64 Jika statistik F hitung F tabel, maka H
ditolak dan H
1
dterima. Jika statistik F hitung F tabel, maka H
diterima dan H
1
ditolak. b Nilai probabilitas tingkat signifikansi
Jika probabilitas 0,05, maka H ditolak dan H
1
dterima. Jika probabilitas 0,05, maka H
diterima dan H
1
ditolak. Hasil uji F dalam tabel Anova, menunjukkan nilai F hitung sebesar
1.189 dan nilai signifikansi sebesar 0,344 0,05. Nilai F hitung tersebut akan dibandingkan dengan nilai F tabel yang diperoleh melalui fungsi
FINV pada Microsoft Excel. Hasilnya diketahui bahwa nilai F tabel untuk FINV adalah 2.620654. Nilai F hitung F tabel 1.189 2.620654.
Kesimpulan : H
1
ditolak dan H
o
dterima, berarti variabel CR, QR, TATO, DTAR, NPM secara simultan tidak berpengaruh terhadap penyaluran
KMK.
C. Pembahasan Hasil Statistik
Pengujian statistik yang telah dilakukan sebelumnya, memberikan beberapa hasil yang perlu diungkapkan untuk lebih memahami hasil penelitian, seperti di
bawah ini. 1.
Berdasarkan analisis statistik, Current Ratio, Quick Ratio, Total Asset Turnover, Debt to Total Asset Ratio, Net Profit Margin, secara simultan
tidak berpengaruh terhadap pemberian kredit modal kerja pada PT.BRI Persero Tbk. Cabang Umum Medan Sisingamangaraja.
Ketidakmampuan Current Ratio, Quick Ratio, Total Asset Turnover, Debt
Universitas Sumatera Utara
65 to Total Asset Ratio, Net Profit Margin dalam mempengaruhi pemberian
kredit dimungkinkan karena variabel-variabel tersebut banyak dipengaruhi total aktiva yang dimiliki debitur. Total aktiva debitur umumnya
mengalami peningkatan namun peningkatan tersebut diduga bukan disebabkan oleh aktivitas normal debitur, tetapi karena debitur
menerapkan harga baru diatas harga normal untuk produk-produknya sebagai penyesuaian terhadap biaya-biaya yang mengalami kenaikan.
2. Berdasarkan hasil analisis statistik, pengaruh Current Ratio, Quick Ratio, Total Asset Turnover, Debt to Total Asset Ratio, Net Profit Margin debitur
secara individu parsial terhadap penyaluran kredit yaitu: a.
Current Ratio secara individu parsial tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit. Ini berarti kondisi likuiditas debitur tidak
berpengaruh secara statistik terhadap pemberian kredit modal kerja pada PT. BRI Persero Tbk. Cabang Umum Medan Sisingamangaraja.
Peningkatan aktiva lancar diduga bukan disebabkan aktivitas normal perusahaan, tetapi karena perusahaan menerapkan harga baru diatas
harga normal untuk produk-produknya sebagai penyesuaian terhadap biaya-biaya yang mengalami kenaikan. Utang lancar mengalami
peningkatan diduga karena debitur menambah pinjaman kredit ke bank untuk menambah modal kerjanya sebagai antisipasi biaya-biaya yang
meningkat. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sebayang 2006 yang menunjukkan bahwa current
ratio tidak berpengaruh terhadap pemberian kredit modal kerja.
Universitas Sumatera Utara
66 Namun, penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Nasution 2008 yang menunjukkan bahwa current ratio berpengaruh terhadap kelayakan kredit.
b. Quick Ratio secara individu parsial tidak berpengaruh terhadap
penyaluran kredit. Ini berarti kondisi likuiditas debitur tidak berpengaruh secara statistik terhadap penyaluran kredit modal kerja
pada PT. BRI Persero Tbk. Cabang Umum Medan Sisingamangaraja. Peningkatan aktiva lancar diduga bukan disebabkan aktivitas normal
perusahaan, tetapi karena perusahaan menerapkan harga baru diatas harga normal untuk produk-produknya sebagai penyesuaian terhadap
biaya-biaya yang mengalami kenaikan. Utang lancar mengalami peningkatan diduga karena debitur menambah pinjaman kredit ke bank
untuk menambah modal kerjanya sebagai antisipasi biaya-biaya yang meningkat.
c. Total Assets Turnover individu parsial tidak berpengaruh terhadap
penyaluran kredit. Ini berarti kondisi aktivitas debitur tidak berpengaruh secara statistik terhadap penyaluran kredit modal kerja
pada PT. BRI Persero Tbk. Cabang Umum Medan Sisingamangaraja. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan yang ditunjukkan oleh total
asset turnover tidak diikuti oleh peningkatan atau penurunan kredit modal kerja. Total asset turnover hanya menunjukkan efektivitas
perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan yang belum tentu menghasilkan laba. Penjualan yang
Universitas Sumatera Utara
67 dihasilkan perusahaan akan dikurangi dengan harga pokok panjualan,
biaya operasional, biaya lainnya, dan pajak penghasilan untuk memperoleh laba bersih.
d. Debt to Total Assets Ratio secara individu parsial tidak berpengaruh
terhadap penyaluran kredit. Ini berarti kondisi leverage debitur tidak berpengaruh secara statistik terhadap penyaluran kredit modal kerja
pada PT. BRI Persero Tbk. Cabang Umum Medan Sisingamangaraja. Pada umumnya total utang mengalami peningkatan dikarenakan
debitur menambah pinjaman kredit dari bank sehingga menambah jumlah aktivanya. Peningkatan total aktiva biasanya dikarenakan
peningkatan penjualan tunai, penerimaan piutang dari penjualan kredit, ataupun pembelian aktiva melalui utang.
e. Net Profit Margin secara individu parsial berpengaruh terhadap
pemberian kredit. Ini berarti kondisi profitabilitas debitur yang tercermin dalam margin labanya berpengaruh secara statistik terhadap
penyaluran kredit modal kerja pada PT.BRI Persero Tbk. Cabang Umum Medan Sisingamangaraja. Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Sebayang 2006 dan Nasution 2008 yang menunjukkan bahwa net profit margin berpengaruh terhadap
pemberian kredit modal kerja.
Universitas Sumatera Utara
68
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN , DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
3. Pengujian secara individu parsial menunjukkan hasil bahwa hanya satu
variabel independen yaitu Net Profit Margin yang berpengaruh terhadap pemberian Kredit Modal Kerja. Hal ini juga mengindikasikan bahwa
dalam mengambil keputusan pemberian Kredit Modal Kerja, kreditur harus memperhatikan Net Profit Margin debitur. Jadi, kreditur harus
memprioritaskan pemberian kredit modal kerja pada debitur yang memiliki Net Profit Margin yang lebih besar dibandingkan dengan debitur
yang memiliki Net Profit Margin yang lebih kecil. Hal ini dapat dilihat dari bebrapa NPM debitur berikut ini: NPM debitur FH sebesar 0.2764
memperoleh kredit sebesar Rp150.000.000,-, NPM debitur SB yang lebih kecil yakni sebesar 0.1272 mendapat kredit yang lebih kecil pula yakni
sebesar Rp 80.000.000,-, dan debitur SU dengan NPM 0.1761 memperoleh kredit sebesar Rp 95.000.000,-.
4. Pengujian secara individu parsial menunjukkan hasil bahwa Current
Ratio, Quick Ratio, Total Asset Turnover, dan Debt to Total Asset Turnover tidak berpengaruh terhadap pemberian Kredit Modal Kerja.
Universitas Sumatera Utara