18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering digunakan. Rasio keuangan menghubungkan berbagai perkiraan yang
terdapat pada laporan keuangan sehingga kondisi keuangan dan hasil operasi dapat diinterpretasikan. Menurut Djarwanto 2001:123,
“Yang dimaksud dengan ‘ratio’ dalam analisa laporan keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan
unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang
sederhana”.
Menurut Simamora 2000:822, “Rasio merupakan pedoman yang berfaedah dalam mengevaluasi posisi dan operasi keuangan perusahaan
dan mengadakan perbandingan dengan hasil-hasil dari tahun-tahun sebelumnya atau perusahaan-perusahaan lain”. Menurut Harahap
1999:297, “Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan berarti”. Dari defenisi ini, rasio keuangan harus menunjukkan hubungan yang sistematis dalam
bentuk perbandingan antara perkiraan- perkiraan laporan keuangan. Agar hasil perhitungan rasio keuangan dapat diinterpretasikan, perkiraan-
Universitas Sumatera Utara
19 perkiraan yang dibandingkan harus mengarah pada hubungan ekonomis
yang penting.
b. Jenis-Jenis Rasio Keuangan Secara umum rasio-rasio keuangan dapat diklasifikasikan menjadi
empat jenis kelompok rasio keuangan, antara lain: 1
Rasio Likuiditas Rasio likuiditas biasa digunakan dalam melakukan analisis kredit
karena likuiditas berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas menurut Van
Horne 2005:206 adalah “rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya”. Pihak-pihak yang
berkepentingan dalam menilai tingkat likuiditas perusahaan adalah kreditor-kreditor jangka pendek seperti pemasok dan bankir. Rasio
likuiditas dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis. Rasio likuiditas tersebut menurut Tampubolon 2005:36 “antara lain current ratio, quick
ratio, absolute liquidity rasio”. Menurut Darsono 2005:52-53 “rasio likuiditas meliputi current ratio, quick test ratio, net working capital,
defensive interval ratio”. Rasio likuiditas yang menjadi fokus penelitian ini adalah current ratio CR dan quick ratio. Current ratio dan quick ratio
merupakan rasio yang paling sering digunakan untuk menghitung tingkat likuiditas.
Universitas Sumatera Utara
20 2
Rasio Aktivitas Rasio aktivitas sering juga disebut sebagai rasio efisiensi atau rasio
pemanfaatan aktiva. Menurut Van Horne 2005:212, “Rasio aktivitas activity ratio adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan
menggunakan berbagai aktivanya”. Rasio aktivitas dapat diklasifikasikan menjadi menjadi rasio perputaran kas cash turnover, rasio perputaran
piutang usaha account receivable turnover, perputaran persediaan inventory turnover, perputaran modal kerja working capital turnover,
perputaran aktiva tetap fixed assets turnover, dan perputaran total aktiva total assets turnover. Rasio aktivitas yang menjadi fokus dalam
penelitian ini adalah total assets turnover TATO. Pada penelitian terdahulu rasio aktivitas diwakili inventory turnover dan accounts
receivable turnover, namun pada penelitian kali ini penulis membuat suatu perbedaan dengan menggunakan total assets turnover yang mewakili rasio
aktivitas.
3 Rasio Leverage
Rasio leverage rasio utang menurut Van Horne 2005:209 adalah “rasio yang menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh utang
dana pihak luar”. Rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman kreditor. Pihak yang paling berkepentingan
terhadap rasio leverage perusahaan adalah kreditur dan pemegang saham. Semakin besar jumlah pendanaan yang berasal dari kreditor, semakin
Universitas Sumatera Utara
21 tinggi resiko perusahaan tidak dapat membayar seluruh kewajiban beserta
bunganya. Bagi pemegang saham, semakin tinggi rasio leverage, semakin rendah tingkat pengembalian yang akan diterima pemegang saham karena
perusahaan harus melakukan pembayaran bunga sebelum laba dapat dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden. Menurut Van
Horne, ada dua rasio leverage yaitu “rasio utang terhadap ekuitas debt to equity dan rasio utang terhadap total aktiva debt to total assets ratio”.
Rasio leverage yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah debt to total assets ratio DTAR. Pada kedua penelitian terdahulu rasio leverage
diwakili oleh debt to equity ratio, namun kali ini penulis menggunakan debt to total assets ratio untuk mewakili rasio leverage.
4 Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas disebut juga rasio kinerja operasi. Menurut Van Horne 2005:222, “Rasio profitabilitas profitability ratio adalah rasio
yang menghubungkan laba dari penjualan dan investasi”. Dari rasio profitabilitas dapat diketahui bagaimana tingkat profitabilitas perusahaan.
