersaing dengan negara- negara lain, karena pada masa perdagangan bebas ini banyak perjanjian kerja
Universitas Sumatera Utara
sama yang harus dilakukan untuk meningkatkan ekonomi negara Indonesia. Kerjasama ini mendorong peningkatan volume ekspor, karena adanya perluasan
pasar. Dan sektor perkebunan menjadi salah satu andalan ekspor Indonesia menghadapi perdagangan bebas saat ini. Volume eskpor perkebunan Indonesia
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 9. Volume Ekspor Sektor Perkebunan Indonesia Tahun 2004-2008 Ton
Komoditas Tahun
2004 2005
2006 2007
2008
Kelapa 821.007
1.239.570 964.893
1.261.398 1.078.220
Karet 1.846.551
2.008.150 2.273.619 2.314.581 2.062.401
KelapaSawit 10.959.423 13.117.084 15.369.846 15.196.071 18.129.283 Kopi
338.387 442.735 407.506 271.411 461.168 Teh Hijau
94.648 96.816 90.045 74.963 89.584 Lada
32.021 33.687 34.614 37.054 51.152 Tembakau
11.291 7.681 3.710 26.065 24.227 Kakao
317.741 411.297 565.015 459.726 461.815 Cengkeh
9.051 7.682 11.269 14.092 4.251 Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, 2008
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa volume ekspor karet dari tahun 2004-2007 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 mengalami penurunan dari tahun 2007
yaitu sebesar 2.314.581 menjadi 2.062.401. Selanjutnya keadaan nilai ekspor sektor perkebunan Indonesia akan diuraikan
secara rinci pada Tabel 10, sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 10. Nilai Ekspor Sektor Perkebunan Indonesia Tahun 2004-2008 000 US
Komoditas Tahun
2004 2005
2006 2007
2008
Kelapa 327.820
509.719 356.712
1.261.398 1.078.220
Karet 2.139.768
2.557.913 4.293.325
2.314.581 2.062.401
KelapaSawit 4.023.992
4.418.974 5.540.072
15.196.071 18.129.283
Kopi 287.247
498.186 576.742
271.411 461.168 Teh Hijau
110.487 114.331
125.812 74.963 89.584 Lada
55.304 57.919
76.267 37.054 51.152
Tembakau 30.236
34.924 47.676
26.065 24.227 Kakao
463.345 582.538
779.016 459.726 461.815
Cengkeh 16.029
14.915 23.532
14.092 4.251 Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, 2008
Dari tabel 10. dapat dilihat bahwa nilai beberapa komoditas perkebunan tahun 2004-2008 dibawah volume ekspor yang artinya harga komoditas dibawah 1
USkg bahkan stagnan, kecuali komoditas karet yang berada dikisaran harga diatas 1 USkg, hal ini menunjukkan bahwa harga karet dapat bersaing di pasar
internasional atau mengalami peningkatan.
4.10 Perkembangan Ekspor Karet Alam Bentuk Smoked Sheet Indonesia