Ada konsentrasi geografis: Konsentrasi geografis dari berbagai sektorfasilitas, selain bisa menciptakan efisiensi diantara sektor-sektor yang saling
membutuhkan, juga meningkatkan daya tarik attractiveness dari kota tersebut. Orang yang datang ke kota tersebut bisa mendapatkan berbagai kebutuhannya pada
lokasi yang berdekatan. Jadi kebutuhan dapat diperoleh dengan lebih hemat waktu, tenaga dan biaya. Hal ini membuat kota itu menarik untuk dikunjungi dan karena
volume transaksi yang makin meningkat akan menciptakan economic of scale, sehingga tercipta efisiensi lanjutan.
Bersifat mendorong wilayah belakangnya: Hal ini berarti antara kota dan wilayah belakangnya terdapat hubungan yang harmonis. Kota membutuhkan bahan
baku dari wilayah belakangnya dan menyediakan berbagai kebutuhan wilayah belakangnya untuk dapat mengembangkan diri. Apabila terdapat hubungan yang
harmonis dengan wilayah belakangnya dan kota itu memiliki tiga karakteristik yang disebutkan terdahulu, maka otomatis kota itu akan berfungsi untuk mendorong
wilayah belakangnya. Jadi agar sesuatu konsentrasi kegiatan ekonomi dapat dianggap pusat pertumbuhan, apabila konsentrasi itu dapat mempercepat pertumbuhan
ekonomi baik ke dalam diantara berbagai sektor didalam kota maupun ke luar ke wilayah belakangnya.
2.5. Penelitian Sebelumnya
Sasongko 2005, melakukan penelitian dengan judul: Pembentukan Struktur Ruang Permukiman Berbasis Budaya Studi Kasus: Desa Puyung – Lombok Tengah.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan kajian budaya Sasak di Desa Puyung nampak bahwa determinasi budaya muncul pada ruang permukiman, dan selanjutnya dapat menunjukkan adanya struktur
ruang. Seting dan cakupan ruang dalam peristiwa ritual pada dasarnya beragam, serta menunjukkan adanya pengunaan ruang yang tetap maupun temporal.
Kusumastuti 2008, melakukan penelitian dengan judul Penyediaan Prasarana dan Sarana Permukiman sebagai Motor Pertumbuhan Ekonomi dalam Wilayah Pakal
Benowo. Kecamatan Pakal merupakan kawasan pinggiran kota yang secara umum kehidupan penduduknya masih berciri pedesaan yang didominasi oleh aktivitas
pertanian dan tambak. Tujuan studi adalah untuk mengetahui potensi dan kearifan lokal dalam pengadaan perumahan bagi pekerja-pekerja industri, khususnya yang
dilakukan oleh pengembang perumahan informal, tanpa bantuan modal dari institusi keuangan dan teknis, untuk mengetahui keterbatasan penyediaan prasarana dan
sarana lingkungan permukimannya. Data didapat melalui daftar pertanyaan, pengamatan dan wawancara langsung dengan penduduk kelurahan Babat Jerawat,
Benowo Kecamatan Pakal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengadaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah kemungkinan tetap memiliki
potensi dengan proses secara informal dan berkesinambungan, dan keterbatasan penyediaan prasarana dan sarana permukiman disebabkan oleh keterbatasan dana,
sehingga menemui kendala dalam proses pengembangannya. Buchori, dkk 2008 melakukan penelitian dengan judul: Efektivitas Rencana
Tata Ruang Dalam Mengarahkan Pembangunan Infrastruktur Kasus: Jalan dan Drainase di Kota Semarang. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengkaji
Universitas Sumatera Utara
efektivitas rencana tata ruang kota dalam mengarahkan pembangunan prasarana perkotaan. Hasil studi memperlihatkan bahwa rencana tata ruang belum cukup efektif
dalam mengarahkan pembangunan infrastruktur di Kota Semarang. Beberapa hal yang menyebabkan antara lain: adanya aspektekanan politis dalam kegiatan
perencanaan, penganggaran dan pembangunan infrastruktur, kurang akuratnya data dan lemahnya analisis dalam proses penyusunan rencana infrastruktur di dalam
dokumen rencana tata ruang, dan masih kentalnya ego sektoral dinas sektoral dalam perencanaan, penganggaran dan pembangunan infrastruktur.
2.6. Kerangka Pemikiran