Setiap perusahaan menginginkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Untuk dapat melangsungkan hidupnya, perusahaan harus berada dalam keadaan
yang menguntungkan. Apabila perusahaan berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan, maka akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh
pinjaman dari kreditor maupun investasi dari pihak luar. Rasio profitabilitas dapat diklasifikasikan menjadi margin laba bersih net profit
Universitas Sumatera Utara
22 margin, margin laba kotor gross profit margin, margin laba operasi
operating profit margin, margin laba sebelum pajak pretax profit margin, return on assets ROA, dan return on equity ROE. Rasio
profitabilitas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah net profit margin. Rasio ini merupakan rasio yang paling sering digunakan untuk
menghitung tingkat profitabilitas karena menggambarkan berapa laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan.
c. Manfaat Rasio Keuangan Para pemakai menggunakan analisa rasio keuangan untuk memenuhi
beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan itu meliputi:
1 Investor
Para investor membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual saham berdasarkan
informasi yang didapatkan tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan untuk menilai kemampuan
perusahaan untuk membayar deviden. 2
Manajer Dengan menganalisa laporan keuangan, para manajer perusahaan akan
dapat mengetahui posisi keuangan perusahaannya pada periode yang baru lalu, sehingga dapat menyusun rencana kerja yang lebih baik pada
Universitas Sumatera Utara
23 periode yang akan datang, memperbaiki sistem pengawasannya, dan
menentukan sistem kebijakan sasaran-sasaran yang tepat. 3
Kreditor dan pemasok Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan dapat membantu para
kreditor untuk memutuskan apakah jumlah terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Para kreditor juga berkepentingan terhadap
keamanan kredit yang telah diberikan kepada perusahaan, mengetahui kondisi keuangan jangka pendek likuiditas, solvabilitas, dan
profitabilitas perusahaan sebelum mereka memutuskan untuk memberi dan memperluas kredit yang akan diajukan oleh perusahaan.
4 Karyawan
Para karyawan dan serikat pekerja tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan
informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan
kerja. 5
Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan perusahaan.
6 Pemerintah
Pemerintah yaitu aparatur negara dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya yang berkepentingan dengan alokasi sumber
Universitas Sumatera Utara
24 daya dan aktivitas perusahaan dalam menetapkan kebijakan pajak dan
sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
7 Masyarakat
Perusahaan dapat mempengaruhi masyarakat dengan berbagai cara, misalnya: perusahaan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi
perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan bagi para penanam modal domestik. Laporan keuangan
dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi mengenai kecenderungan dan perkembangan terakhir mengenai perusahaan dan
rangkaian aktivitasnya.
2. Kredit a. Pengertian Kredit
Istilah credit berasal dari bahasa Latin yaitu credo yang berarti I believe, I trust, saya percaya. Dalam artian luas kredit diartikan sebagai
kepercayaan. Maksud dari percaya bagi si pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan
dikembalikan sesuai dengan perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban
untuk membayar sesuai jangka waktu. Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998,
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
Universitas Sumatera Utara
25 meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.
Menurut Hasibuan 2001:87, “Kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati”. Menurut Rivai dan Veithzal 2004:4,
“Kredit adalah penyerahan barang, jasa atau uang dari satu pihak kreditur atau pemberi pinjaman atas dasar kepercayaan kepada pihak
lain nasabah atau pengutang dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua
belah pihak”.
Sastradipoera 2004:151 menyatakan bahwa, ”Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang disamakan dengan
uang berdasarkan kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang dalam hal ini peminjam berkewajiban melunasi
kewajibannya setelah jangka waktu tertentu dengan biasanya sejumlah bunga yang ditetapkan lebih dahulu”.
Berdasarkan pengertian-pengertian kredit di atas, dapat diketahui bahwa kredit mempunyai beberapa unsur, antara lain:
1. adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit kreditur dan penerima kredit
debiturnasabah. Hubungan pemberi kredit dan penerima kredit merupakan hubungan kerjasama yang saling menguntungkan,
2. adanya kerjasama pemberi kredit kepada penerima kredit bahwa kredit
yang diberikan akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu pada masa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh kreditur,
dimana sebelumnya sudah melakukan penelitian penyelidikan tentang
Universitas Sumatera Utara
26 nasabah baik secara intern maupun ekstern. Penelitian ini meliputi
kondisi masa lalu dan sekarang nasabah, 3.
adanya persetujuan, berupa kesepakatan pada kreditur dengan pihak lainnya yang berjanji akan membayar dari penerima kredit kepada
pemberi kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya
masing-masing, 4.
adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari pemberi kredit kepada penerima kredit,
5. adanya unsur waktu. Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka
waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati,
6. adanya unsur resiko degree of risk, baik di pihak pemberi kredit
maupun di pihak penerima kredit. Suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnyamacetnya suatu
kredit. Semakin panjang tenggang waktu suatu kredit, semakin besar resiko gagal bayar atau ketidakmampuan membayar. Resiko di pihak
nasabah adalah kecurangan pihak kreditur, antara lain keinginan dari pihak pemberi kredit untuk mencaplok perusahaan yang diberi kredit
atau tanah yang dijaminkan. 7.
adanya unsur bunga sebagai kompensasi kepada pemberi kredit.
Universitas Sumatera Utara
27 b.
Jenis-Jenis Kredit Jenis-jenis kredit menurut Kasmir 2003:99-102 dapat dilihat dari:
1. Dilihat dari segi kegunaan
a. Kredit investasi, adalah kredit yang biasanya digunakan untuk
keperluan perluasan usaha atau membangun proyek pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi.
b. Kredit modal kerja, adalah kredit yang digunakan untuk
keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. 2.
Dilihat dari segi tujuan kredit a.
Kredit produktif, adalah kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi.
b. Kredit konsumtif, adalah kredit yang digunakan untuk
dikonsumsi secara pribadi. c.
Kredit perdagangan, adalah kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang
pembayarannya diharapkan dari hasil penjulan barang dagangan tersebut.
3. Dilihat dari segi jangka waktu
a. Kredit jangka pendek, adalah jenis kredit yang masa
pengembaliannya kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.
b. Kredit jangka menengah, adalah jenis kredit yang masa
pengembaliannya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya digunakan untuk investasi.
c. Kredit jangka panjang, adalah jenis kredit yang masa
pengembaliannya paling panjang, di atas 3 tahun atau 5 tahun. 4.
Dilihat dari segi jaminan a.
Kredit dengan jaminan, adalah kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, dapat berbentuk barang berwujud, atau tidak
berwujud, atau jaminan orang. b.
Kredit tanpa jaminan, adalah kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu.
5. Dilihat dari segi sektor usaha
a. Kredit pertanian,
b. Kredit peternakan,
c. Kredit industri,
d. Kredit pertambangan,
e. Kredit pendidikan,
f. Kredit profesi,
g. Kredit perumahan,
h. Dan sektor-sektor lainnya.
Universitas Sumatera Utara
28 c. Tujuan dan Fungsi Kredit
Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan dan fungsi tertentu. Adapun yang menjadi tujuan pemberian kredit adalah :
1. Mencari keuntungan
Keuntungan diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan
kepada nasabah. 2.
Membantu usaha nasabah Bank memberikan fasilitas kredit untuk membantu usaha nasabah
yang membutuhkan dana, baik untuk investasi maupun untuk modal kerja. Dengan dana ini maka pihak debitur akan dapat
mengembangkan dan memperluas usahanya. 3.
Membantu pemerintah Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak
perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.
Fungsi kredit dalam perekonomian yang modern menurut Sastradipoera 2004:169 adalah:
a Kredit dapat meningkatkan efisiensi penggunaan uang atau modal
dengan meningkatkan produktivitas perusahaan, b
Kredit dapat meningkatkan efisiensi penggunaan barang karena kredit dapat membantu proses produksi dari bahan mentah menjadi
bahan jadi dan sekaligus membantu proses pemindahan barang dari produsen kepada konsumen dalam proses marketing; kredit ikut
melancarkan arus barang,
c Kredit dapat meningkatkan arus peredaran lalu lintas uang,
misalnya melalui penggunaan cek, giro, wesel, promes, dan kartu kredit yang diterbitkan oleh bank,
Universitas Sumatera Utara
29 d
Kredit dapat menjadi alat stabilitas moneter yang dilakukan melalui kebijaksanaan ekspansi dan kontraksi kredit, misalnya
dengan politik diskonto oleh bank sentral, walaupun bersifat tidak langsung, bank sentral dengan cara menaikkan suku bunga pada
saat inflasi dan menurunkannya pada saat deflasi, maka uang beredar diharapkan menjadi stabil,
e Kredit dapat berfungsi sebagai “jembatan” untuk meningkatkan
pendapatan nasional suatu negara, f
Kredit dapat menciptakan daya beli baru bagi para debitur, meskipun debitur-debitur tersebut tidak memiliki uang tunai dalam
saldo neracanya. Tentu saja ”kebijaksanaan uang murah” easy money policy yang waktunya tidak tepat time lag , bukan situasi
moneter yang stabil yang dapat diraih, namun meningkatnya harga- harga umum dalam kadar yang kian berbahayalah yang akan
terjadi.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu